Keunikan Budaya Perayaan Adat Bau Nyale

55
1349

Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat memiliki pesona keindahan alam dan kekayaan budaya yang tampak dari berbagai perayaan adat yang kental dengan budaya leluhur yang masih lestari dan terjaga keasliannya.

Salah satu perayaan tersebut adalah Festival Bau Nyale yang merupakan perayaan tradisi adat masyarakat Lombok menarik minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Festival itu dilaksanakan sekali setahun di akhir bulan Februari atau di awal bulan Maret. Perayaan dilakukan menangkap cacing laut yang oleh warga Lombok disebut nyale.

Pada tahun 2021 kemarin saya pernah mengikuti festival yang diselenggarakan di bulan Februari berlokasi di Pantai Seger Lombok. Acara dihadiri oleh banyak warga lokal maupun turis mancanegara. kami berbondong-bondong mendirikan tenda di pesisir pantai pada sore harinya untuk digunakan sebagai tempat tidur di malam harinya.

Pada malam hari warga lokal maupun turis yang ingin menyaksikan tradisi itu menyalakan api unggun dan mempersembahkan drama tentang Putri Mandalika serta akan menarikan tarian-tarian tradisional Lombok. Lalu sekitar pukul 03.00 dini hari orang-orang turun ke pantai untuk memburu cacing nyale. Ada tradisi yang unik dalam menangkap cacing tersebut, kami harus berteriak dengan kata-kata sedikit kasar, sebab dipercaya masyarakat sebagai panggilan kepada cacing nyale agar keluar ke permukaan. Konon tradisi berteriak ini sama persis dengan yang dilakukan oleh masyarakat Lombok terdahulu ketika Putri Mandalika mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut.

Suasana di Pantai Seger ramai karena ketika siang hari ada pertunjukan Gendang Beleq, pertunjukan musik khas suku Sasak yang dimainkan para lelaki, serta joget atau penari wanita yang menari mengikuti musik gendang. Selain itu ada juga pertunjukan adat Presean yaitu dua lelaki akan bertarung menggunakan kayu dan memakai perisai untuk melindungi dirinya serta mereka juga akan menari tarian sasak disetiap gerak pertarungannya. Adat tersebut menggambarkan para pangeran terdahulu yang rela bertarung untuk memperebutkan Putri Mandalika,

Aneka warna cacing khas Lombok bernama nyale. Foto : Damma Ari

Di tahun 2022, Festival Bau Nyale jatuh pada 20-21 Februari lalu berdasarkan hasil sangkep warige (musyawarah) para tokoh adat di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Perayaan didasarkan dari cerita rakyat yang percaya bahwa cacing laut atau disebut nyale adalah jelmaan rambut dari Putri Mandalika yang merupakan seorang putri kerajaan dari Lombok yang cantik dan diperebutkan pangeran dari berbagai kerajaan.

Agar tak terjadi perpecahan di antara warga Lombok, ia memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Laut Lombok. Ajaib dari tempatnya ia jatuh ke laut, keluarlah cacing dari laut yang memiliki berbagai warna. Masyarakat setempat percaya, Putri Mandalika telah menjelma menjadi penjaga Pantai Lombok dan rambutnya menjelma menjadi cacing laut yang disebut nyale.

Masyarakat setempat menangkap cacing nyale dengan tangan kosong dan ada juga yang membawa serokan atau jaring ikan berukuran kecil agar bisa menangkap lebih banyak lagi. Umumnya cacing nyale ini bisa dimakan langsung setelah ditangkap dan bisa juga diolah menjadi olahan makanan lain seperti pepes, tumis cacing nyale, kripik cacing nyale, dan lainnya.

Masyarakat yang turun ke laut untuk menangkap cacing laut biasanya akan langsung memakannya hidup-hidup. Cara itu memberikan kesan tersendiri bagi mereka karena cacing nyale akan terasa lebih segar dengan perpaduan rasa manis dan asin serta sedikit creamy. Tak jarang pula masyarakat menjajakan hasil tangkapan cacing nyale mereka di pasar kemudian dibeli oleh sebagian masyarakat yang tidak ikut perayaan namun ingin mencicipi nyale.

Sebagian besar masyarakat Lombok sangat menyukai cacing nyale karena rasanya yang unik dan cacing tersebut hanya bisa ditemui sekali dalam setahun oleh karena itu wisatawan dari berbagai penjuru dunia sangat bersemangat dalam mengikuti perayaan bau nyale dan ingin mencoba memakan cacing laut itu, tak jarang para wisatawan memuntahkan kembali karena merasa jijik dan adapula yang menyukai eksistensi rasa dari cacing nyale tersebut.

Umumnya cacing nyale memiliki tiga warna yang berbeda-beda yaitu merah, hijau dan kuning. Warga setempat menyatakan walau berbeda warna, rasa cacing sama saja. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, Festival Bau Nyale menggambarkan kemakmuran daerah mereka dan menjadi tanda keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa, itu sebabnya Festival Bau Nyale menjadi perayaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga Lombok.

Festival Bau Nyale termasuk dalam salah satu pesona Indonesia dan diakui pemerintah sebagai daya tarik wisata yang dapat meningkatkan sumber devisa negara. Apalagi masyarakat lokal juga memiliki kesempatan untuk menghasilkan rupiah dengan memanfaatkan destinasi wisata  yang sedang ramai dikunjungi wisatawan.

 

Mita Apriani, mahasiswi STP Trisakti Jurusan Pengelolaan Perhotelan