Mahasiswa tentu familiar dengan istilah bolos kuliah. Berbagai alasan muncul ketika dikaitkan dengan ketidakhadiran mahasiswa di kelas. “Enggak nyaman di kampus, capek, tugas belum beres, ditambah lagi kalo ada masalah di luar perkuliahan” ujar Luthfan, mahasiswa Jurusan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia Bandung beberapa waktu lalu.
Berbeda dengan alasan dari Intan, salah seorang mahasiswi di Universitas Udayana Denpasar yang mengaitkan performa pengajar sebagai alasan bolos kuliah, “Kadang suka kurang sreg sama cara ngajar dosen yang bikin ngantuk. Jadi bikin enggak mood kuliah” Keluhnya.
Fenomena ketidakhadiran atau yang lebih kita kenal dengan istilah bolos ini bukan merupakan hal baru di dunia. Seorang sejarawan bernama Barbara W. Tuchman mengungkapkan dalam bukunya The Distant Mirror (1979) bahwa pada abad ke-14 ‘dwindling attendance at Oxford was deplored in sermons by the masters’.
Ketidakhadiran yang rendah di Universitas Oxford di Inggris dimungkinkan berhubungan dengan maraknya perang serta penyakit yang mewabah pada zaman tersebut. Berbeda dengan keadaan zaman modern yang memiliki kemudahan akses tinggi bagi manusia untuk hadir dalam suatu kegiatan atau pertemuan.
Prasyarat ujian
Di Indonesia, fenomena ketidakhadiran mahasiswa dalam pembelajaran di kelas banyak dijadikan stereotype indikasi dari prestasi mahasiswa bersangkutan. Terlebih lagi banyak perguruan tinggi yang menjadikan kehadiran di kelas sebagai prasayarat untuk mengikuti ujian akhir. Sehingga bila mahasiswa bolos kuliah melebihi ‘jatah’-nya dapat dipastikan ia sulit lulus perkuliahan. Hal ini tentu memperkuat anggapan mengenai hubungan antara ketidakhadiran mahasiswa di kelas dengan prestasi mereka.
Dalam artikelnya yang berjudul Evaluation of Factors Influencing Student Class Attendance and Performance, Stephen Devadoss dan John Foltz (1996) menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi ketidakhadiran mahasiswa di kelas antara lain motivasi, IPK, swadana oleh mahasiswa, waktu bekerja sampingan, kualitas pengajar, serta sifat dari kelas pembelajaran. Stephen dan John juga menemukan adanya korelasi antara kehadiran di kelas dengan nilai IPK dari mahasiswa.
Penelitian lain dilakukan oleh Allam Hamdan dan koleganya pada tahun 2015 mengenai pengaruh kehadiran mahasiswa akuntansi terhadap performa mereka di kelas.
Allam menemukan fakta bahwa mahasiswa akuntansi di Universitas Ahlia dengan peringkat yang baik cenderung tidak melewatkan perkuliahan. Penelitian yang dilakukan Devadoss dan Hamdan seolah memperkuat anggapan kita bahwa kehadiran berkaitan erat dengan performa dari mahasiswa di kampus.
Edukasi daring
Dari hasil penelitian yang mereka kemukaan terlihat jelas bahwa mahasiswa yang bolos perkuliahan cenderung menyerap lebih sedikit pelajaran dibandingkan mahasiswa yang selalu hadir.
Menariknya sebuah fakta terbaru yang berkaitan dengan ketidakhadiran mahasiswa di kelas dikemukakan oleh peneliti dari University of Central Florida (UCF) pada tahun 2018 seperti dilansir dari ScienceDaily. Mereka menyebutkan bahwa mahasiswa kedokteran UCF yang memiliki peringkat baik, malah memilih untuk bolos pada beberapa mata kuliah pilihan, dan hal itu tidak membuat mereka kesulitan ketika melaksanakan ujian akhir.
Penurunan kehadiran mahasiswa kedoketeran UCF pada perkuliahan di kelas ternyata disokong oleh tersedianya konten edukasi daring. Konten itu tentu sangat membantu mereka ketika melewatkan perkuliahan di kelas.
Fakta baru ini seolah mematahkan fakta-fakta sebelumnya yang membenarkan bahwa ketidakhadiran mahasiswa di kelas membuat performa mahasiswa menurun. Konten edukasi online yang disinggung dalam penelitian inilah yang membantu menopang mahasiswa kedokteran di UCF untuk mendapatkan ilmu di luar perkuliahan.
Dengan adanya fakta-fakta tersebut, lantas apakah performa mahasiswa masih dipengaruhi oleh ketidakhadirannya saat pembelajaran di kelas?
Hasil penelitian yang telah dijabarkan hanyalah sebagian kecil dari banyak studi yang telah dilakukan para peneliti di dunia mengenai isu performa mahasiswa ataupun isu ketidakhadiran di kelas. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa ketidakhadiran di kelas merupakan salah satu faktor yang memengaruhi performa mahasiswa.
Namun ketidakhadiran tidak bisa menjadi satu-satunya tolak ukur atas prestasi mahasiswa, hal ini didukung dengan bukti penelitian terkini pada mahasiswa kedokteran UCF. Suguhan teknologi yang berkembang semakin pesat membuat hal-hal esensial seperti ilmu pengetahuan, yang dahulu hanya bisa kita dapatkan lewat pendidikan formal pun dapat diakses dengan mudah.
kehadiran dikelas jadi sarana yang baik bagi mahasiswa dalam melatih kecakapan berinteraksi serta berkomunikasi
Walaupun begitu, bertatap muka dikelas bukan hanya ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai suatu ilmu pengetahuan esensial. Beberapa hal yang tak kalah penting seperti kemampuan berkomunikasi, mendengarkan serta presentasi akan sangat berguna bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.
Tak lupa kemampuan bersosialisai yang mereka dapatkan ketika berinteraksi dengan rekan kelas ataupun pengajar juga merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan seorang individu sebagai makhluk sosial.
Keuntungan lain dengan hadirnya mahasiwa di kelas adalah mudah menyerap ilmu yang diajarkan. Karena bila muncul ketidakpahaman mahasiswa pada materi, mahasiswa sangat leluasa untuk bertanya pada dosen atau pengajar. Karena itu, kehadiran dikelas tidak hanya meningkatkan pengetahuan, namun juga menjadi sarana yang baik bagi mahasiswa dalam melatih kecakapan berinteraksi serta berkomunikasi.
Tak hanya perlu mengubah pola pikir mahasiswa, namun pihak kampus memiliki andil dalam mencegah ketidakhadiran mahasiswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak kampus adalah dengan membangun sistem pembelajaran yang tepat serta nyamman bagi mahasiswa. Memberikan pengarahan pada pengajar agar dapat menyampaikan ilmunya dengan tepat dan menyenangkan akan sangat membantu mahasiswa untuk terus hadir di kelas.
Sera Serinda Almekahdinah, Mahasiswa Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.