Bersama Memberantas Malnutrisi dan Kekerasan Anak

0
514

Malnutrisi dan tindak kekerasan pada anak sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kedua permasalahan ini memiliki kasus dengan jumlah terbanyak di dunia dan sangat beragam rupanya. Melihat urgensi yang ada, maka Bina Nusantara Mandarin Club (BNMC) mengadakan seminar bertajuk “Stop! Malnutrition and Children Abuse” yang membahas isu-isu mengenai malnutrisi dan kekerasan anak.

Acara yang berlangsung pada Sabtu, 3 Juni 2017 di Auditorium Gedung Universitas Bina Nusantara Alam Sutera ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang memiliki perhatian dan keprihatinan dalam permasalahan yang ada. Acara ini merupakan acara tahunan BNMC.

Jee Hyun-rah dan Michael Morrison diundang sebagai pembicara untuk berbagi pengalaman, pikiran serta solusi terkait isu malnutrisi dan kekerasaan anak di Indonesia. Acara terbagi menjadi dua sesi, sesi pertama untuk topik malnutrisi dan sesi kedua untuk membahas tindak kekerasan pada anak di Indonesia.

Jee Hyun-rah memberikan materinya mengenai malnutrisi

Pada sesi pertama, Jee Hyun-rah membahas tentang kasus malnutrisi yang terjadi di Indonesia. Jee adalah seorang Chief Nutrition UNICEF Indonesia yang berasal dari Korea Selatan. Jee sudah belasan tahun bekerja di bidang nutrisi UNICEF dan sudah pergi ke banyak negara berkembang di dunia seperti, Bangladesh, Laos, Roma, dan Switzerland untuk membantu pemerintah mengatasi kasus malnutrisi.

“Nutrisi merupakan hal paling dasar dan paling penting di kehidupan kita, karena kita semua makan, kan? Tapi banyak sekali permasalahan tentang nutrisi. Sebagian besar dari populasi di dunia menderita malnutrisi,” kata Jee memulai materinya.

Menurut Jee, malnutrisi dapat dikategorikan menjadi empat jenis yaitu, undernutrition, overnutrition, obesitas, dan juga malnutrisi yang terjadi karena masalah pada saat kehamilan. Indonesia, menurut Jee masuk kedalam peringkat 5 besar negara di dunia dengan kasus malnutrisi paling banyak.

“Namun saya salut dengan Pemerintah Indonesia yang sangat berkomitmen dan serius terhadap permasalahan ini,” ungkap Jee.

Pemerintah Indonesia telah membuat banyak program untuk memberantas malnutrisi. Salah satunya ialah program WASH (water, sanitation, dan hygiene) untuk memperbaiki layanan air dan sanitasi. Harapannya, di tahun 2030 mendatang Indonesia akan bebas dari malnutrisi.

Jee memaparkan bahwa malnutrisi dapat diatasi melalui beberapa hal seperti mengontrol makanan dan pola makan, memberikan penjelasan tentang nutrisi kepada masyarakat secara tepat, dan juga aksi langsung dari masyarakat untuk membantu memberantas permasalahan malnutrisi di Indonesia.

“Setiap orang memiliki tujuan. Mendedikasikan hidup Anda untuk membantu orang di dunia yang sedang menderita merupakan tujuan dan hidup yang berarti. Saya butuh generasi muda seperti Anda semua untuk bergabung dalam industri ini,” pesan Jee menutup seminarnya.

Break time selama sepuluh menit diberikan setelah pembicara pertama menutup materinya. Pada kesempatan ini, panitia menampilkan video seputar tindak kekerasan pada anak di Indonesia untuk menyambut topik kedua pada talkshow kali ini.

R. Michael Morrison, pendiri Komunitas Kepompong saat menjelaskan tentang kekerasan pada anak yang rentan terjadi.

Talkshow kemudian dilanjutkan dengan pembicara kedua, R. Michael Morrison. Morrison yang berasal dari California, Amerika Serikat ini adalah pendiri dari Komunitas Kepompong dan juga bekerja sebagai kepala perusahaan Morrison Group Int. dibidang social justice issues. Ia mulai menggeluti bidang ini sejak berumur 14 tahun. 

Morrison sudah delapan tahun tinggal di Indonesia, Ia memutuskan untuk tinggal di Indonesia karena melihat tingkat kesenjangan di Indonesia yang sangat tinggi. Hal inilah yang membuatnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah komunitas yang diberi nama Kepompong.

Komunitas ini beranggotakan guru-guru Bahasa Indonesia, wirausahawan sosial, dan seniman dari semua latar belakang yang memberikan kesempatan pendidikan kepada anak-anak dan keluarga yang kurang mampu. Selain itu, mereka juga melakukan pengembangan masyarakat yang berkelanjutan dengan pembiayaan mikro, bantuan medis, fokus lingkungan, gizi, dan penguatan masyarakat untuk melawan eksploitasi, perdagangan manusia, dan pengangguran.

Morrison memulai materinya dengan memaparkan tentang mengapa tindak kekerasan pada anak dapat terjadi. Menurutnya, 60 persen tindak kekerasan dilakukan oleh pihak keluarga sendiri, sisanya oleh lingkungan sekitar, tetangga, dan orang tidak dikenal.

“Terdapat dua tindak kekerasan yang terjadi pada anak, yaitu verbal abuse dan physical abuse, children abuse sendiri dapat terjadi karena anak tersebut tidak di-protect oleh keluarganya,” tutur Morrison.

Menurut Morrison, kekerasan verbal (verbal abuse) lebih berbahaya dibanding kekerasan fisik (physical abuse) karena lebih konsisten,  berta han lama, dan dapat menyebabkan trauma pada korbannya.

“Hanya ada satu cara untuk mencegah supaya kekerasan anak tidak terjadi, yaitu kontrol diri, Kita harus bisa mengontrol diri kita, saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain,” tutur Morrison menjawab pertanyaan tentang cara mencegah tindak kekerasan pada anak.

International Talkshow 2017 ini ditutup dengan pemberian bunga dan plakat kepada para pembicara dan foto bersama. Acara ini pun berakhir dengan harapan dapat memberikan nilai-nilai dan makna yang dapat dipetik oleh peserta untuk dapat menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli terhadap sesama dan isu-isu global yang terjadi.

Reporter: Ly Agung Yuliarto
Editor: Patricia Felita
Fotografer: Stefanie Sugiharto