Momentum Revitalisasi Semangat Literasi di Masa Pandemi

56
3660

Kata literasi identik dengan membaca dan menulis. Menurut lembaga asal Amerika Serikat, National Institute for Literacy, definisi dari literasi merupakan kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperluhkan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Definisi tersebut memaknai literasi sebagai keterampilan seseorang dalam hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Penting bagi setiap orang menguasai suatu bidang atau aspek keunggulannya, untuk bisa mencapai hal tersebut membutuhkan kemampuan, kemampuan yang dapat diperoleh dengan meningkatkan budaya literasi. Dengan rajin membaca manusia dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan serta membuat pembaca semakin kritis terhadap dinamika pengetahuan baru. Hobi membaca mampu mengantarkan manusia ke kehidupan yang lebih baik.

Minat masyarakat Indonesia terhadap dunia literasi bisa dikatakan cukup buruk, terbukti dengan perolehan data dari survei Kemendikbud yang merilis data PISA (The Programme for International Student Assessment) yang merupakan sistem ujian diinisasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 2016, bahwa angka literasi Indonesia dalam posisi yang mengkhawatirkan. Dengan menduduki peringkat 64 dari 65 Negara, juga dalam penelitian yang sama, pada bidang membaca, Indonesia menempatkan peringkat 57.

rata-rata frekuensi membaca masyarakat Indonesia  hanya  tiga sampai empat kali per minggu

Kemudian ada pula data dari hasil penelitian Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) tahun 2017 mengenai rendahnya budaya literasi di Indonesia dengan angka 36,48 persen data yang tersaji. Kesimpulan itu antara lain disumbangkan oleh rendahnya  rata-rata frekuensi membaca masyarakat Indonesia yang hanya  tiga sampai empat kali per minggu. Interval waktu membaca hanya 30-59 menit dengan jumlah konsumsi buku yang ditamatkan sebanyak lima hingga sembilan buku saja per tahun.

Berangkat dari data tersebut, jelas dapat disimpulkan bahwa kegemaran akan dunia literasi di Indonesia sangat rendah. Masyarakat Indonesia kurang memiliki daya tarik terhadap dunia literasi. Padahal literasi erat kaitannya dengan dunia pendidikan, yang merupakan poin vital dalam merawat kesehatan intelektual generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, perlu dibangun kesadaran pada masing-masing individu untuk dapat produktif pada bidang baca dan tulis.

Pada kondisi pandemi seperti sekarang, banyak dari kita yang akhirnya menjalankan segala aktivitas di rumah. Rutinitas yang biasa dilakukan diluar berubah menjadi rutinitas di sosial media, seperti kerja, sekolah, rapat, bahkan konser musik melalui daring (dalam jaringan). Manusia modern saat ini hidup di alam virtual, mereka sibuk melakukan dialektika dengan layar gadget masing-masing.

Tatkala keadaan yang memaksa masyarakat Indonesia mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi ini di luar kehendak manusia, tanpa mengetahui agen dibalik perubahan ini. Perubahan-perubahan yang terjadi merambah pada pola-pola perilaku, norma-norma sosial, interaksi sosial, bahkan lapisan dalam masyarakat, baik struktur maupun dinamika masyarakat.

Hampir segala sektor kehidupan merasakan dampak pandemi. Mulai dari mata pencaharian, pendidikan, pariwisata, ekonomi, dsb, yang tentunya orientasi dari segala dampak adalah sektor ekonomi. Akibatnya, semua sektor tersebut menyelenggarakan dinamika aktivitas melalui media daring, meskipun mendapat beragam kendala atau kekurangan.

Banyak hambatan yang cukup menyulitkan ini, salah satunya kendala sinyal jaringan yang tidak mendukung jalannya aktivitas daring tersebut. Selain itu, perangkat media yang belum mampu melengkapi kebutuhan aktivitas secara sempurna. Efektifitas dalam bekerja atau belajar dari rumah selama pandemi sangat buruk, ada pula yang mengeluhkan kurang menunjangnya aplikasi-aplikasi daring yang tersedia.

Mengisi waktu

Dengan adanya pandemi covid-19 yang tengah melanda membuat masyarakat jenuh, sebagian besar merasa bosan dan suntuk ketika harus melihat telepon seluler atau laptop secara terus menerus untuk melakukan rutinitas harian via daring tersebut. Kebanyakan orang menginginkan untuk dapat hidup normal kembali, serta mereka merasa tidak takut dan antisipasi berlebih.

Namun, aktivitas normal seperti berkumpul dan berpergian dengan teman atau kerabat harus dihindari sementara waktu. Ketika kondisi sudah membaik pasti akan jauh lebih aman dan nyaman untuk berpergian atau berkumpul.

Seyogyanya masyarakat harus tetap bersabar dengan kondisi ini. Jika sudah terlalu suntuk, mereka bisa meninggalkan aktivitas daring dengan melakukan aktivitas normal yang bisa dikerjakan di rumah. Bagi masyarakat yang merasa jenuh, tentunya mereka dapat memulai untuk meningkatkan literasi, baik dengan membaca atau menulis.

Solusi tersebut sudah banyak diterapkan, karena dinilai mampu mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Dampaknya membuat sebuah gerakan revitalisasi semangat literasi di kala pandemi. Oleh sebab itu, pandemi memiliki manfaat selain bisa lebih erat dengan keluarga terdekat, juga dapat meningkatkan semangat literasi masyarakat Indonesia.

Literasi di tengah pandemi diharapkan mampu membuat individu mengembangkan potensi dan skill yang dimiliki serta menambah wawasan, esensinya untuk kesempurnaan dalam menjalani dan mencapai tujuan hidup. Harapannya setelah pandemi, masyarakat mudah mendapatkan peluang atau bahkan bisa menciptakan kesempatan dan peluang dibidang pekerjaan, sosial, politik, dan ekonomi.

Menikmati masa pandemi dengan mengerjakan hal positif akan sangat bermanfaat, prospeknya jika tidak berguna hari ini atau esok, bisa jadi akan berguna untuk masa depan. Namun seperti data yang sudah tersaji diatas, minat masyarakat Indonesia untuk membaca masih rendah, faktor pendorong yang begitu besar yakni rasa malas.

Sebagian besar dari kita beranggapan membaca teks yang terlalu panjang cukup membosankan. Kemudian ditambah dengan banyaknya individu yang lebih senang membaca buku atau tulisan yang ada gambarnya, hal seperti itu perlu dievaluasi. Kita harus merekonstruksikan kembali pemikiran tentang konsep membaca.

Di sisi lain ada berita baik yang datang yaitu budaya literasi kian berkembang. Hal tersebut merupakan dampak adanya pandemi yang membuat masyarakat mulai mengintensifkan kebiasaan membaca, supaya bisa berorientasi menjadi budaya. Dengan membangun budaya membaca teks atau buku kegemaran yang menyenangkan, seperti novel atau majalah, semakin lama kita membaca akan semakin dalam untuk kita mencari tahu dan kritis akan hal lain. Kelak kebiasaan itu akan membuat kita lebih tertarik mengonsumsi bacaan yang lebih berat.

Konsumsi bacaan dengan rutin akan membantu kita menguasai perbendaraan kata, mudah mendefinisikan teks yang memiliki makna tinggi, hingga menjadi pribadi yang selalu kritis dalam menerima pengetahuan atau wawasan baru. Penalaran yang baik akan membuat diri menjadi lebih bijak dan dewasa dalam menghadapi situasi atau kondisi tersulit. Perlahan tapi pasti peningkatan dalam dunia literasi akan dapat tercapai, proses tersebut perlu dilatih pada setiap individu, jangan sampai rasa malas membaca terus mendarah daging.

Lingkungan berperan membentuk kesadaran, dengan dibantu oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri.

Memupuk kesadaran untuk terciptanya semangat dalam berliterasi butuh proses dan pengalaman. Proses yang dimaksud adalah waktu seseorang untuk dapat fokus dan hobi membaca atau menulis, sedangkan pengalaman adalah ketika seseorang merasakan atau sadar akan pentingnya literasi. Lingkungan yang berperan membentuk kesadaran, dengan dibantu oleh faktor internal yang berasal dari dalam diri.

Percikan semangat dari diri sendiri mampu membakar gelora semangat literasi. Juga potensi yang ada harus di maksimalkan dengan baik. Jika terus konsisten, bukan tidak mungkin minat baca dan tulis di negara Indonesia akan meningkat drastis. Menulis dan membaca di saat kondisi memaksa kita di rumah dapat menjadi aktivitas menarik dan efektif.

Kegiatan positif tersebut dihasilkan dari dampak negatif wabah yaitu penyakit yang merujuk pada kondisi kesehatan. Secara garis besar segala kegiatan positif pasti bermanfaat dan membuat hidup kembali bergairah, serta optimis selalu membara. Apalagi dengan giat literasi kita mampu berkontribusi menekan angka penyebaran pandemi covid-19.

Yuk kita sukseskan  program  pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dibuat pemerintah dengan memberi peluang kepada diri sendiri untuk menciptakan hidup harmonis dan indah agar program di di rumah saja dapat berjalan optimal. Semoga semangat dalam literasi tidak hanya diterapkan selama pandemi covid-19, tetapi bisa terus digiatkan seterusnya.

Dengan membaca dan menulis kita dapat mengembangkan pola pikir dan memperluas cakrawala pengetahuan, pengetahuan yang luas membuat pribadi menjadi lebih bijak serta mampu subjektif dalam menerima perspektif dan opini yang beragam. Dengan cara tersebut kehidupan di masyarakat akan berjalan tentram, aman, dan tertib.

Abi Priambudi, mahasiswa Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik  Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

56 COMMENTS