Motivasi di Balik Tragedi Pandemi

50
248

Tidak ada orang ingin terpapar virus Covid-19, namun pada pemberlakuan PPKM Darurat di Jakarta saat ini, saya menjadi salah satu orang yang terinfeksi Covid-19. Akibatnya, sejak tanggal 5 Juli 2021, saya harus isolasi mandiri selama 14 hari sampai tanggal 18 Juli 2021. Selama isolasi mandiri saya tinggal sendiri di kos tepatnya di daerah Bintaro, Jakarta Selatan. Saya tetap tinggal di situ, tidak pulang ke kampung halaman di Lampung, karena masih menjalani kegiatan praktik kerja lapangan di Jakarta.

Awalnya saya sempat merasakan patah semangat sebab tidak bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Produktifitas menurun drastis, di tambah lagi saat itu masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Semangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu dan bahkan tidak terlaksana sama sekali.

Gejala yang saya rasakan ketika terpapar Covid-19 yaitu demam tinggi 38 derajat, influenza, radang tenggorokan, sakit kepala, batuk kering. Selain itu, saya merasa kelelahan bahkan indra perasa dan penciuman saya ikut hilang. Oleh karena itu saya sempat drop di beberapa hari pertama saat terpapar Covid-19.

Semula saya belum menyadari kalau terinfeksi Covid-19. Pada saat bangun tidur, semua badan terasa nyeri dan demam. Ketika itu saya langsung membuat sarapan dan minum vitamin karena saya pikir tubuh saya hanya kelelahan saja. Menjelang siang hari kondisi saya bertambah parah, suhu badan  semakin tinggi dan badan saya tidak ada tenaga untuk melanjutkan aktivitas hari itu.

Akhirnya saya pergi ke klinik untuk melakukan swab Antigen, memastikan saya negatif atau positif Covid-19. Setelah hasilnya keluar ternyata saya dinyatakan positif Covid-19. Saya sempat panik dan merasa hidup tidak lama lagi, tetapi dukungan dari keluarga dan teman teman, membuat saya yakin bisa melewati keadaan ini.

Saya menuliskan pengalaman  ini pada hari ke- 9  menjalani isolasi mandiri di rumah kos. Untuk kebutuhan makan dan minum saya dapatkan  dari ibu kos sehari tiga kali, karena jika saya selalu memesan makanan lewat Gofood akan jauh lebih mahal dan kurang menyehatkan. Untuk kebutuhan lain seperti vitamin, buah, dan obat obatan saya meminta bantuan teman untuk membelinya. Oleh karena masih terinfeksi Covid-19, biasanya ibu kos dan teman teman menghantarkan ke depan pintu kamar kos tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan saya.

Jika hanya mengeluh dan putus asa saat terpapar Covid-19, saya yakin tidak ada hal yang saya dapatkan selama isolasi mandiri.

Kondisi saya saat ini belum sepenuhnya sehat. Indra perasa dan penciuman belum sepenuhnya kembali seperti semula yang membuat nafsu makan sedikit berkurang. Hari demi hari pun saya lewati. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman agar tetap produktif pada saat terpapar Covid-19. Hal yang saya lakukan setiap hari, diawali dengan bangun lebih awal dan tidur lebih cepat, karena hal itu bisa menjaga imun tubuh.

Saya biasanya bangun pukul 05.00 setiap hari untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. Sambil menunggu pukul 06.00 biasanya saya mencatat aktivitas apa yang dapat  dilakukan hari itu, seperti olahraga, membaca buku, dan menghubungi keluarga atau teman karna hal tersebut yang membuat saya memiliki semangat untuk berjuang melawan Covid-19 ini.

Olahraga yang sering saya lakukan adalah latihan ringan seperti push up dan stretching supaya badan tetap bergerak dan tidak lemas. Setelah latihan ringan, saya tidak lupa menyempatkan berjemur di bawah sinar matahari guna meningkatkan imunitas tubuh untuk bisa melawan serangan virus.

Hal lain yang paling membuat saya produktif pada saat pandemi yakni membaca buku. Saya selalu menyempatkan membaca buku, walaupun hanya satu bagian yang dibaca atau sedikit tetapi membuat pikiran saya lebih tenang dan tidak stres. Buku yang paling saya suka berjudul Yang Muda Yang Belajar karya Irfan Mahulauw. Isi buku tersebut sangat berhubungan dengan masalah dalam kehidupan anak muda saat ini. Ketika kita membaca buku memang banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan seperti termotivasi dari cerita yang ada di dalam buku tersebut.

Memaksa makan

Sementara, saya sadar produktifitas pasti tidak lepas dari mengkonsumsi makanan yang sehat dan juga bergizi. Walaupun nafsu makan hampir tidak karena indra perasa saya hilang dan tidak bisa merasakan kenikmatan makanan tersebut, tetapi saya harus paksa untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Menurut saya itu yang paling penting dari segalanya. Mengonsumsi makanan sehat akan memberikan kita energi dan tenaga untuk beraktifitas.

Saya akui semua aktivitas tersebut memang sulit dilakukan jika tidak terbiasa di tambah lagi saya sendiri di kos tidak ada yang merawat, namun waktu terus berjalan. Saya harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jika hanya mengeluh dan putus asa saat terpapar Covid-19, saya yakin tidak ada hal yang saya dapatkan selama isolasi mandiri.

Motivasi saya untuk tetap kuat dan semangat dalam menjalani isolasi mandiri adalah dengan cara selalu berhubungan baik dengan keluarga dan teman teman. Ketika kita di posisi terpapar Covid-19, pasti mental menjadi down, apalagi penyakit ini sangat menakutkan di mata masyarakat. Saya yakin ketika terpapar Covid-19 ini kemungkinan besar pasti bisa sembuh namun memang harus tetap bersabar menghadapinya. Imun tubuh harus benar-benar dijaga selama isolasi mandiri. Imun yang baik, tubuh yang benar-benat sehat akan membuat kita bisa sembuh dari serangan virus.

Saran saya, teman-teman sebaiknya selalu mengikuti protokol kesehatan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah dimanapun. Selama PPKM Darurat masih berlangsung, tetaplah berada di rumah, buatlah waktu berkualitas bersama keluarga. Bagi teman teman yang sedang terinfeksi Covid-19 untuk selalu semangat dan gunakan waktu sebaik mungkin supaya tetap produktif dalam beraktifitas.

Feri Setiawan, mahasiswa Sekolah Tinggi Perhotelan Trisakti Jakarta Jurusan Perhotelan