Gemercik hujan membentur jalan
Beradu sapa dengan hempasan angin
Arus sungai deras kulewati, eh segan menghanyutkan sepatu
Tanjakan dan turunan tersulut begitu licin
Itulah laluan menjejaki pelosok abdi
Jembatan gantung akses ke sebrang sana situ
Bebatuan di tepi-tepi alasan tempat singgahan
Ranting pohon sedia tongkat tumpuhan menanjak
Jejak kaki teman nan guna petunjuk menghalau sesat
Sungguh, Daya focus yang terjaga menghalangi kaki terpleset
Kulalui setapak demi setapak
Ngos-ngosan, nada hias ala lelahku
Untung!
Sedia air botol penghantar haus
Letih pejalan pemula, alamiah kian mengerogoti
Tak hirau jika asumsi sesal semena-mena berbisik
Perangkat baku’ peduli acuan perjalanan yang kuamati
Hingga, sama-sama lupa membawa kepentingan individu
Asal-usul yang berbeda tak terlontar cela
Sifat sikap yang tak sama berujung adab memahami
Terbilang mulia setelah dialami pejalan pemula sepertiku
Lantas, tegasku tak muak kuhirup udara pelosok
Jauh sangat beda di kota kita,
Yang pernak-pernik lingkupnya belum dipoles sedemikian rupa
Yang manusianya betul-betul memanusiakan dirinya
Yang interaksinya, tanpa permerhati gadget. Hanya ada kopi dan candaan
Kusuarakan saja, aku ingin keseberang lagi
Bercengkrama dengan alam sehat.
Berduka suka dengan pendidikan pelosok
Tanpa jaringan, Tanpa kemewahan, tanpa perusak alam.
Iya, itulah Kesanku sang pejalan pemula.
Susi susanti