Di kala pagi
Tiada rasa tanpa tergesa
Tergesa dikejar oleh untaian emas
Untaian emas yang tak dapat kembali
Ketika surya mulai merekah
Kita terbelalak
Kita kewalahan
Kita tergesa
Seakan kita ingin mengeluh
Mengeluh atas segala kerisauan
Kerisauan fikiran, kegundahan hati
Bahkan tubuhpun mengeluh dengan cucuran airnya
Itu semua dilewati
Itu semua dihantam
Itu semua ditebas
Hingga surya berganti rembulan
Namun dikala rembulan bersinar
Masih saja rasa hati ini gundah
Masih saja fikiran ini tak tenang
Rasanya ingin mengadu pada Sang Khalik
Dalam waktu bersimpuh,
Kadang kita lupa akan syukur
Syukur akan nikmat-Nya
Lupa siapa kita ini?
Dalam waktu bersimpuh,
Kita hanya ingat akan kekurangan
Kekurangan apa yang ada di dunia
Dunia yang bagaikan fatamorgana surgawi
Bagaimana kita tak gundah?
Bagaimana kita tak tenang?
Bagaimana kita tak lelah?
Jika tanpa hari yang tanpa ditempa
Jika tanpa hari yang tanpa pengorbanan
Jika tanpa hari yang tak menguras
Jika tanpa hari yang tanpa terluka
Namun, itu semua wajar saja
Itu semua perjuangan
Perjuangan menggapai bintang
Bintang terindah di dunia
Pengorbanan itu perjuangan
Luka itu perjuangan
Ditempa itu perjuangan
Pengurasan segalanya itu perjuangan
Jika mengeluh terus tanpa bangkit
Kapan bisa merasakan hasil perjuangannya?
Perjuangan itu tentu lelah
Tapi karena berjuang kita berhasil
Muhammad Irfan Habibi, Mahasiswa Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas UIN Walisongo Semarang