Mengenal Budaya Suku Sasak di Desa Sade Pulau Lombok

52
6288

Desa Sade adalah desa yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa itu merupakan  tujuan wisata adat dan budaya yang menjadi wilayah suku Sasak. Suku Sasak adalah suku asli  pulau Lombok yang memiliki banyak keunikan budaya dan adat yang menarik minat wisatawan yang berkunjung ke sana. Banyak para wisatawan tertarik mempelajari budaya suku tersebut.

Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke Desa Sade yang masih menjaga keaslian budaya yang dianut oleh nenek moyang mereka. Begitu masuk wilayah desa nampak bangunan rumah tradisional yang disebut bale tani yang sampai sekarang masih menjadi tempat tinggal  warga desa tersebut. Selain rumah, ada satu bangunan tradisional lagi yang disebut lumbung.

Lumbung merupakan bangunan tradisional untuk menyimpan padi. Tempat penyimpanan padi dan balai tani merupakan bangunan yang terbuat dari bambu, atapnya dari daun kelapa yang dikeringkan. Bentuk bangunan lumbung dibuat tinggi menjulang dan memiliki empat kaki penyangga agar aman dari gangguan tikus dan hewan lain.

Warga Desa Sade mayoritas beragama Islam. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, namun beberapa pemuda Sade juga bekerja sebagai pemandu wisata. Sebuah profesi yang bertugas memberikan informasi  terkait Desa Sade baik dari sejarah maupun adat istiadat, kebiasaan masyarakat setempat kepada para wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke desa mereka.

Para wanita suku Sasak yang mendiami Desa Sade juga memiliki mata pencaharian menenun yang disebut nyesek, yaitu kegiatan menenun kain tradisional khas Lombok yang disebut songket. Kegiatan itu juga menarik perhatian wisatawan. Para turis dalam maupun luar negeri kerap  mencoba menenun kain tradisional masyarakat suku Sasak.

Perempuan suku Sasak, Lombok sedang menenun

Biasanya untuk menenun satu lembar kain dibutuhkan waktu tiga minggu sampai satu bulan, bahkan ada yang mengerjakannya selama dua bulan. Hal itu tergantung dari tingkat kesulitan motif kain yang ditenun. Macam-macam motif yang ditenun ada motif tokek, bulan bergantung, bintang remawe, wayang, keker dan masih banyak lainnya.

Para perempuan suku Sasak juga memiliki kepercayaan bahwa hasil tenunan mereka akan berpengaruh kepada jodohnya kelak. Mereka  yang sudah siap menikah diharuskan menenun kain songket yang nanti akan diberikan kepada calon suami mereka. Hasil tenunan itulah yang nanti akan berpengaruh pada penilaian keluarga lelaki kepada calon istrinya.

Berkait dengan soal pernikahan, selain ada unsur pemberian kain songket hasil tenunan para perempuan calon pengantin, ada juga tradisi unik lain. Tradisi tersebut bernama nyongkolan yaitu tradisi menculik perempuan yang akan dinikahi oleh lelaki.

Di zaman modern ini, warga Desa Sade  masih menggunakan alat tumbuk tradisional untuk menghasilkan kopi yang diseduh setiap harinya. Mereka mempercayai bahwa biji kopi yang ditumbuk secara tradisional akan lebih mengeluarkan cita rasa enak sehingga rasanya akan semakin nikmat.

Para perempuan biasanya menumbuk biji kopi untuk persediaan. Sebelum ditumbuk, biji kopi disangrai agar aromanya lebih keluar. Setelah hasil tumbukan kopi berbentuk kopi bubuk, para wanita akan menyeduh kopi  tersebut dan menyajikannya kepada para lelaki.

Perempuan suku Sasak memakai alat tumbuk tradisional

Meski warga  desa itu penganut kepercayaan Islam, namun ada beberapa warga yang menganut praktik agama Islam Wetu Telu. Wetu Telu adalah praktik unik sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam menjalankan agama Islam yang hanya menjalankan tiga rukun Islam, yaitu membaca dua kalimah syahadat, salat dan puasa.

Wetu Telu adalah peninggalan agama dari nenek moyang suku Sasak. Warga yang percaya Wetu Telu meyakini bahwa dengan tetap menganut kepercayaan tersebut maka mereka akan tetap dijaga oleh roh para leluhur.

Di luar soal kepercayaan, para wanita suku Sasak  sangat menghormati suaminya. Bagi wanita Sasak, lelaki merupakan seorang kepala keluarga yang sangat disegani dan menjadi panutan sehingga mereka akan selalu berusaha terlihat anggun di hadapan suaminya.

Dalam kaitan itulah masyarakat  Sasak yang mendiami Desa Sade masih menggunakan pakaian adat Lombok sebagai pakaian sehari-hari.  Pakaian adat perempuan disebut lambung sedangkan pakaian adat laki-laki disebut godek nongkeq.

Perempuan suku Sasak di pulau Lombok, NTB dengan baju tradisionalnya

Demi mempertahankan adat istiadat yang sudah diajarkan leluhur, warga Desa Sade sangat berhati-hati menerima akulturasi budaya dari luar. Mereka berharap dengan cara itu keaslian budaya mereka bisa tetap terjaga.

Mita Apriani, mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti Jakarta Jurusan Pengelolaan Perhotelan.

 

Comments are closed.