Di keberangkatan bus subuh dua semester lalu
Aku diantar engkau melewati jalanan nafasmu
Dengan mengendarai motor hatimu
Jiwaku sudah diambang pulang
Diantara ibu dan sayur lele remang-remang
Aku duduk di kursi bus sebelah kiri
Di samping janjimu kala itu
Mengetuk jendela kaca
Yang sebening kata tawamu
Menyaksikan kernet mondar-mandir
Kukira dia engkau yang berupa takdir
Di antara asongan menjual tahu
Kukira kau menyelinap menjadi cabai hijau
Cabai rawit yang tidak pedas
Tahu goreng dan cabai senikmat engkau
Di antara pengamen yang melantunkan lagu diantara santun
Dijepit pukul enam dan embun
Aku percaya kau mengobrol denganku
Menyelinap diantara lagu cinta dalam dua baris kau dan pinta
Dalam dinginnya pagi itu
Kau turun lebih dahulu
Menyibakkan imajinasi diantara rambutku
yang menggali diantara keinginan menguasai, menyukai atau justru kita ternyata usai
Edwin Pradana