Menikmati Masa Muda Dengan Menjadi Abang None Jakarta

55
2171

Setelah melepas seragam Sekolah Menengah Atas (SMA) lalu melanjutkan pendidikan ke dunia perkuliahan akan terasa hampa jika saya tidak mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau himpunan yang ada di kampus. Begitu pun dengan beberapa mahasiswa lainnya yang juga mengikuti UKM sesuai dengan bidang yang mereka kuasai, mulai dari olahraga, seni, bela diri, dan lain sebagainya.

Tidak sedikit dari kaum milenial yang saya kenal menjadi mahasiswa “kupu-kupu” dengan alasan mereka hanya ingin menempuh pendidikan di kampus dan mendapatkan gelar sarjana. Padahal soft skill juga sangat penting untuk kaum milenial baik untuk media pengembangan diri maupun untuk memasuki dunia pekerjaan.

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh kaum milenial agar memiliki waktu yang lebih bermanfaat seperti mengikuti unit kegiatan mahasiswa, himpunan, sanggar seni, berpartisipasi dalam lomba, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari kegiatan yang bermanfaat bagi kaum milenial di DKI Jakarta adalah mengikuti Abang None Jakarta seperti yang saya ikuti sekarang.

Melihat para pemuda yang kurang aktif dan peduli dalam mengembangkan diri mereka pada bidang budaya dan pariwisata, Abang None bisa menjadi tempat mereka untuk mengembangkan diri pada bidang tersebut. Sebagai pemuda yang tinggal di wilayah DKI Jakarta perlu mengetahui kebudayaan dan seluk beluk kota ini karena kedua hal itu sangatlah penting.

Cara yang saya ambil untuk mengembangkan pengetahuan mengenai kedua hal itu adalah mengikuti ajang Abang None Jakarta ini. Dengan mengikuti ajang itu, kita bisa memiliki pengalaman yang membanggakan karena bisa mengetahui apa saja yang ada di DKI Jakarta mulai dari pariwisata, kebudayaan, program kerja pemerintah, sejarah, dan lain-lain.

Di samping itu, kita juga punya beberapa keuntungan lain seperti relasi yang tambah luas, apresiasi dari beberapa pihak, soft skill yang cukup banyak. Juga beberapa pekerjaan yang berkaitan dengan kebudayaan serta kepariwisataan.

Sebelum menjadi seorang Abang-None, saya seperti kaum milenial pada umumnya yang hanya menempuh pendidikan formal dan menjadi anggota salah satu himpunan dari kampus. Saya sering kali merasa hidup begitu monoton karena kegiatan setiap hari nyaris sama dan tidak mendapatkan hal-hal baru di masa muda.

Pengalaman baru 

Pada suatu saat salah satu senior himpunan di kampus menawari saya untuk ikut kompetisi menjadi seorang Abang None. Saya langsung bersemangat untuk mengikuti kompetisi menjadi Abang None agar bisa mendapat pengalaman baru yang nanti berguna di masa depan.

Inilah beberapa keuntungan menjadi seorang Abang None, saya mendapatkan relasi yang begitu luas yang bisa membawa saya ke dunia pekerjaan sesuai dengan kemampuan berbicara saya yang cukup baik. Misalnya tawaran menjadi master of ceremony (MC), moderator, dan seorang pembicara.

Kemampuan yang sebelumnya hanya terpendam di dalam diri saya, perlahan-lahan mulai berkembang setelah mengikuti kompetisi Abang None DKI Jakarta. Hal lain yang dapat saya banggakan menjadi seorang Abang None adalah bertemu bahkan menjadi pendamping sosok-sosok penting di DKI Jakarta seperti gubernur, walikota, kepala suku dinas.

Menjadi Abang None Jakarta bisa mengembangkan eksistensi para milenial. Apalagi bagi mereka yang tertarik pada bidang hiburan, ajang itu bisa menjadi batu loncatan untuk ke jenjang yang lebih tinggi. Usia minimal untuk mengikuti kompetisi Abang atau None Jakarta 18 tahun, maksimal 25 tahun.

Dari ribuan pendaftar, panitia akan memilih 30 finalis atau 15 pasang lewat tiga tahap tes. Ada tes kebudayaan dan pariwisata sesuai wilayah DKI Jakarta yang mereka ikuti, lalu ada grup forum diskusi atau FGD. Tes terakhir merupakan tes wawancara bersama tujuh juri dari bidang kebudayaan, kepariwisataan, pemerintahan, psikologi, busana, public speaking, dan kewirausahaan.

Setelah terpilih menjadi finalis Abang None kami mengikuti karantina selama 1,5 bulan. Panitia seleksi kemudian memilih enam pasang pemenang Abang None. Pada penjurian final ada tanya jawab di malam grand final. Kompetisi Abang None Jakarta diadakan mulai dari tingkat walikota. Pemenang di tingkat kota akan menjadi wakil kotanya untuk maju ke kompetisi Abang None tingkat DKI Jakarta atau provinsi.

Foto : arsip pribadi Rafael

Ajang Abang None ini bisa menjadi salah satu cara yang tepat bagi para generasi penerus bangsa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang bisa memajukan DKI Jakarta karena Abang None bukanlah sebuah pekerjaan atau ajang kecantikan tetapi Abang None merupakan tempat yang tepat untuk mengembangkan kualitas dan eksistensi diri bagi kaum milenial.

Setiap peserta kompetisi Abang None Jakarta musti memiliki kriteria 3B (brain, beauty, behavior) karena menjadi seorang Abang None bukan hanya dinilai dari wajah, tetapi pengetahuan dan sikap menjadi hal utama. Saya pribadi merasa beruntung dan bangga bisa menjadi bagian dari Abang None Jakarta yang memberi pengalaman dan pengetahuan baru dalam banyak hal serta memiliki kesampatan menjalin relasi baru di ajang tersebut.

Rafael Fachri Ervinsyah, mMahasiswa Marketing Communication Faculty of Economics and Communication Binus University Alam Sutera Tangerang Selatan