Kubenci bahagiaku.
Bahagiaku sederhana, hanya dengan melihatmu bahagia saja sudah cukup.
Bahagiaku sederhana, hanya dengan melihatmu tertawa saja sudah cukup.
Bahagiaku sederhana, hanya dengan melihatmu tersenyum saja sudah cukup.
Bahagiaku sederhana, hanya dengan mendengar suaramu setiap malam sebelum kau tertidur saja sudah cukup.
Bahagiaku sederhana, hanya dengan melihatmu bertingkah laku bodoh di depanku saja sudah cukup.
Dan bahagiaku sederhana, hanya dengan mengetahui dirimu baik-baik saja dan hanya dengan melihatmu dari kejauhan saja sudah cukup.
Tapi itu dulu, sekarang bahagiaku sudah hilang entah kemana perginya, bahagiaku sudah berubah menjadi kesedihan yang paling terdalam dihatiku.
Kini, aku berteman dengan kesendirian dan kesedihan.
Setiap malam aku selalu mengenang masa-masa dimana kebahagiaanku itu masih ada dalam diriku, setiap malam aku selalu berharap ada keajaiban yang datang membawakan kebahagiaanku itu kembali kepadaku.
Demi Tuhan, aku benci dengan semua perasaan ini, aku benci dengan kenyataan yang mengharuskan diriku untuk berteman dengan keterpurukan ini, aku benci dengan semua hal yang aku lalui tanpa adanya rasa bahagia dalam diriku (lagi).
Saat ini, aku benar-benar merasakan sedikit demi sedikit rasa kehilangan semangat yang dulu selalu ada di dalam diriku, aku seperti bukan diriku lagi, aku benar-benar tidak mengenali diriku sendiri.
Teruntuk kamu yang menjadi alasanku bahagia, maukah kau kembalikan seluruh kebahagiaan yang ku punya?
Atau maukah kau kembali menjadi alasanku untuk tetap bahagia?
Muhammad Abdurachman