Dendam…
Dendam itu akan muncul ketika hati tersayat oleh ucapan
Dan perilaku manusia yang tidak ber-akhlak dan ber-moral
Marah? Itu pasti, karna diri ini selalu memberontak ketika mengingat semua yang sudah terjadi
Sedih? Itu pasti, karna kedua mata ini selalu meneteskan air untuknya
Kecewa? Itu pasti, karna hati ini benar-benar terbelenggu
Dendam? Itu pasti, karna hati ini selalu menyimpan api yang berkobar-kobar dalam hati
Hati ini selalu terselimuti oleh amarah dan dendam yang membabi-buta
Dan hanya keinginan untuk balas dendam lah yang selalu tertanam di dalam hati
Bahkan kebencian pun mampu membalut mata ini menjadi benar-benar buta
Mata ini sama sekali tidak bisa melihat sisi baik dari orang tersebut
Apapun yang Dia lakukan selalu terlihat salah oleh kedua mata ini
Karna yang ingin dilakukan oleh otak, hati dan fikiran ini hanyalah satu…
Melihat dia HANCUR…
Namun sayang…
Diri ini tak cukup nyali untuk mati!
Dan akan lebih baik jika diri ini BERDAMAI DENGAN DENDAM
Yaaahhh anggap saja itu istilah lain, dari kata “memaafkan”
Karna diri ini sadar…
Bahwa pemujaan dan penyembahan terhadap Dendam
Hanya akan membuat diri ini menjadi terpasung
Dan lingkaran kehidupan ini pun hanya akan stuck disini saja
Dunia ini tercipta untuk dinikmati keindahan dan keluasannya
Apakah diri ini akan tetap memilih untuk terpasung
Dalam sangkar kecil kelam yang bernama dendam?
Tentu saja TIDAK !!!
Memang berdamai dengan amarah, berdamai dengan kebencian, dan berdamai dengan dendam memang tidaklah mudah
Sulit rasanya berdamai dengan semua hal itu
Ku akui, diri ini tidak akan sanggup untuk lari dari semua masalah
Namun kuyakinkan pula diri ini untuk tidak terjerumus dalam kebodohan
Diri ini akan selalu berusaha derdamai dengan dendam
Dan akan menjadi rajawali yang memiliki hati layaknya merpati putih
Kutatap birunya langit yang begitu indah, dan diri ini berjanji kepada-Nya
Bahwa diri ini tidak akan pernah membiarkan ruangnya
Terisi oleh hantaman dari kobaran api yang menyala-nyala…
Duwiana Puspita Sari
Halo mb dwiana. Puisinya sangat bagus, dan menginpirasi saya juga untuk menulis puisi di sini. Tetapi saya bingung tatacaranya, apakah puisi yang kita tulis memang menunggu di up pihak kompas dulu atau bagaimana ya? Terimakasih
hallo kak Ilmi Aliya :). Iya kak biasanya setelah kita submit artikel atau puisi dikompas kita harus nunggu beberapa hari dulu. Jika pihak kompas menyetujui maka tulisan kita akan langsung di publish kak… Setahu saya seperti itu.
Kak gimana ya cara untuk mengirim artikel bentuk PDF
Jawaban Dwiana sudah betul. Jika semua syarat sudah dipenuhi dan tak ada antrean para pengirim tulisan, karya yang kami terima akan segera diunggah. Kalau mau dengan mudah tahu, puisi atau tulisan lain yang bisa cepat diunggah, Aliya bisa baca tulisan kawan lain yang sudah ada di web Kompas Muda. Terima kasih
hallo kak soelastri. saya mau bertanya. cara mengirim naskah cerpen bagaimana ya? apa harus saya ketik di word terlebih dulu? jika memang harus di ketik di word, lalu bagaimana cara mengirimnya?
Halo Irmansyah. Sama dengan tulisan lain. Bisa kau ketik dulu di word lalu dikopi ke halaman yang kau buka sesuai petunjuk sebagai kontributor. Oh ya, semua tulisan termasuk cerpen harus dilengkapi ilustrasi yang sesuai isi tulisan. Ilustrasi bisa foto, gambar, gratis tetapi harus karyamu sendiri. Tidak boleh mengambil karya orang lain.
Saya menulis artikel dan ternyata pending, terimakasih infonya.
Bismillah… Halo kak.saya mau tanya jika ingin mengirim artikel dalam bentuk PDF. Apakah bisa kak?
saya mau bertanya kak, untuk mengirim artikel ke kompas muda agar direview oleh tim editor apakah di page “Post” ? kemudian setelah itu menulis dan klik di submit for review ?
maaf kak saya baru dan saya belu ]m tahu caranya
terrimasih, semoga dijawab
Comments are closed.