Menyosialisasikan Ragam Budaya Indonesia Pada Pelajar Polandia

0
181

Memiliki komposisi warna bendera yang sama, merah putih, Indonesia dan Polandia justru mempunyai karakteristik yang jauh berbeda. Sebagai mahasiswa Indonesia yang saat ini berkesempatan menempuh studi di Adam Mickiewicz University di Polandia, saya gemar menyosialisasikan karakter, nilai, serta budaya Nusantara pada para pelajar Polandia.

Dari sisi demografis, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Di Polandia, 85 persen masyarakat di sana beragama Kristen. Sebagai salah satu aspek identitas, agama juga memengaruhi nilai-nilai yang berlaku. Seperti budaya kuliner, berpakaian, dan selebrasi tradisional hingga modern.

di Lembaga Belajar Bahasa Pan Angielskiego, Poznan, Polandia

Para pelajar Polandia dari umur 8 hingga 17 tahun tidak memercayai saat saya memaparkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah! “Mungkin yang dimaksud dialek?” tanya mereka menggebu-gebu. Masih menyangkal angka keberagaman yang fantastis. Lebih lanjut, saya juga menampilkan video singkat yang memuat pengenalan lebih dari 1.300 suku bangsa di Indonesia.

Bagi para pelajar Polandia, negara Indonesia sangatlah menarik. Sebelumnya, yang mereka ketahui dari negeri kaya ini hanyalah Bali. Dari generasi ke generasi, Bali merupakan destinasi tersohor di Sebelah Timur Kontinen Eropa ini. “Aku ingin berkunjung ke Bali saat Summer, Tika! Tidak saat Winter” ujar salah satu murid Polish yang memantik diskusi lanjutan tentang karakteristik iklim beberapa waktu.

Mengutip data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, saya menjelaskan bahwa rata-rata suhu di Indonesia adalah 27,1°C. Untuk negara Polandia yang terklasifikasikan dingin dan memiliki iklim yang sulit terprediksi, temperatur tersebut adalah surga bagi mereka. “Tika, why did you leave Heaven on Earth?”. Saya hanya tersenyum mendengarnya.

Berkali-kali mereka tertakjub saat saya menunjukan keindahan alam lainnya selain Pulau Bali yang tengah mereka kenal. Di antaranya: Labuan Bajo, destinasi air terjun di Jawa Barat, hingga pulau lainnya dari Sumatera hingga Papua. Mereka bersemangat untuk mengunjungi Indonesia, namun di sisi lain sedikit “mundur” saat mengetahui bahwa perjalanan menggunakan pesawat terbang memakan waktu 1 hari.

Perbedaan signifikan lainnya dari Indonesia dan Polandia adalah jumlah penduduk. Saat dipaparkan bahwa Indonesia memiliki total penduduk lebih dari 275 juta, para pelajar otomatis berhitung. “Maksudmu 7 kali lipat dari total penduduk kami, Tika?” Ya! Populasi Polandia adalah 38 juta jiwa. Dengan angka kecil itu, Polandia telah menjadi negara peringkat lima terbesar di Uni Eropa. Bisa ditarik konklusi bahwa negara-negara Benua Biru ini jarang mengalami permasalahan kepadatan penduduk.

Banyaknya penduduk juga terdeskripsikan dari foto yang saya lampirkan dari Ibu Kota Jakarta. Pemandangan arus lalu lintas yang penuh dan macet. Hal ini kemudian menjadi bahan diskusi mendalam. Terdapat perbedaan gaya hidup dari 2 negara kami. Di Polandia, mayoritas masyarakatnya lebih memilih bermobilitas menggunakan transportasi publik (terlebih pelajar). Sedangkan di Indonesia, mayoritas lebih memilih untuk menyicil kendaraan pribadi utamanya motor.

Perbedaan gaya hidup lainnya juga terlihat secara gamblang di ruang-ruang publik. Warga Polandia gemar menghabiskan waktu di Taman Kota bersama kerabat maupun teman sebaya. Di hari Minggu, seluruh pusat perbelanjaan seperti mal ditutup untuk menghargai akhir pekan beribadah, hak pekerja, dan meluangkan waktu bersama keluarga tercinta. Hal ini tentu bisa kita tiru sebagai pemanfaatan keseimbangan ruang publik. Lebih lanjut, pola hidup ini membantu meningkatkan produktivitas dan menurunkan budaya konsumerisme.

Di sesi akhir presentasi, biasanya para siswa menanggapi apa hal yang mereka pelajari dari Indonesia. Banyak siswa yang menyoroti nilai luhur Indonesia dalam keberagaman. Hal ini tentu paralel dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia merekognisi berbagai agama, rakyatnya yang juga memiliki ragam warna kulit. Nilai toleransi ini yang terus disoroti sebagai hal luar biasa bagi masyarakat Eropa yang cenderung homogen.

Sungguh kesempatan luar biasa untuk mempresentasikan Nusantara yang kaya (kaya kemajemukan, kaya keindahan alam, kaya sumber daya) pada para pelajar Polandia yang menyambut hangat nilai-nilai kami.

 

Tika Tazkya Nurdyawati, mahasiswa Short Term Studies Adam Mickiewicz University Polandia, Faculty of Political Science and Journalism