Meneladani Arti Perjuangan Bangsa Melalui Diplomasi dan Seni Berperang

0
820

“JASMERAH – Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”
Begitulah semboyan legendaris Bung Karno yang tak asing di telinga kita dari pidatonya pada peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1966. Semboyan tersebut benar-benar membangkitkan pemuda-pemuda di seluruh negeri ini untuk selalu mengingat sejarah sebagai pembelajaran berharga untuk kehidupan bangsa kelak.

Dalam rangka menyambut peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bekerjasama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara(GFJA) mengadakan pameran foto bersejarah bertema “Art & Diplomacy”.

Pemeran ini di adakan di Lantai 4, Gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 15 – 25 Agustus 2019. Selain di Gedung Perpusnas, pameran ini juga diadakan di Galeri Foto Jurnalistik Antara 16 Agustus – 16 September 2019 dan Museum Bronbeek di Arnhem, Belanda 17 Agustus – 17 Oktober 2019.

Pameran ini menampilkan puluhan koleksi foto, video, poster, lukisan, dan beberapa buku yang memuat isi mengenai peristiwa di tahun 1945 – 1950 yang berasal dari berbagai sumber seperti IPPHOS-Antara, Rijkmuseum, Perpusnas, Koleksi Istana Kepresidenan, dan lain-lain.

Selain itu diadakan pula seminar bertema “Diplomasi Dalam Mempertahankan Kemerdekaan”, workshop fotografi jurnalistik, dan pemutaran film dokumenter yang mengangkat kisah Dullah (seniman era perjuangan kemerdekaan) dan 5 anak didiknya yang mendokumentasikan banyak peristiwa saat agresi militer belanda, tentunya ini kisah yang sangat menarik.

Bukan Seniman Nasional “Biasa”

Kurator Mikke Susanto, yang ditemui selepas pemutaran film menuturkan “Pak Dullah ini punya peran penting dalam perkembangan bangsa ini, bukan sekedar perkembangan seni rupa, tapi bagaimana kemudian seorang pelukis itu dekat dengan Presiden Soekarno, sebagai pelukis istana yang melayani setiap hari apapun yang di kehendaki Presiden, terutama dalam aspek estetik – estetika di istana,” katanya.

Sang sutradara, Agustinus Dwi Nugroho mengatakan, “Ketika kita menemukan konten ini, tentang anak – anak perang ini, ini salah satu yang unik, salah satu yang berbeda”.

Alasan yang membuat terpilihnya Gedung Perpustakaan Nasional sebagai salah satu lokasi acara ini adalah untuk menjangkau pengunjung – pengunjung baru yang tertarik dan mengenal lebih jauh tentang indonesia khususnya dari kalangan generasi muda dan pelajar.

Oscar Motuloh, Kepala Divisi Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA mengatakan “Sejarah ini adalah hal yang sangat penting untuk menjadi tapak kita kedepan, kita sendiri sih membuat suatu program namanya “History Masa Depan”, artinya dari sekarang dong sejarah masa depan itu dimulai, jadi rancanglah sejarah nanti itu sekarang”.

Kemas Muhammad Adri Mahindra, siswa SMA Homeschooling Kak Seto, Magangers Kompas Muda Batch XI 2019