Tahukah Anda kalau indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 38,03 persen per tahun 2019? Angka itu berdasarkan Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Literasi Keuangan disini dapat diartikan sebagai pengetahuan atau kemampuan seseorang untuk mengelola keuangan. Artinya hanya empat dari 10 orang Indonesia yang mengerti bagaimana perencanaan keuangan yang baik. Dan masih banyak dari kita yang tidak mengerti bagaimana sebuah produk keuangan bekerja.
Dewasa ini terdapat dua produk keuangan yang sedang digemari yaitu asuransi dan investasi. Kedua produk tersebut menjadi hal yang harus dimiliki di era sekarang ini, namun masih banyak yang menyamakan kedua produk yang sangat jelas berbeda ini.
Tujuan dari asuransi adalah untuk melindungi diri ataupun keluarga dari risiko kejadian yang sifatnya tidak terduga. Memiliki asuransi berarti berkomitmen untuk memindahkan risiko masa depan dengan membayar premi sejak dini.
Sementara tujuan dari investasi adalah untuk mengembangkan dana atau aset yang dimiliki demi memenuhi kebutuhan finansial di masa mendatang. Contoh investasi, membeli rumah, menabung uang dalam bentuk deposito dan lain-lain.
Kalau ditanya mana yang lebih penting ? keduanya jelas sama-sama penting. Teori perencanaan keuangan menyatakan, idealnya setiap orang harus memiliki asuransi dan investasi.
Skala prioritas
Kedua produk tersebut idealnya harus dimiliki oleh setiap orang, namun bagaimana jika alokasi dana yang dimiliki tidak cukup untuk bisa memiliki kedua produk ini secara bersamaan? Mana yang harus kita miliki terlebih dahulu? Asuransi atau investasi?
Dengan banyaknya pilihan produk investasi sekarang ini, mungkin banyak orang lebih memilih investasi ketimbang asuransi karena bisa jadi lebih murah dan lebih mudah. Tetapi, banyak konsultan keuangan lebih memilih agar seseorang mengutamakan membeli asuransi lebih dahulu.
Mengapa demikian? Bayangkan jika seseorang memiliki investasi namun tidak memiliki asuransi, lalu terjadi resiko yang tidak terduga seperti kecelakaan, maka dikhawatirkan nilai investasi yang sudah dimiliki tidak mampu memenuhi kebutuhan finansial diri sendiri maupun keluarga.
Jika kita melihat dari sisi resiko yang dimiliki, maka investasi mengandung risiko yang tidak pasti, entah aset atau dana yang dimiki akan bertambah atau berkurang. Tidak ada produk investasi yang dapat memastikan aset atau dana kita akan terus bertambah.
Sementara resiko yang dilindungi oleh asuransi umumnya bersifat pasti, yaitu sakit dan meninggal dunia. Setiap orang pasti akan mengalami sakit atau meninggal, yang tidak pasti hanyalah kapan kita akan menghadapi risiko tersebut.
Oleh sebab itu mengapa asuransi lebih disarankan untuk dimiliki ketimbang investasi. Dengan pemikiran keuntungannya, kita bisa mengalihkan risiko keuangan kita kepada perusahaan asuransi.
Dengan memiliki asuransi berarti kita seolah mempunyai jaminan keuangan saat mengalami risiko seperti sakit atau meninggal dunia. Maka bisa digambarkan jika tubuh kita sehat maka investasi akan mudah diperoleh seiring berjalannya waktu. Namun, masih banyak yang berpikiran bahwa investasi dapat dijadikan sebagai bentuk perlindungan dari resiko masa depan.
“Uang hilang”
Di Indonesia, jatuh miskin karena sakit adalah hal yang lazim kita dengar. Jika seseorang sakit keras, maka mereka akan menjual aset yang dimiliki seperti saham, mobil, tanah, atau bahkan rumah untuk membiayai perawatan dan pengobatannya. Jika kasusnya sudah seperti itu, maka investasi yang sudah lama dikumpulkan bisa habis dalam waktu yang singkat.
Jadi apakah mungkin kita berinvestasi tanpa memiliki asuransi apapun? Sebenarnya jawaban dari pertanyaaan tersebut tergantung dari masing-masing orang. Bisa saja dilakukan apabila kalian berani menanggung resikonya, namun resiko tersebut dapat dihindari jika kalian bisa memulai pola hidup sehat supaya bisa menghindari datangnya penyakit yang akan menguras uang kamu.
semakin tua umur kita dalam pengajuan asuransi, maka premi yang dibayarkan akan semakin mahal
Namun bukan berarti ketika memilih asuransi kita malah tidak mengusahakan untuk memiliki investasi. Dalam asuransi, ada biaya tetap yang harus dikeluarkan, tidak seperti investasi yang biayanya fleksibel tergantung kesanggupan finansial seseorang.
Dalam asuransi ada biaya premi yang harus selalu dikeluarkan meskipun tidak terjadi resiko, dan juga tidak akan kembali jika tidak terjadi resiko. Atau yang lebih sering disalah artikan sebagai “uang hilang” oleh sebagian orang. Investasi juga diperlukan untuk menunjang kebutuhan di masa depan yang tidak masuk dalam ruang lingkup asuransi.
Kesalahan banyak orang adalah baru mulai meminati produk asuransi ketika sudah beranjak dewasa atau sudah menikah. Padahal tidak ada salahnya untuk para generasi muda memiliki asuransi sejak dini, terlebih semakin tua umur kita dalam pengajuan asuransi, maka premi yang dibayarkan akan semakin mahal. Selain itu, risiko terkena penyakit lebih kecil jika mengajukan asuransi di saat muda, sehingga kemungkinan diterima asuransi lebih besar.
Trade off
Pada akhirnya, setiap orang pasti akan dihadapkan kepada dua pilihan atau lebih, tentang mengambil keputusan di antara beberapa pilihan tersebut dan mengorbankan pilihan lainnya. Kondisi seperti ini disebut sebagai trade off dalam ilmu ekonomi. Apapun pilihan seseorang bergantung pada kondisi seseorang tersebut.
Mau mengutamakan memilih investasi atau asuransi lebih dulu, itu kembali lagi ke kondisi yang berbeda pada setiap orang. Namun diharapkan seiring berjalannya waktu, setiap orang seyogyanya memiliki kedua produk keuangan yang sama-sama penting ini.
Andi Nurul Iskandar, Mahasiswi DIII Akuntansi Alih Program, Politeknik Keuangan Negara STAN Jakarta