Ia tidak memberiku izin Tuhan,
barangkali menghembuskan nafas
ia mengambil semua irama udara,
membuatnya remang-remanng untuk dirinya sendiri
Ia tidak memberiku waktu Tuhan,
menggerogoti serpih dari kenang yang liar dan berserakan
ia dengan senang hati menjual kening di sudut-sudut malam
Ia tidak membiarkanku tidur Tuhan,
berulang kali ia mengetuk pintu lemariku
mengajakku jalan-jalan bahkan tidak secuil pun
ia berteriak di peluk guling, di dingin dinding, dan di senyum malam
Ia mengikuitiku Tuhan,
saat mimpi pun ia tak berhenti menggangguku
ia semenyebalkan itu
mataku harus tertidur barang sejanak
Rakha Arlyanto Darmawan, mahasiswa Universita Padjadjaran, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.