Terimakasih, Aku mencintaimu

64
550

Deg… Deg… Deg… Kenapa jantungku berdetak sangat cepat?! Tenang dulu Dito, ini masih di sekolah. Tapi apa ini? Seorang Dito dapat nilai 70, di bawah KKM?! Ta-tapi aku sudah belajar mati-matian semala. Baca materi dan semua catatan yang sudah dikasih oleh guru les. Ini pertama kalinya bagiku.

Apa respon mama kepadaku nanti, padahal ia sudah menjadi ayah dan ibu bagiku, bekerja dan menjadi seorang ibu tidaklah mudah, hanya demi tiap langkah yang kuambil menjadi indah bagaikan lintasan yang penuh dengan bunga mawar kesukaannya, dan ini hasil yang ia dapatkan? Apakah ia akan… kecewa?

“Oya, Dit. Ini masih siang, masih di sekolah, udah ngelamun aja lo, kenapa sih?” Tidak ada jawaban dari seorang Dito. Matanya masih kosong tanpa tujuan, namun terlihat pikirannya sedang penuh dengan suatu hal yang sangat rumit baginya. “Oya Dit! Yaelah ini juara umum bengong mulu.” Sontak Dito kaget dan protes, “Apaan sih Sinta, enggak usah teriak-teriak bisa nggak? Kuping gue sakit nih!”.

Dengan muka kesal dan amarah yang ditahan, Sinta menjelaskan dengan “senyuman indah” yang khas dari dirinya. “Gini ya sahabatku yang paling ganteng dan pintar seantero SMA Bintang. Lo itu kenapa sih? Setelah dibagikan nilai ulangan Fisika, lo jadi ngga jelas gini, melamunlah, jadi rada budeglah, kayak muka indahmu ini penuh dengan masalah. Ada apa, coba sini cerita ke sahabatmu yang paling cantik dan menawan ini”.

“…Gue takut setakut-takutnya respon apa yang bakal ditunjukin sama mami gue. Ya yang gue yakin dia pasti kecewa sih.”

Dito menghela nafasnya, “Ya, gimana ya Sin. Gue udah dibiayain les yang mahal  sama mama gue, dan gue tahu dia punya harapan besar di gue yang merupakan anak tunggalnya, mana- papa gue udah enggak ada kan, dapet panggilan dari Tuhan, hehe. Ini pertama kalinya gue dapet nilai di bawah KKM. Gue takut setakut-takutnya respon apa yang bakal ditunjukin sama mami gue. Ya yang gue yakin dia pasti kecewa sih.”

Tin… Tin.. Dito dan Sinta melihat ke arah bunyi itu berasal. Ya jika kalian menebak itu adalah suara mobil dari mamanya Dito, kalian benar. “Duluan ya Sin, pray for me lah, hehe” Sinta pun membalasnya dengan jempol dan senyuman paling hangat yang ia punya.

“Hai sayang, gimana di sekolah? Baik-baik saja kan, ada yang yang mau diceritain atau gimana? Kok kamu kayak khawatir gitu sih? Yuk cerita aja ke mama.” Gelengan kepala lah yang diterima oleh mamanya Dito. Gimana ya, kalau di kasih tahu sekarang kayaknya mama bakal marah, tapi kalau enggak di kasih tahu, sama aja pasti ketahuan. Ya sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh juga kan? Malem aja deh pas makan malam. Tak lama kemudian sampailah mereka ke rumah bak istana yang mereka punya.

“Ganti baju, makan siang, les, mandi, abis itu makan malam ya sayang” “Oke ma” Heran, bingung dan tidak familiar dengan perilaku anaknya hari in, “Eh kertas apa ini? Kayaknya punya Dito deh.” Kertas yang jatuh di lantai itu dibuka, dan kaget mamanya Dito menemukan kertas dengan judul ulangan fisika dan di sebelahnya terdapat angka 70 dengan tinta merah yang cukup menarik bagi mata untuk melihatnya.

“Dito, kesini sebentar, mama mau ngomong”. Keringat bercucuran sangat banyak, tangan dan kaki Dito terasa sangat dingin. Sesampainya ia di depan mamanya, matanya kembali terkejut melihat kertas ulangan fisikanya sudah berada di tangan mamanya.. “Aduh kok bisa kertas itu udah ada di tangan mama, duh gimana ya, mama marah gak ya, aduh, aduh, apa hukuman yang bakal aku dapet, cambuk? pukulan? bentakan? Aku tahu mama baik, tapi kalau orang lelah dikasih beginian ya aku aja pasti marah dan hilang kendali. Gimana ya?”.

Melihat anaknya yang ketakutan mamanya Dito pun berkata “Dito sayang coba lihat mama dulu, terus ceritain apa yang terjadi.” Sekitar lima menit Dito berdiam diri dan menundukkan kepalanya. 

Senyuman selebar samudera itu mekar di muka mamanya Dito melihat kegemasan reaksi anaknya ketika pertama kali mendapatkan nilai segitu. Setelah memegang pundak anaknya, Dito pun mulai melihat mamanya dan bercerita, “Jadi ulangan fisika aku hari ini dibagiin ma. Tapi perlu mama tahu, aku gak bolos les, aku ngulang materi dari guru maupun dari tempat les, aku udah belajar mati-matian untuk ulangan itu, cuman hasilnya tidak sesuai dengan apa yang aku mau.”

Kalimat yang panjang itu ia ucapkan dengan satu tarikan napas. Tertawa… Hanya suara tawa yang menghiasi ruang tamu itu. “Dito, mama pengen tahu deh, kira-kira Dito mikir reaksi mama bakal gimana?” Kok ketawa? Kok mama terlihat senang dengan kegugupanku? Heran? Banget… “Ya, Dito mikirnya mama bakal marah terus ngurung aku di kamar buat belajar seharian” Lagi-lagi suara tertawa yang terdengar.

Denger sayang, mama mungkin lelah sama pekerjaan dan bagi waktu biar bisa di habisin sama Dito. Tapi perlu diingat bahwa penat mama hilang seketika, ketika melihat kamu yang tertawa, bagaimana kamu cerita tentang hari kamu di sekolah, les dan yang lainnya. Bagi mama, selagi kamu bahagia, mama akan ikut bahagia. Jadi mulai hari ini mama cuman berpesan, jangan ada rasa takut kepada mama ya, karena mama  tahu belajar itu tidak mudah, tapi kamu sebagai pelajar yang baik harus bisa menyelesaikannya dengan baik, jadi untuk ke depannya kamu bisa melakukan yang lebih baik dari ini, jangan kendor belajarnya ya sayang.

Eh..” Pelukan hangat Dito berikan kepada mamanya bak bidadari yang turun dari kahyangan itu. Cantik, baik hati dan pengertian adalah kata yang bisa mendeskripsikan mamanya itu. Dengan air mata yang terus mengalir, Dito mengucapkan “Terimakasih, aku mencintaimu.”