Menikmati Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta

0
384

Berbicara soal apa saja yang bisa dilihat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan pernah ada habisnya. Kota yang dijuluki sebagai kota pelajar ini menawarkan segundang destinasi wisata budaya yang menakjubkan. Beberapa waktu lalu, saya pergi ke Museum Ullen Sentalu yang berjarak sekitar 25 kilometer arah utara dari pusat kota Yogyakarta.

Museum tersebut berlokasi di area Taman Wisata Kaliurang, Jalan Boyong KM 25, Kaliurang Barat, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Kalian bisa menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan untuk dapat sampai ke tempat tersebut.

Museum Ullen Sentalu buka setiap hari Selasa-Minggu pukul 08.30- 16.00. Bagi yang ingin berkunjung, jangan kesini di hari Senin ya karena, museum itu tutup. Sesampainya di museum, saya langsung menuju loket untuk membeli tiket masuk.

Sejarah museum

Museum Ullen Sentalu didirikan oleh keluarga Haryono, yang merupakan bangsawan Keraton Yogyakarta. Kecintaan keluarga Haryono kepada sejarah Indonesia khususnya Jawa, membuat mereka gemar mengoleksi peninggalan warisan budaya Jawa. Gagasan untuk mendirikan sebuah museum di kaki Gunung Merapi tersebut muncul pada tahun 1990-an dan pada akhirnya museum itu diresmikan pada 1 Maret 1997.

Menariknya, nama Ullen Sentalu itu merupakan singkatan dari bahasa Jawa yaitu ulating blencong sejatine tataraning lumaku yang artinya nyala lampu blencong (lampu yang digunakan saat pertunjukan wayang kulit) sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan.

Museum milik swasta itu mengisahkan mengenai peradaban kerajaan Mataram Islam yang menampilkan kehidupan para bangsawan di masa Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegara, dan Kadipaten Pakualaman.

Bagi pecinta sejarah dan budaya, destinasi wisata tersebut sangat cocok untuk dikunjungi. Arsitektur Museum Ullen Sentalu sangat unik yaitu mengambil konsep gothic Eropa abad pertengahan dan gaya Jawa. Keunikannya yang tidak bisa kalian dapatkan di tempat lain. Faktor itu membuat museum tersebut mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya dinobatkan sebagai museum terbaik di Indonesia.

Dijamin, dengan keanekaragaman benda di museum itu, kalian tidak akan bosan karena banyak hal yang justru akan menarik perhatianmu.

Tur museum

Penulis berfoto di luar Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta. Foto : Arsip Viclarisa Natalia

Sebelum membeli tiket, kalian perlu tahu rute museum di sana agar tidak salah membeli tiket. Terdapat dua paket tur di Museum Ullen Sentalu. Pertama, Tur Adiluhung Mataram dengan area yang dikunjungi adalah Gua Sela Giri dan Kampung Kambang. Kedua, Tur Vorstenlanden dengan area yang dikunjungi adalah Djagad Galeri, Esther Huis, dan Sasana Sekar Bawana.

Tur Adiluhung Mataram berisi tur tentang budaya Jawa dengan durasi sekitar 40 menit yang membahas mengenai sisilah raja-raja Mataram, koleksi batik klasik Jogja dan Solo, busana dan asesoris putri Keraton, kisah Gusti Nurul, dan gamelan serta lukisan tarian klasik.

Tur Vorstenlanden berisi tur tentang percampuran budaya Jawa-Belanda-Tionghoa dengan durasi sekitar 60 menit yang membahas mengenai koleksi lukisan master piece museum, kisah tentang zaman keemasan raja-raja Mataram, miniatur kereta Keraton, dan jelajah rumah bergaya indie.

Tidak hanya itu, jika memilih tur ini, maka kalian akan mendapatkan sesi coffeebreak yang menyediakan kukis, teh atau kopi yang dapat diambil secara gratis. Wah, menarik bukan?

Oh ya, berbeda dengan museum lainnya, kalian tidak diperbolehkan untuk berpergian secara bebas di dalam museum. Pengunjung akan dipandu oleh pemandu tur untuk menjelajah isi museum. Tenang saja, pemandu di sana sangat interaktif sehingga kalian bisa mendengar penjelasan dan bertanya secara bebas untuk mendapatkan segala informasi mengenai sejarah dan budaya Jawa yang ada di museum itu.

Harga tiket

Tiket untuk masuk ke Museum Ullen Sentalu di Yogyakarta. Foto : Viclarisa Natalia

Bagi Anda yang ingin menikmati museum ini, Anda hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.000 per orang untuk tiket tur Adiluhung Mataram dan Rp 100.000 per orang untuk tur Vorstenlanden. Harga tersebut sangat sepadan dengan fasilitas, suasana, dan keindahan yang diberikan oleh museum ini.

Kalian tidak akan menyesal mengunjungi museum ini, deh. Untuk harga parkir kendaraan, kalian hanya perlu membayar Rp 3.000 untuk sepeda motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Sangat terjangkau bukan?

Kesempatan kali ini, saya memilih Tur Vorstenlanden yang lebih banyak memperlihatkan dan memberikan penjelasan tentang pencampuran budaya Jawa, Belanda, dan Tionghoa.

Isi museum

Ketika saya membeli tiket, ternyata tur yang saya ambil sudah dimulai. Pemandu akan memulai berkeliling dan menjelaskan apa yang kita lihat di sepanjang tur jika pesertanya sudah terkumpul 10 hingga 15 orang. Akhirnya petugas langsung membawa saya bertemu dengan rombongan yang sudah ada di dalam museum.

Masuk ke dalam di bagian depan, saya sudah mendapat suguhan  sebuah area menakjubkan bernama Pelataran Tawang Turgo. Pelataran tersebut dihiasi dengan replika relief candi Borobudur dan terdapat dua patung wanita membawa sesaji. Suara germicik air kolam yang ada dibagian ini membuat suasana semakin menjadi syahdu. Sayangnya, saya dan para pengunjung lainnya tidak boleh mengambil foto di area ini.

Saya melanjutkan langkah kaki kedalam ruangan yang berisi lukisan-lukisan kisah tentang zaman keemasan raja-raja Mataram. Kemudian diperlihatkan dan dijelaskan mengenai miniatur kereta keraton, dan koleksi lukisan master piece museum serta sejarahnya yang begitu menarik. Dengan peserta yang tidak terlalu banyak dan penjelasan yang jelas dan interaktif, saya bisa menikmati dan memiliki pengetahuan baru.

Selanjutnya saya dan rombongan dibawa untuk menjelajah rumah bergaya indie. Di tempat itu kita bisa melihat koleksi-koleksi isi rumah pribadi dan koleksi-koleksi kebaya yang merupakan akulturasi budaya Jawa – Belanda – Tionghoa.

Pemandu juga menjelaskan arti dari warna-warna kain batik. Waktu 1 jam terasa singkat untuk mengikuti tur itu dan mendengarkan semua informasi menarik yang diberikan oleh pemandu tur. Sayangnya saya tidak bisa mengingat semua informasi yang diberikan, namun begitu saya merasa senang bisa mendengarkan sejarah Jawa dan melihat keindahan museum tersebut.

Setelah selesai mengikuti tur, saya dan rombongan mendapatkan sesi istirahat. Seluruh peserta tur bisa mengambil minuman dan kue secara gratis sambil duduk menikmati indahnya museum tersebut dengan tenang. Setelah itu saya dan rombongan dipersilahkan untuk keluar dari dalam museum dan berfoto di luar museum.

Taati aturan

Ada satu hal yang pengunjung tidak boleh lakukan saat mengikuti tur museum yaitu mengambil foto atau video secara bebas saat berada di dalam museum. Maka dari itu, kalian pasti jarang sekali melihat isi atau koleksi dari museum ini di internet. Namun tenang saja, setelah selesai mengikuti tur, pihak museum  menyediakan spot foto yang tak kalah estetik untuk berfoto ria. Pasti cocok sekali untuk kamu yang ingin mengabadikan momen dan mengunggahnya di media sosial.

Menarik sekali, bukan? Tunggu apalagi, yuk berkunjung  ke Museum Ullen Sentalu! Jangan lupa ajak teman-teman, keluarga, atau kekasihmu untuk merasakan pengalaman dan sensasi menarik di Museum Ullen Sentalu.

Maria Viclarisa Natalia, mahasiswa Mass Communication, Binus University