Pemindahan Ibu Kota di Mata Pelajar

47
566

Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhinya Presiden Republik Indonesia Joko Widodo melalui pers menyatakan bahwa ibu kota Republik Indonesia akan pindah ke Kalimantan Timur, pada akhir Agustus lalu di Istana Negara. Pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Pulau Kalimantan sebenarnya sudah dibahas sejak era pemerintahan Ir. Soekarno. Namun setelah enam kali berganti kepemimpinan presiden, pada tahun inilah baru ditanggapi secara serius oleh Joko Widodo.

Diawali pada Akhir April 2019, Joko Widodo mengadakan rapat terbatas untuk pemindahan ibu kota dengan tiga opsi, yaitu pindah ke luar Jawa, pindah ke sekitar Jawa, atau tetap di Jakarta. Saat ini, presiden telah mengambil keputusan dan menunggu persetujuan DPR-RI untuk membuat undang-undang berkaitan dengan pemindahan ibu kota.

Presiden menetapkan ibu kota baru Indonesia berada di antara Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara. Lebih mendalam, ibu kota dicanangkan terletak di Kecamatan Samboja dan Kecamatan Sepaku. Pemilihan lokasi tersebut mengingat bahwa ibu kota yang paling ideal terletak di tengah-tengah bentangan kepulauan Nusantara, tidak dekat dengan batas negara lain, risiko minimal bencana alam, terfasilitasi sarana dan prasarana umum, serta terbuka bagi pendatang.

Pemindahan ibu kota bukan lagi sebuah wacana belaka, namun dalam waktu mendatang akan menjadi sebuah kenyataan. Bila berjalan sesuai dengan rencana awal, maka Jakarta akan pensiun dari statusnya sebagai daerah khusus ibu kota. Namun segala kebijakan yang diambil pemerintah akan selalu menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

 

Unit Bus dari Sistem BRT Transjakarta menuju Halte Bundaran Hotel Indonesia pada Jumat (21/6/2019). Foto : Tristan Jachremi

Pro dan kontra

Rencana pemerintah yang akan menggelontarkan dana sebesar Rp 466 triliun dari berbagai sumber ini bukanlah hal yang bisa dianggap ringan. Segala tahap perencanaan sampai eksekusi sedang dimatangkan. Tak hanya warga Jakarta dan Kalimantan Timur saja yang akan merasakan dampak dari pemindahan ibu kota ini, melainkan seluruh rakyat Indonesia akan merasakan pengaruhnya. Setelah beberapa hari semenjak Joko Widodo mengumumkan pemindahan ibu kota, sambutan hangat dari kalangan pelajar bermunculan.

“Awalnya saya kira itu tempatnya (lokasi ibu kota yang baru) di Palangkaraya, karena tuh lokasinya udah bagus, ternyata di daerah Kaltim jadinya,” ujar Helmi Sulaiman siswa kelas XII MIPA 11 SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan ketika diwawancarai tentang pemindahan ibu kota. Alasan Palangkaraya layak menjadi ibu kota yang baru menurutnya adalah kota ini berlokasi lebih strategis daripada keempat daerah lainnya yang dicalonkan sebagai ibu kota baru.

Kondisi tanah pun juga menjadi pertimbangannya, menurut data yang telah dia baca bahwa keberadaan tanah gambut di Palangkaraya lebih sedikit sehingga cocok untuk perkotaan. Infrastruktur pun juga sudah memadai dan siap.

Membangun semangat rakyat di luar Pulau Jawa untuk merasakan Indonesiasentris adalah tujuan pemindahan ibu kota

Walaupun Presiden menetapkan lokasi ibu kota yang baru di Kalimantan Timur, Helmi pun tak keberatan sebab presiden akan mengambil keputusan dengan penuh perhitungan dan pertimbangan untuk masa depan bangsa. “Pro-nya kan pemindahan ibu kota itu untuk memajukan ekonomi, salah satunya di Pulau Kalimantan. Di Kalimantan, soalnya penduduk enggak terlalu banyak dan meningkatkan perdagangan antar pulau yang lebih efektif, tidak terpusat di Jakarta saja,” tandas Helmi.

Membangun semangat rakyat di luar Pulau Jawa untuk merasakan Indonesiasentris adalah tujuan pemindahan ibu kota. Selama ini pembangunan dan ekonomi hanya tertumpu pada pulau dengan penduduk berjumlah 55 persen dari jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia.

Rencana yang besar ini tentunya akan memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Walaupun sumber dana sudah dialokasikan dari APBN, kerja sama pemerintah dan badan usaha, serta pihak swasta, tidak menutup kemungkinan adanya pinjaman uang ke luar negeri – ketika dana dari dalam negeri tak mencukupi. Hal ini tentunya akan membawa efek samping dengan menurunnya nilai tukar rupiah.

Namun, harapan Helmi melalui pemindahan ibu kota ke Kalimantan adalah bangkitnya Indonesia dari segala permasalahan sosial dan menjadi negara maju dalam kurun waktu dua dekade mendatang. Istilah Jawasentris dapat hilang secara perlahan ketika Jakarta akan menjadi pusat ekonomi dan Kalimantan Timur menjadi pusat pemerintahan – seperti halnya di Amerika Serikat. Dengan demikian, Jakarta dapat fokus dalam hal pembangunan komersial dan Kalimantan dapat mengurus pemerintahan nasional.

 

Layanan Bus Metrotrans rute GR1 Harmoni-Bundaran Senayan mendekat ke Halte Plaza Indonesia pada Jumat (21/6/2019). Foto : Tristan Jachremi

Pendapat Helmi, serupa dengan pendapat Florence Agatha. Siswi kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan itu memilih berpendapat netral. Pemerataan pembangunan dan ekonomi akan terealisasikan di Kalimantan ketika ibu kota dipindahkan.

Keputusan pemerintahan tepat bila pemindahan ibu kota ke Pulau Borneo dengan risiko minimal bencana alam. Menurutnya, usaha pemerintah untuk mewujudkan ibu kota yang baru perlu pendanaan dengan jumlah yang besar guna membangun infrastruktur baru dan pemindahan aparat sipil nasional – bahkan pemerintah pusat pun rela melepaskan aset negara di kawasan Jakarta untuk menambah kas pendanaan. Selain itu, saat ini akses menuju kawasan ibu kota yang baru masih kurang terjangkau.

Pendapat tersebut berbeda dengan pernyataan dari Monica Isabella, siswi kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan. Ia berpendapat dengan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur akan mengurangi beban Jakarta yang saat ini menanggung pusat pemerintahan, bisnis, ekonomi, keuangan, jasa, dan keberadaan bandar udara serta pelabuhan tersibuk dan terbesar di Indonesia.

Dalam pemikiran Monica, selain menghilangkan tanggungan sebagai pusat pemerintahan Indonesia, tumbuhnya kehidupan metropolitan di Kalimantan Timur akan menarik pelancong dari luar negeri berkunjung – menurutnya ibu kota merupakan ikon dari sebuah negara yang memiliki daya tarik sendiri. Harapannya dengan pemindahan ibu kota yang baru, letak tata kota dapat direncanakan dari awal sehingga lebih teratur dan angka polusi dan kemacetan di Jakarta akan berkurang.

Tristan Jachremi Caesarius, siswa SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan, Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XI 2019