Budaya Nongkrong ala Millennials, Perlukah?

52
1701

TANGERANG, KOMPAS CORNER – Hidup menjadi seorang millennials yang tinggal di perkotaan atau sering disebut sebagai kaum urban memiliki tantangan tersendiri, misalnya saja masalah kemacetan yang lekat dengan kaum urban, belum lagi kehidupan di kampus atau kantor. Tak dapat dimungkiri lagi bahwa berbagai lika-liku kehidupan urban membuat penat. Namun, millennials punya senjata untuk melawannya.

Nongkrong sangat familiar di telinga anak-anak muda. Apalagi kita sering mendengar ibu memberikan saran kepada anaknya, “Nak, jangan nongkrong, ya, nanti enggak bener.” Apa benar nongkrong membuat jadi nakal atau justru hanya sebagai hal yang lumrah di kalangan anak muda?

Jika dahulu nongkrong identik dengan hal yang mengarah pada hal negatif, definisi nongkrong untuk masa sekarang ini cukup berbeda. Sekarang nongkrong identik dengan berkumpul bersama teman-teman untuk kegiatan yang positif. Hal ini juga didukung oleh pertumbuhan tempat-tempat nongkrong yang seakan memahami keinginan milennials akan tempat nongkrong yang cozy atau sekadar nyaman untuk bercengkerama.

Bersenda gurau, curhat, bermain games, dan mengerjakan tugas merupakan beberapa kegiatan yang biasa dilakukan milennials ketika nongkrong bersama teman-teman terdekatnya sambil meneguk secangkir kopi dan menikmati sepotong kue. Asyik, bukan?

Menurut penulis, kebiasaan baru milennials ini merupakan hal wajar karena normal bagi seseorang untuk melepaskan penatnya dari aktivitas perkuliahan, pekerjaan, dan lain-lain hingga terbatasnya waktu untuk melakukan liburan. Oleh karena itu, nongkrong dinilai tepat sebagai salah satu cara relaksasi bagi milennials yang urban.

 

 

Penulis: Agung Destian Putra/ Kompas Corner

Editor: Verren Christy/ Kompas Corner

Ilustrator: Ericha Surya/ Kompas Corner