Dari Sankha untuk Arsa,
Yang diam-diam paling mengerami rasa.
Oktober 2019, hanya karena tatapan itu saja.
Hati Sankha bertuan.
Arsa yang terselip dalam setiap genggaman tangan.
Terang-terangan Sankha meminta Arsa pada semesta.
Semesta seakan tak memberi petujuk.
Ya? Tidak? Atau tunggu dulu?
Surat-surat itu alasannya.
“Remember why you started,” kata seorang teman pada Sankha .
Tapi bolehkah Sankha berharap lebih untuk kali ini saja?
Fantasi itu semakin nyata kala Arsa membalas surat itu.
Sankha ingin berkacap langsung bukan dari batas semu lagi.
Dari Arsa untuk Sankha,
Untuk kamu,
Terima kasih Sankha.
Juga namamu akan kuselip dalam setiap genggaman tangan.
Juga Ingin bercakap sampai matahari masuk.
Juga ingin melihatmu.
Tapi siapakah kamu sebenarnya, Sankha?
Sankha ada di sekitar Arsa.
Batas semu mengaburkan pandangan Arsa.
Semoga semesta mempertemukan kembali.
Jangan biarkan Arsa terus terkurung dalam kira-kira.
Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara Tangerang/ Pathrichia Putriani Syamsury.
Comments are closed.