Write Your Travel Stories : Bimbing Generasi Muda Menjadi Travel Writer Handal

0
1260

SERPONG, KOMPAS CORNER — Travel writing kini menjadi sebuah tren dan profesi tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi generasi muda yang gemar menulis. Berangkat dari kegemaran di bidang literasi dan travelling, saat ini setiap orang mampu membagikan kisah perjalanannya melalui media sosial dan meraih sejumlah penghasilan atas kisah perjalanannya tersebut. Bila ditelaah lebih lanjut, potensi travel writer di Indonesia kian hari kian tinggi seiring dengan pertumbuhan pariwisata di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dari tingginya pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia dari tahun ke tahun seperti yang dilansir oleh kemenpar.go.id, yakni sekitar 7,2%. Menyadari tingginya potensi travel writer di Indonesia, maka Kompas Corner menyelenggarakan workshop “Write Your Memorable Travel Story” dalam HUT Kompas Corner yang ke-3, pada Senin (2/05) di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Serpong.

Budi Suwarna, selaku Kompas Journalist menyampaikan pengalamannya dan materi seputar travel writing, serta kiat-kiat sukses untuk menjadi seorang travel writer yang handal. “Saat ini, banyak industri pariwisata yang tengah berlomba-lomba mempromosikan produk pariwisata miliknya dalam bentuk artikel promosi,” ucap Budi Suwarna.

Dalam hal ini, industri pariwisata cenderung meminta sejumlah travel writer mengulas produk mereka ke dalam bentuk artikel. “Meskipun travel writer mendapatkan sejumlah imbalan atas undangan industri pariwisata tersebut, namun bukan berarti travel writer lantas berpihak kepada industri pariwisata dan menggantungkan independensinya,” ujarnya.

Keberpihakan travel writer terhadap industri pariwisata sampai saat ini masih ramai diperdebatkan oleh jurnalis idealis. Meskipun keberpihakan tersebut bukanlah sebuah “dosa” bagi travel writer, namun alangkah baiknya jika travel writer tetap menjaga independensinya dengan baik.  “Akan lebih baik lagi jika review dilakukan dengan biaya kantor ataupun biaya sendiri, sehingga hasilnya jelas objektif,” tambahnya.

Budi Suwarna tengah memberikan materi seputar travel writing dalam workshop "Write Your Memorable Travel Story" pada Senin (2/05).
Budi Suwarna tengah memberikan materi seputar travel writing dalam workshop “Write Your Memorable Travel Story” pada Senin (2/05).

Selain membahas mengenai tawaran industri pariwisata, Budi Suwarna juga mengutarakan skill yang dibutuhkan untuk menjadi seorang travel writer yang handal.“Skill yang harus diasah antara lain ialah skill writing dan skill research. Selain itu, seorang travel writer juga memiliki passion yang tinggi di dalam dunia travelling agar mampu mengulas kisah perjalanan yang beragam,” ujarnya.

Genre Travel Writing

Seperti yang diungkapkan oleh Budi Suwarna, secara garis besar terdapat 4 genre travel writing, yakni :

  1. Journalism documentation : mendokumentasikan peristwa perjalanan dengan menerapkan prinsip dan metode dasar jurnalistik, serta menghadirkan kisah perjalanan dengan gaya penulisan yang tepat dan sesuai. Journalism documentation sendiri terdiri atas 2 bagian, yakni :
  • Travelogue : dokumentasi perjalanan yang membahas mengenai gambaran umum tentang perjalanan seperti pengetahuan mendasar mengenai lokasi dan situasi perjalanan yang ditempuh
  • Popular science : dokumentasi yang membahas mengenai hal ilmiah, dimana membutuhkan beragam riset untuk menggali lebih dalam serta membuktikan validitas data yang digunakan. Popular science bisa dikatakan sebagai jurnalistik yang dirancang di dalam laboratorium.
  1. Consumer orientation : hasil dokumentasi lebih ditujukan kepada para pembaca
  • Tourist guide : dokumentasi suatu perjalanan yang mengulas secara detail tempat, harga, dan informasi lainnya yang bisa digunakan oleh pelancong sebagai panduan wisata.
  1. Culinary : dokumentasi yang mengulas cita rasa suatu makanan. Diperlukan teknik penulisan khusus dan antusiasme travel writer agar para pembaca merasa tergugah dan ingin mencicipi makanan yang diulas di dalam artikel.
  2. Blog : hasil dokumentasi perjalanan dituangkan ke dalam artikel bersifat personal dan jauh lebih interaktif

Segmentasi Pembaca

Penentuan segmentasi pembaca sangatlah penting, sebab segmentasi sendiri mempengaruhi cakupan pembahasan travel writer terhadap suatu hal yang diulasnya. Segmentasi pembaca juga harus ditentukan secara hati-hati, mengingat segmentasi sendiri akan menentukan seberapa dalam riset yang harus dilakukan dalam menggali informasi yang relevan. “Tingkat kompleksitas riset berdasarkan pada segmentasi pembaca artikelnya,” paparnya.

Penulisan Travel Writing

Sebelum menuangkan kisah perjalanan ke dalam bentuk tulisan, ada baiknya seorang travel writer mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar mampu menggali informasi secara lebih mendalam. Terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum penulis menuliskan kisahnya, yakni :

  • Menggali informasi mengenai tema tulisan yang diangkat secara mendalam melalui sumber referensi terpercaya
  • Menjalin relasi yang baik dengan orang lokal sehingga mampu memahami dan mengamati budaya dengan pendekatan yang jauh lebih baik
  • Mengetahui hal-hal yang boleh dan tidak boleh (hal tabu) dilakukan di tempat tujuan (Do and Dont)

Selain itu, seorang travel writer juga dituntut untuk melakukan riset terlebih dulu. “Riset yang diadakan tak mesti memakan waktu yang lama. Semuanya bergantung kepada topik travel writing dan segmentasi pembaca yang ingin dibidik,” terangnya. Sebagai contoh, ketika seorang travel writer ingin membuat artikel mengenai rendang yang diperuntukkan bagi para pecinta rendang, maka travel writer perlu mengadakan riset secara mendalam mengenai rendang dan seluk beluknya.

Seorang travel writer juga harus menyampaikan kisah perjalanan secara runtut, sehingga mudah untuk diikuti oleh pembaca. Gaya penulisan dan diksi ikut disesuaikan berdasarkan pada segmentasi pembaca artikel. “Selera antar pembaca bisa jadi sangat jauh berbeda. Oleh karena itu, ada baiknya travel writer perlu menyesuaikan kembali gaya penulisan dan diksi yang digunakan sesuai dengan tipe pembaca yang dituju,” terang Budi Suwarna.

 

Tak hanya memberikan pembekalan materi, namun Budi Suwarna juga mengajak para peserta untuk menuliskan kisah singkat mengenai suatu peristiwa yang tergambar di dalam foto dan video. Setiap peserta menuliskan intepretasi perisitiwa tersebut dengan penuh antusias.

Suasana antusias meliputi seluruh peserta workshop "Write Your Memorable Travel Story" yang dibawakan oleh Budi Suwarna.
Suasana antusias meliputi seluruh peserta workshop “Write Your Memorable Travel Story” yang dibawakan oleh Budi Suwarna.

“Semoga dengan dilaksanakannya sesi workshop ini, para peserta mampu berkarya lebih banyak lagi,” ujar Budi Suwarna di akhir sesi workshop.

 

Penulis : Elisabeth

Editor : Editorial Kompas Corner UMN

Foto : Dokumentasi Kompas Corner UMN