Jiwa ini kelam terbelenggu
Pikiran pun merajut asa kesedihan
Hati tak merasakan indera perasa
Seperti lidah yang mengerti akan rasa.
Sayup-sayup terdegar kegelisahan melanda
Rasa takut dibungkus kebohongan itu pun tiba
Kemunafikan berbaur dengan rasa kesedihan
Ingin berlari tapi sudah terperangkap.
Daunpun enggan jatuh di atas ranting
Lebih memilih jatuh tak tentu arah
Terpelosok sakit dan memrasakan pahitnya hidup
Ku santap tiap harinya.
Aku seperti buah kenari yang terbelah dua
Sisi kiri ku ingin menetap di kegelapan
Sisi kanan ku ingin meinggalkan kegelapan
Sejatinya kamu di wajibkan untuk memilih.
Sadar sesadarnya inilah hidupku
Ku sadari kehidupan tak selalu baik
Kutegakan kepala untuk menatap lebih jauh
Bahwasanya kesedihan itu manusiawi
Tapi perjuangan akan terus berlanjut.
Theresia Febby, Mahasiswi Jurusan Mass Communication Binus University Jakarta