Jelangkung & Jailangkung, Serupa Tak Sama

0
2829

Jailangkung (2017) merupakan sebuah film horor yang dapat dikatakan sebagai reboot dari film Jelangkung (2001). Diarahkan oleh sutradara yang sama, Jose Poernomo dan Rizal Mantovani. Bedanya pada pemain dan rumah produksinya. Jelangkung diproduksi oleh Rexinema dan diperankan oleh Winky Wiryawan, Melanie Ariyanto, Rony Dozer & Harry Panca. Jailangkung diproduksi oleh Screenplay Films dan Legacy Pictures dan diperankan oleh Jefri Nichol, Amanda Rawles, Hannah Al Rashid, Lukman Sardi. Mari kita bandingkan beberapa hal yang serupa tetapi tak sama pada kedua film tersebut.

  1. Kamera

Jelangkung dibuat dengan budget yang minim. Kamera yang digunakan pun bukanlah kamera seluloid. Dibuat dengan kamera Betacam digital lalu ditransfer ke seluloid agar dapat diputar secara luas di jaringan bioskop. Walaupun begitu, kemampuan dua sutradara handal ini, tetap dapat memaksimalkan unsur horor pada film tersebut. Jailangkung dirasa tidak ada masalah dengan urusan budget. Kamera yang digunakan adalah RED yang memang handal untuk urusan film bioskop dan ditambah dengan kehandalah yang meningkat berhubung mereka sudah sering membuat film.

  1. Menampilkan Tempat Fiktif.

Pada Jelangkung tempat yang menjadi latar adalah Angkerbatu. Di sini, namanya Alas Keramat. Sama-sama berbentuk hutan, bedanya pada Alas Keramat terdapat satu rumah megah tetapi creepy. Luar biasa, rumah tersebut di-setting seolah-olah benar-benar berada di dalam hutan. Angkerbatu dapat dikunjungi dengan naik mobil tetapi Alas Keramat diakses dengan helikopter dengan pilot pribadi. Mungkin untuk menambah nilai estetika pada film dan kesan lebih keren.

  1. Jangan Anggap Remeh Setan Lokal.

Mungkin banyak orang yang menganggap setan lokal hanya itu-itu saja. Tetapi dua sutradara ini mencoba untuk memperkenalkan betapa seramnya setan lokal. Di Jelangkung, diperkenalkan setan anak kecil bernama Turah dan suster ngesot yang sebelumnya jarang diangkat ke dalam film horor Indonesia. Jailangkung memperkenalkan setan lokal yang jarang diekspos, matianak. Bagaimana matianak? Temukan jawabannya pada film Jailangkung.

  1. Mantra yang Berganti.

“Datang tak dijemput, pulang tak diantar”, itu hanya mantera Jelangkung yang katanya kurang ampuh dan dapat memanggil setan secara acak. Belum tentu juga mau datang karena kita dirasa mencari aman tak perlu menjemput dan memulangkan mereka. Mantra baru “datang gendong, pulang bopong” dirasa lebih memiliki power spiritual. Saat datang kita menggendongnya dan saat pulang harus dibopong.

  1. Adegan yang Mirip.

Untuk mengingatkan penonton pada film Jelangkung, sutradara menampilkan adegan yang mirip. Sebagai contoh adegan renang Angel (Jailangkung) yang mirip dengan adegan renang Gita (Jelangkung). Tapi sayang, ada adegan yang menceritakan datangnya sosok gaib karena dipanggil dengan medium jelangkung dengan shot cepat warna merah, dihilangkan. Padahal di official teaser-nya ada.

  1. Peluang Sukses

Jelangkung mampu menjadi film horor tersukses selama lebih dari satu dekade. Meraup sekitar tujuh ratus ribu penonton. Semoga saja Jailangkung dapat mencapai kesuksesan yang sama. Jika dilihat jumlah layar bertambah lumayan banyak. Bioskop yang tak memutarkan, menjadi memutarkan. Bioskop yang tadinya hanya satu layar menjadi dua layar. Dengan kualitas yang baik dan nama besar sutradara, semoga film ini diminati penonton Indonesia.

Film Jailangkung menampilkan berbagai adegan cinematic secara detil. Shot-shot indah yang memanjakan mata merupakan sebuah nilai lebih untuk sebuah film. Jose Poernomo mampu memberikan itu untuk penonton sebagai penata kamera. Tak hanya itu, pergerakan kamera pada film ini turut menambah kengerian penonton. Musik yang disuguhkan mampu meningkatkan detak jantung penonton dan kaget. Cerita yang disajikan merupakan tema keluarga. Menariknya, tetap sinergi dengan unsur seram. Art director mampu menata latar cerita menjadi suram. Rumah besar di Alas Keramat hingga rumah sakit yang nampak bersih pun turut menjadi seram.

Film ini ternyata hanya berdurasi kurang dari 90 menit. Seharusnya, dapat lebih dari itu agar setiap adegan tak terkesan cepat berlalu. Sepertinya memang banyak adegan yang sudah diambil tetapi tidak ditampilkan pada film ini. Adegan pembuka, terasa cepat sekali berlalu. Adegan seseorang dibakar dengan tuduhan miring. Apakah ini ciri khas seri jelangkung? Di Jelangkung, seorang bocah bernama Turah dibakar warga karena dianggap membawa sial dan di Cai Lan Gong, seorang wanita dibakar karena dianggap menganut ilmu hitam. Untung saja, ending Jailangkung memberikan ketuntasan dan happy ending tidak seperti film-film mereka kebanyakan yang pada akhir diceritakan tokoh-tokohnya mati semua karena setan.

 

Penulis : Christofer Felix

Editor : Herlina Anace Yawang

Gambar : Rexinema dan Screenplay Films