Sejak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, kota-kota besar yang terdampak virus korona menjadi sepi layaknya di film-film zombie. Kebijakan ini diambil oleh pemerintah guna mencegah rantai penularan virus covid 19. Dengan adanya kebijakan PSBB ini, pemerintah menghimbau warganya untuk melakukan segala aktivitasnya dirumah kecuali jika memang perlu dilakukan diluar.
Menurut saya kebijakan PSBB ini dapat menurunkan angka kejahatan dari sebelumnya, mengingat segala aktivitas di lakukan dirumah. Namun sayangnya masih ada saja oknum yang melakukan aksi kejahatan, bahkan sekelas “YouTuber” atau ‘influencer” pun juga melakukannya. Maksud dari kejahatan sendiri bisa bermacam macam, tak hanya mencuri ataupun melukai seseorang namun prank dan menyepelekan keadaan dapat dihitung dalam kejahatan.
Sangat disayangkan disaat ini, ketika masa pandemi masih ada saja orang melakukan tindakan ceroboh tersebut. Mulai orang biasa sampai sekelas “YouTuber’ atau “influencer” yang notabene mempunyai pengikut yang banyak sampai melakukannya. Mungkin beberapa dari mereka tidak sengaja melakukannya, namun ada yang dengan sengaja melakukannya guna menaikan popularitas.
Seharusnya orang-orang tersebut sadar jika sekarang banyak masyarakat sedang kesusahan terkena dampak pandemi ini, bukan malah meremehkannya dan menjadikan sebuah konten di sosial media. Mungkin mereka akan mengandalkan video klarifikasi guna memulihkan nama baiknya, namun upaya itu tidak akan berhasil karena siklus ini sudah sering terjadi. Aksi ceroboh–konten–klarifikasi–minta maaf– repeat.
Dari kasus kasus ini kita sebagai pengguna media sosial, termasuk para “Youtuber” atau “influencer” musti lebih bijak menggunakan media sosial. Karena apa yang kita perlihatkan di sosial media dapat dilihat semua kalangan umur, termasuk anak anak kecil yang sekarang sudah mendapat gawai sejak dini dari orangtuanya.
Pemberian gawai sejak dini meruapakan satu kesalahan bagi orang tua, karena anak akan susah menyaring apa yang ada di sosial media. Namun hal itu sudah terjadi dan kembali lagi pada kita sebagai orang dewasa yang harus lebih bijak dengan apa yang kita perlihatkan di sosial media.
Farhan Andika Atharananda, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ekonomi dan Sosial, AMIKOM Yogyakarta