Mahasiswa KKN Undip Ciptakan Alat Sensor Sanitizer Otomatis

56
292

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah program pengabdian masyarakat yang harus diambil oleh mahasiswa Universitas Diponegoro yang sudah menginjak semester akhir sebagai syarat kelulusan. Terjadinya pandemi COVID 19 maka terjadinya perubahan penempatan lokasi mahasiswa melakukan pengabdian yang awalnya sudah ditetapkan oleh pihak kampus menjadi KKN di kampungnya masing masing, KKN Tim II dilaksanakan mulai 5 Juli 2020 sampai dengan 15 Agustus 2020.

Saya, salah satu Mahasiswa Universitas Diponegoro Departemen Teknik Industri melakukan rangkaian kegiatan KKN di Kota Bandung. Kegiatan KKN diselenggarakan di RT 05/RW 13 Komplek Bandung City View, Kelurahan Karang Pamulang, Kecamatan Mandalajati.

Setelah berdiskusi dengan Ketua RT 05  Asep Sudrajat, saya memutuskan membuat kompos dari daun kering. Awalnya saya melihat di perumahan itu terdapat lapangan basket yang di atasnya banyak serakan dedaunan kering. Lapangan basket jadi tidak estetik dan lingkungan menjadi tidak bersih. Biasanya jika terdapat sampah daun kering biasanya dibakar. Agar ada upaya penerapan tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang sanitasi lingkungan saya mengolah sampah daun kering menjadi kompos.

Caranya, sampah daun kering ditutupi dengan media. Setiap hari saya memberi air bakteri agar pembusukan daun kering bisa cepat. Panen kompos terjadi setelah 4-6 minggu sejak pertama kali daun kering ditutupi dengan media tanam dan diberi air bakteri.

Calon kompos

Program kedua saya, membuat alat sensor sanitizer otomatis. Masa pembatasan berskala besar untuk Jawa Barat berakhir pada tanggal 1 Juni 2020 lalu tetapi masyarakat masih dinilai kurang menjalankan protokol kesehatan. Misalnya mencuci tangan dengan sanitizer ketika memasuki tempat umum.

Maka dari itu perlu pemberdayaan kembali untuk membiasakan mencuci tangan bagi masyarakat agar memutus rantai penyebaran virus COVID 19 khusunya untuk warga Komplek Bandung City View. Dengan Inovasi baru, sanitizer otomatis, warga atau tamu cukup mendekatkan tangan kiri pada sensor yang sudah disediakan dan tangan kanan siap  menerima cairan sanitizer yang keluar.

Alat sensor sanitizer otomatis dibuat dari bahan sensor infrared, pompa DC, TIP32C PNP transistor, resistor 1K, dua buah baterai AA, dan gel sanitizer. Namun, sanitizer otomatis ini masih mempunyai kekurangan yaitu apabila didekatkan cahaya matahari, gel sanitizer akan terus keluar. Kedepan  harus diberi pembaharuan dengan pemberian wadah kayu yang menutupi sensor infrared, agar apabila terkena sinar matahari cairan gel sanitier tidak keluar terus menerus.

Dengan alat sensor sanitizer otomatis maka terjadi tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang produk inovatif. Saya berharap kebiasaan masyarakat untuk mencuci tangan bisa kembali diberdayakan.

Drajat Akbar Dilaga, mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang