Bersama Melawan Demam Berdarah

0
1199

JAKARTA, KOMPAS CORNER – Terlepas dari banyaknya isu perekonomian yang sedang bergulir, masyarakat Indonesia juga dibayang-bayangi isu kesehatan yang tak henti-hentinya menghampiri. Salah satu penyakit yang sukar diberantas adalah Demam Berdarah (DBD). Menanggapi permasalahan yang ada, Siloam Hospital bekerjasama dengan Kompas mengadakan sebuah forum diskusi kesehatan: Hidup Sehat Itu Mudah (30/4) di Pisa Kafe Menteng, Jakarta Pusat.

Turut hadir drg. R. Vensya Sihotang, M. Epid selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, dr. Mozes I. G. Silaban, SpPD sebagai Dokter Internis Siloam Hospital Lippo Village, dan Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc. selaku Epidemiologi FKM UI. Acara juga diramaikan oleh mahasiswa Akademi Perawat Hang Tuah Mintoharjo Jakarta, dan Akademi Kebidanan dan Perawat Jakarta. Yang tak kalah menarik, ilmu yang diberikan dalam forum diskusi ini juga secara langsung disiarkan melalui 92.0 FM Jakarta, Sonora Radio.

Kata sambutan dari Siloam Hospital yang diwakili oleh dr. Anastina.
Kata sambutan dari Siloam Hospital yang diwakili oleh dr. Anastina.

Dr. Anastina perwakilan dari Siloam Hospital mengatakan bahwa DBD adalah penyakit lama yang mudah untuk diatasi. Jika masyarakat Indonesia tahu dengan jelas apa dan bagaimana nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak, maka DBD sendiri dapat dengan mudah dihabisi. Sebagai contoh, tidak membiarkan genangan air di lingkungan sekitar, mengingat genangan air merupakan tempat terbaik bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. “DBD tahun ini meningkat dua kali lipat. Februari 2015, penderita DBD di Siloam Lippo berkisar antara 5%-7%, tetapi pada Januari 2016 meningkat menjadi 10%, dan Februari meningkat hingga 15%,” tandas dr. Anastina.

Forum yang disiarkan secara live ini mengajak seluruh narasumber untuk duduk bersama di podium seraya menjawab pertanyaan dari Tasya bersama rekannya, host Sonora FM.

Dr.dr. Miko memulai diskusi dengan menjawab bertanyaan Tasya mengenai perkembangan penyakit DBD. “Sejauh ini sudah 50 juta orang terinfeksi DBD di dunia,” tutur Dr. dr. Miko. Menurutnya, peningkatan jumlah penduduk yang tak terbendung, ditambah dengan perubahan iklim yang tak menentu mengakibatkan penularan DBD itu dapat terjadi dengan sangat mudah.

Faktor Utama Penyakit DBD:

  1. Iklim yang tak menentu
  2. Lingkungan besar dalam bermasyarakat (padat penduduk)
  3. Lingkungan rumah (jarang diperhatikan)

Menurut drg. Vensya, jumlah nyamuk yang berada di daerah perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan nyamuk di pedesaan. Hal ini terus terjadi dan meningkat setiap 5 tahun. “Lantas bagaimana menangani kasus seperti ini?” tanya Tasya. Drg. Vensya. Ia menyanggah bahwa kejadian ini merupakan sebuah siklus yang berpola dan akan terus meningkat dan sulit untuk diubah.

Dr. Mozes (kiri) tengah menjelaskan ciri awal dari pengidap DBD.
Dr. Mozes (kiri) tengah menjelaskan ciri awal dari pengidap DBD.

Ciri-ciri dari penderita awal DBD:

  1. Demam selama 5-7 hari
  2. Terdapat bintik merah pada lengan
  3. Hemoglobin meningkat dan trombosit menurun
  4. Nyeri di belakang mata
  5. Sulit makan karena mual
  6. Buang Air Besar (BAB) 2 kali sehari dan agak cair

Dr. Mozes menambahkan bahwa gejala yang memerlukan perhatian khusus adalah Immuno Compronise. Pasalnya, Immuno Compronise mampu menurunkan jumlah trombosit di dalam tubuh, dan cenderung menyerang anak-anak dan lansia. Gejala tersebut dapat terjadi jika pasien tidak mengindahkan enam gejala umum di atas, sehingga mendapatkan penanganan yang terlambat.

Penjelasan mengenai cara mencegah terserang nyamuk Aedes Aegypti oleh Dr. dr. Miko (kiri).
Penjelasan mengenai cara mencegah terserang nyamuk Aedes Aegypti oleh Dr. dr. Miko (kiri).

Tips mencegah penularan DBD adalah dengan melakukan 3M; menguras, mengubur, menutup, dan usaha lain untuk memperbaiki kondisi lingkungan agar lebih bersih dan teratur. Dr. dr. Miko menambahkan bahwa dengan pengasapan saja, tidak dapat memberantas seluruh nyamuk yang ada di lingkungan. Hal tersebut dikarenakan proses pengasapan hanya mampu membunuh nyamuk dewasa. “Hal ini dapat meningkatkan kekebalan nyamuk terhadap racun tersebut, sehingga akan lebih sulit menghabisi populasi nyamuk,” tutur Dr. dr. Miko.

Penjelasan drg. Vensya tentang pengadaan Jumantik sebagai usaha pencegahan DBD.
Penjelasan drg. Vensya tentang pengadaan Jumantik sebagai usaha pencegahan DBD.

Saran dari ketiga narasumber kepada hadirin dan para pendengar Sonora FM antara lain

Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc.

  1. Kenali virusnya
  2. Hindari gigitan nyamuk pada pagi dan sore hari dengan obat nyamuk
  3. Lakukan 3M (menguras, mengubur, menunut)
  4. Perbaiki lingkungan

Dr. Mozes L. G. Silaban, SpPD

  1. Kenali gejala DBD
  2. Konsultasi langsung jika ada gejala demam
  3. Sharing tentang gejala dengan mereka yang pernah menderita DBD

Drg. R. Vensya Sihotang, M. Epid

  1. Mencegah penyakit DBD lebih baik dari mengobatinya
  2. Hidup bersih dan sehat dengan pengendalian jentik nyamuk sehingga kita menjadi bangsa yang sehat
  3. Cari pertolongan pada diagnosa dokter, jangan menerka gejala sendiri
Penyerahan plakat penghargaan oleh Kompas dan Siloam Hospital kepada ketiga narasumber.
Penyerahan plakat penghargaan oleh Kompas dan Siloam Hospital kepada ketiga narasumber.

Dengan berakhirnya forum diskusi bersama Siloam Hospital dan Harian Kompas ini, tentu diharapkan seluruh hadirin dan pendengar setia Sonora FM dapat segera melakukan pencegahan dini penyakit DBD. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberantas nyamuk dan jentiknya, serta pengenalan gejala DBD yang sudah tidak sama dengan yang ditulis dalam buku pelajaran. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih aktif bertukar pikiran tentang wabah penyakit ini dan timbul kesadaran preventif dalam menangani simptom DBD.

 

Reporter           : Herlina Anace Yawang, Usis Gita Devianti

Photographer   :Ferdian Aditya A

Editor               :Sulyana Andikko