Konser Musikmu Ditengah Perjalanan Pulang

0
1095

Aku suka percakapan bodoh kita. Aku suka ketika kamu menceritakan segala keluh kesahmu dengan kata sambatan diakhir kalimatmu.

Apalagi suaramu di pesawat telepon selalu membuatku candu. Kamu yang bernyanyi diiringi suara kendaraan menjadi backsound di acara konser musikmu malam itu. Konser yang diselenggarakan saat sang penyanyi tengah berkendara di jalan pulang. Astaga, Lucu ya kita. Aku menikmati semuanya yang kamu persembahkan.

Tapi sepertinya, itu konsermu yang terakhir ya? Kemarin ku lihat kamu pergi tergesa-gesa, tanpa kata dan meninggalkan beberapa rasa. Padahal aku sudah menyiapkan konser musikmu dengan daftar lagu favoritmu. Lagu yang sering kita nyanyikan kini hanya ku dengar sendirian.

Aku selalu bertanya hubungan kita ini apa namanya…

Rindu itu harus dibayar kata kebanyakan orang. Tapi bagaimana denganku? Hubungan yang tidak jelas namanya ini apa bisa disebut rindu? Rindu yang aku tabung dua tahun ke belakang ini masih selalu ku isi dengan bait-bait doa agar kita kembali dipertemukan semesta.

Tapi cara semesta membayar rindu sangat sulit diprediksi. Seperti saat ini, akhirnya aku bisa melihatmu lagi. Akhirnya aku melihat senyummu walau senyuman bercampur dengan rasa canggung.

Mata kita beradu pandang dikepulan asap api unggun malam itu. Binar matamu masih sama, masih tatapan yang selalu aku idamkan. Dengan tanganmu yang mengenggam erat. Iya, mengenggam erat tangan kekasihmu itu. Kamu bahagia kan, tanpa aku ?

Asap pekat walau dihisap sekejap, mudah melekat tetapi cepat menguap.
Tak ada alasan untuk menetap, karena peran asap hanya sebagai kepulan.
Tak ada yang bisa diucap, karena peranku hanya sebagai kenalan.