Ekspresi Musisi yang Berkarya

0
352

Pada awal pembukaan Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2018 hari Jumat (2/3), Classmate Journal tampil di Demajors Stage. Classmate Journal menjadi salah satu band indie yang ada di lineup Java Jazz Festival. Mereka tampil di panggung kecil dari sebuah warung kopi yang ada di Java Jazz.

Banyak pengunjung yang menonton pertunjukan Classmate Journal sambil menyantap makanan karena bertepatan dengan jam makan malam. Sang Vokalis, Budie Tanzania sempat berbincang dengan penontonnya sebelum mulai menyanyikan lagu melow yang berjudul ‘Dengan Nostalgia’. “Katanya, kalau mau album elu laku, harus ada lagu yang melow,” kata Budie sambil tertawa.

Penampilan Endah N Rhesa di Jakarta International BNI Java Jazz Festival, dibuka dengan lagu-lagu bertemakan cinta Tanah Air, Jumat (2/3). Foto : Ursula Natasha A

Eksistensi
Saat ini eksistensi band indie mulai meningkat. Antusiasme pendengar lebih menyukai karya yang sesuai dengan keinginannya. Seperti halnya Endah N Rhesa. Duo yang memulai kariernya secara mandiri, mereka mendapat antusiasme penonton yang besar. Banyak penonton yang memenuhi Mitsubishi Stage saat Endah N Rhesa memulai penampilan. Suara Endah yang khas dengan nada tingginya mengajak penonton mengalunkan nada bersama saat mereka menyanyikan lagu ‘Tanah Airku’.

Di panggung yang berbeda, Aryo Adhianto yang memiliki nama panggung A Fine Tuning Creation (AFTC) menampilkan musik genre ambient. Musisi yang memulai proyeknya secara mandiri tampil di Java Jazz Stage. Penonton menikmati musik AFTC sambil bersantai di bean bag di lapangan terbuka. Menampilkan musik yang beragam merupakan ciri khas dari AFTC. Aryo menjelaskan bahwa dia membebaskan inspirasinya dalam bermusik.

Musisi indie sepertinya tidak ragu lagi ketika memutuskan untuk tidak menggunakan label rekaman sekarang ini. Musisi dapat dengan mudah menampilkan keahliannya melalui internet dan lebih banyak lagi telinga yang dapat mendengarnya. Kemudahan akses untuk menemukan karya-karya seniman sekarang ini membuat paradigma label rekaman menjanjikan popularitas sudah mulai hilang.

Endah N Rhesa pernah melakukan rekaman di ruang kamar mereka dan menggunakan kasur sebagai peredam suara. Membuat kreativitas seniman sekarang ini tidak terbatas. Menurut A Fine Tuning Creation, kreativitas boleh sebebas mungkin, tetapi sang musisi tetap membuat koridor yang jelas sebagai batas–batas kreativitas.

Saat berada di Demajors Stage, di sana terdapat pula booth dari Demajors yang menjual karya–karya musisi lokal dan internasional dalam bentuk kaset. Seorang penjaga booth dari Demajor, Mas Oka menjelaskan tentang musisi indie. “Zaman dulu nih, Sleep Trio dari Amerika harus datengin satu–satu media sambil menulis pesan tentang siapa mereka,” jelas Mas Oka. “Sekarang semuanya, kan lebih enak. Ada internet, kamu mau menunjukkan karya yang bisa langsung dikirim.”

Menyalurkan karya baik melalui label rekaman maupun secara mandiri juga berdampak sama. Belum tentu juga label rekaman membawa ketenaran. “Ada satu musisi yang memakai label rekaman. Bagus, sih. Lumayan. Tapi, dia sekarang enggak terkenal–terkenal amat,” jawab Mas Oka. Sebaliknya, musisi indie yang merekam karyanya lalu disebar di media sosial, tampil off air, dan jualan kaset bisa lebih banyak mendapat telinga.

Bermusik melalui media apapun tidak membedakan kualitas bermusik seorang musisi. Musisi berkualitas bisa berasal dari mana saja. Apakah kamu juga ingin menjadi musisi berkualitas?

 

Reporter: Gregorius Amadeo (Magangers Batch IX, Volunter Kompas Muda untuk JJF 2018)

Fotografer: Ursula Natasha A (Volunter Kompas Muda untuk JJF 2018)