Potret Sembilan Belas Sampai Kini

0
86

Berdiri di pinggir teras menatap langit

Abu-abu, gelap, tampak awan menangis

Pemandangan manis berubah menjadi pahit

Berubah yang mula optimis menjadi pesimis

 

Sembilan belas, dua angka terakhir termulainya peristiwa ini

Munculnya si kecil mematikan ke bumi

Membuat kita semua terkekang di balik atap ini

Tak tahu menahu kapan ia  akan terbasmi

 

Sembilan belas, munculnya jarak antara kita

Dua puluh, semakin ketat ia mengerjai kita semua

Dua puluh satu, ia menjadi jamak adalah fakta

Akankah kita terkurung sampai tua

 

Orang terbalut putih siap siaga untuk kita

Dengan kain berlapis yang menutup hidung dan mulut

Gugur dalam perang tidak asing bagi kita

Terimakasih telah berjuang tanpa takut

 

Benda tipis lancip memasukan cairan ke tubuh kita

Cairan yang menjadi perlindungan sementara

Kuatlah menjadi akhir kata

Semangatlah ku ucapkan bagi kita semua

 

Dinginnya Malam Hari, Oktober 2022