Rasa bosan sering dirasakan oleh semua orang, baik ketika bepergian dengan kendaraan umum, atau mungkin saat berada di rumah. Banyak orang bilang, “Kalau sedang bosan, baca buku saja”, namun kenyataannya, tidak semua orang suka membaca.
Bagi sebagian orang, membaca justru merupakan sebuah kegiatan yang membosankan. Dibutuhkan konsentrasi dan ketekunan untuk mendalami arti kata dalam sebuah tulisan. Mungkin karena alasan itulah, banyak orang lebih memilih menonton daripada membaca untuk menghabiskan waktu luangnya.
Lebih Suka Menonton
Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2017 di sektor ekonomi kreatif, Indonesia mendapatkan peningkatan jumlah orang yang lebih suka menonton. Jika dibandingkan dari tahun 2015, peningkatannya begitu drastis, dari 16 juta orang (2015) menjadi 42,7 juta orang (2017).
Meningkatnya minat menonton masyarakat Indonesia ini juga berdampak pada industri perfilman, terutama film yang diadaptasi dari buku. Visualisasi kisah yang tertulis dalam sebuah buku mengundang minat tidak hanya para pembaca buku tersebut, namun juga masyarakat awam yang sebelumnya tidak tertarik untuk membaca.
Adaptasi ke Layar Lebar
My Sister’s Keeper merupakan buku best seller karangan Jodi Picoult yang dikembangkan menjadi film layar lebar. Buku tersebut menceritakan sepasang saudara kandung Kate dan Anna yang memiliki kecocokan secara genetik. Namun, ternyata Anna lahir sebagai bayi tabung dalam upaya orangnya untuk menyembuhkan Kate melawan penyakit leukemia promyelocytic yang sudah akut.
Selama 15 tahun Anna mengorbankan tubuhnya demi menyelamatkan nyawa kakaknya, Kate. Semua menjadi sia-sia saat Kate mengalami gagal ginjal. Anna sadar ia tidak dapat terus berkorban, dan pada akhirnya ia menuntut hak kebebasan atas tubuhnya.
Buku ini unik karena tokoh didalamnya sangat berkarakter dan memiliki kisah yang mendalam. Alur cerita pun sangat menggugah sehingga para pembaca ikut merasakan apa yang diderita oleh tokoh buku tersebut. Mulai dari kesedihan yang dialami Anna, hingga watak kedua orang tua mereka yang keras kepala dan berhati dingin, sampai rela mengorbankan nyawa anak mereka sendiri.
Meski cerita dalam buku atau pun film adaptasinya dikisahkan dengan sangat indah, alur cerita keduanya tidaklah sama. Cerita yang dikembangkan Jodi Picoult dalam bukunya memiliki perbedaan dengan cerita yang disajikan oleh Nick Cassavetes, sutradara film My Sister’s Keeper.
Membaca atau Menonton?
Buku karya seorang penulis, ketika dikembangkan menjadi sebuah tayangan visual atau film, akan menjadi sebuah karya baru yang mau tidak mau akan berbeda. Banyak hal yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Mulai dari proses kreatif, editing, hingga perbedaan sudut pandang seorang sutrada dan timnya menjadi faktor utama.
Maka dari itu, membaca dan menonton merupakan dua pengalaman yang sangat berbeda. Ketika membaca sebuah buku, pembaca dapat menikmati cerita yang disajikan sambil membayangkan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya dengan berimajinasi. Berbeda dengan saat menonton sebuah film, dimana para penonton akan sebuah kisah dari sudut pandang dan imajinasi sutradara dan tim kreatifnya.
Meski keduanya sama-sama mengasyikkan, terkadang pengalaman, makna, dan nilai yang diberikan oleh sebuah buku atau film sangatlah berbeda.
Jadi, kenapa tidak mencoba keduanya?
Teks oleh Pamela Beatriz Macapugas, mahasiswa Jurusan Strategi Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Multimedia Nusantara Tangerang-Banten