Pupuk dari Kompos dan Air Limbah Kolam Ikan Ala Mahasiswa IPB University

59
689

Untuk merespon kesulitan yang dialami warga RW 10 Kelurahan Bojong Nangka Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten dalam bertanam, mahasiswa IPB University Bogor yang tergabung salam kelompok kuliah kerja nyata terpadu (KKN-T Tangerang), akhir Juli 2021 lalu membantu mengajari warga membuat pupuk dari aneka sampah organik dicampur air limbah kolam ikan gurame.

Sebelum memutuskan untuk membantu warga, para mahasiswa bertemu dengan Boston Marpaung, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) RW 10 Kelurahan Bojong Nangka. Kepada mahasiswa, Boston menceriterakan kegagalan ia dan warga di RW tersebut dalam bertani dan berternak lele. Sebagian besar warga di tempat itu memang bukan petani, mereka ada yang pegawai swasta dan wirausahawan.

Ketika pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, mereka terpaksa mengurangi kegiatan di luar rumah. Untuk mengisi waktu, warga  mengolah lahan untuk menanam jagung, sayur dan berternak lele di tanah milik developer yang belum dibangun rumah. Luas lahan total yang boleh ditanami mencapai 40 hektar, tetapi warga baru bisa menanam di sebagian kecil lahan dan membuat kolam ikan lele.

Masalahnya menurut Boston, usaha pengelolaan lahan pertanian itu mengalami banyak kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan pupuk dengan kualitas yang baik. Akibatnya beberapa kali hasil panen tak sesuai harapan bahkan mereka merugi.

Padahal, hasil panen aneka sayur misalnya tomat, cabai biasanya dijual dengan harga murah, di bawah harga pasar bagi warga di lingkungan mereka. Hasil penjualan digunakan kembali untuk modal menanam sayur dan berternak lele.

Mendapat informasi tersebut, mahasiswa IPB University yang tergabung dalam kelompok KKN-T Tangerang Kabupaten 01 berinisiatif memberi informasi mengenai pembuatan alternatif pupuk yang dapat dibuat dari campuran bahan organik yang ada di sekitar rumah warga dicampur air limbah kolam ikan gurame. Selain mudah didapat, pupuk dari aneka bahan itu juga bisa menggantikan pupuk kimia yang justru berdampak kurang baik untuk lahan pertanian dan lingkungan.

Tim KKN-T IPB yang beranggota sembilan mahasiswa lalu bermitra dengan RW 10 Kelurahan Bojong Nangka tersebut. Kerja sama dilakukan dalam bentuk kegiatan sosialisasi serta demonstrasi pembuatan pupuk kompos dan pupuk air limbah kolam ikan gurame untuk lahan pertanian terpadu.

Pupuk dibuat dari bahan kompos, sisa sampah organik dari rumah tangga (aneka sisa sampah makanan dan sayur), kulit telur dan daun kering. Semua bahan dicampur dengan air dari kolam ikan gurame yang sudah dbuat warga untuk menggantikan usaha berternak lele.

Keberadaan 12 kolam ikan gurame di lahan pertanian terpadu itu dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair bagi tanaman. Air kolam ikan gurame yang kotor memiliki kandungan nitrogen dan fosfor yang tinggi dari sisa pakan yang mengendap serta feses dan urin dari ikan. Kedua unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk tanaman, terutama sayuran, dalam proses pertumbuhan.

Salah satu kolam ikan gurame di RW 10 Kelurahan Bojong Nangka Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang, Banten yang belum dikuras. Salah seorang anggota gapoktan RW 10 sedang memberi pakan ikan. Foto: Ahmad Rizky

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan secara tatap muka di balai RW dengan jumlah peserta terbatas agar tidak terjadi kerumunan. Semua bahan pembuatan pupuk tadi dicampur lalu ditambah larutan EM4 (decomposer) yang digunakan untuk mempercepat terjadinya pembusukan pupuk.

Peserta terlihat  antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Selain sosialisasi dan demonstrasi mengenai cara pembuatan pupuk, mahasiswa dan gapoktan juga berdiskusi terkait masalah-masalah yang dihadapi di lahan pertanian tersebut. Masalah-masalah tersebut, antara lain tidak meratanya pertumbuhan cabai, kegagalan ternak lele yang sempat dilakukan sebelumnya, dan kiat  berternak ayam.

“Materi yang diberikan  sangat jelas. Penyampaian materi juga  menarik, sehingga mudah dipahami. Sayangnya, pupuk ini belum bisa dilihat hasilnya dalam waktu dekat, karena harus dibiarkan membusuk selama 3-4 minggu. Saya berharap semoga pupuk itu bisa benar-benar dimanfaatkan untuk tumbuhan”, ujar Juru Senta Ginting, salah satu peserta kegiatan sosialisasi.

Untuk makin membuat warga paham mengenai apa yang diajarkan, tim KKN membuat video edukasi dan buku saku berisi penjelasan mengenai alat, bahan, dan langkah pembuatan kedua jenis pupuk seperti yang sudah mereka praktikkan di depan warga. Video edukasi tersebut nanti akan diunggah di YouTube dan buku saku. Para mahasiswa berharap warga anggota gapoktan bisa secara mandiri mengulangi pembuatan pupuk sejenis di masa mendatang dan masalah kekurangan pupuk bisa diatasi.

Perwakilan tim KKN-T mahasiswa IPB University memberikan buku saku kepada perwakilan gapoktan RW 10. Foto: Sarah Aribah Miftahulfallah

Ahmad Rizky, mahasiswa Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor  dan magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch IX