Nirbaya

Aku berdiri di sudut pintu
Kakiku beku diborgol jagat bertabur pilu
Aku segera bangkit
Melawat raga yang terjangkit

Sepatu bot, mantel hazmat menyeretku ke ujung bilik kaca
Menautkanku dengan deru napas, nahas
Lagi-lagi memberi ruang mereka yang tumbang
Sedang anakku yang malang menjerit ingin aku pulang

Tanganku kaku
Merayu gagang pintu di kiri ruang tunggu

Aku haus

Haruskah aku meneguk air mataku tanpa malu
Ludahku sudah kering diisap sumpah serapah

Ini semua salahku
Belum bisa menjinakkanmu
Kau bebas meludahi isi bumi
Kau tukar miliaran cita jadi duka

Sampai kapan kau bergerak tanpa kendali

Haruskah aku berdoa sambil marah agar kau enyah
Kau anggap nyawaku hanya rumah singgah
Haruskah aku seorang diri jadi pahlawan tuk meluluhkanmu
Meratap mayat pandemi setiap hari
Haruskah aku bertanya kepadamu
Bagaimana nikmatnya jadi sorotan dunia
Sedang aku kering kerontang tubuhku tinggal belulang
Haruskah aku bunuh diri bersama diksi-diksi resonansi patah hati yang hampir mati
Agar aku jadi penghuni terakhir kamar isolasi

Haruskah aku melayat diriku sendiri lusa nanti ?