Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Akhir-akhir ini, kamu sering tak tampak di mataku. Aku dengar-dengar sih, katanya kamu terlalu sibuk mengurung diri, berdua saja bersama buku puisi.
Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Kutengok kamu masih asyik berduaan bersama buku puisi, merapal larik-lariknya ya! Bercumbu dengan kata-kata, mengecup manja sebuah judul puisi.
Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Kuintip dari jendela kamarmu; kamu sedang menari di depan cermin, yang gemasnya, sembari mendekap buku puisi itu. Kudapati kamu senyum-senyum sendiri, yang telaten memandangi buku puisi itu.
Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Kuhampiri kamu malah ngacir, tertawa meledek bersama puisi. Menapaki kumpulan gelagah di pematang taman, tentu dengan menggandeng buku puisi itu.
Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Jangan kira ku tak tahu, kamu sembuyi di balik pohon rindang, pematang taman; sedang pacaran ya, merayu puisi. Duduk-duduk di pohon rindang itu, membolak-balik halaman puisi yang setengah kecokelatan.
Ada hubungan apa antara kamu dengan buku puisi?
Kurebut paksa buku puisi itu, lalu berkata: “Sekarang kamu pilih yang mana! Aku atau puisi ini?”
“Ku mohon, kamu jangan salah paham dulu! Jangan kamu maki-maki puisi itu!”, katamu yang terlihat memelas.
“Kenapa?” tanyaku yang sewot.
“Karena didalam puisi itu, ada kamu-nya”, jawabmu yang lugu. “Ya! Itu kamu”.
Hatiku luruh dibuatnya, lekas kukecup judul puisi itu. Karena, ada bekas bibirmu di sana.