Aktif di seni peran dan memilih ekstrakurikuler teater sejak SMP dan SMA mengantarkan Tika Bravani (25) kini dikenal sebagai artis film. Dia pertama kali tampil dalam film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) yang dirilis tahun 2010. Adalah aktor senior Deddy Mizwar yang mengajak Tika tampil di film setelah mengenalnya melalui sang anak yang bersama Tika berpartisipasi dalam ajang pemilihan Abang None Jakarta 2009. Setelah film pertamanya, perempuan kelahiran Denpasar, 17 Februari 1990, dan lulusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini terus mengasah bakat aktingnya. Berbagai penghargaan pun menghampiri dirinya.

Tika Bravani Pemain Film Kompas/Wawan H Prabowo (WAK) 10-09-2015

Mulai dari meraih Piala Vidia Festival Film Indonesia dalam Pahala Terindah pada tahun 2012 hingga Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2014 untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dalam film Soekarno: Indonesia Merdeka. Di film itu Tika berperan sebagai Fatmawati. Penampilannya di film tersebut membuat Tika kembali berperan sebagai ibu muda dalam film terbarunya, 3 (Tiga). Berikut ini pertanyaan sejumlah pembaca harian Kompas yang kemudian dijawab Tika di tengah kesibukannya dengan senang hati.

 

 

Mengingat prestasi Anda di bidang akting sangat melejit, adakah rencana untuk go international? (Drs Wiyana, MPd,  SMA 1 Semanu, Gunung Kidul)

Rencana go international tentunya ingin, tetapi saat ini belum dijadikan tujuan utama. Sembari menunggu peluang tersebut, saya ingin menambah jam terbang supaya kemampuan akting saya meningkat.

Kesulitan apa yang dialami saat memerankan tokoh Ibu Fatmawati di film Soekarno?(Aan P, Garut)

Kesulitannya adalah saat harus mencari referensi yang obyektif mengenai tokoh Ibu Fatmawati karena dokumentasi mengenai beliau sedikit sekali.

Bagaimana pengaruh proses teater dalam membentuk kepribadian kamu? Apakah sekarang masih proses kreatif bersama kelompok teater? (Daryat, Semarang)

Teater membuat saya lebih menghargai proses dan membuka sudut pandang saya dalam membangun karakter peran. Saat ini saya sudah tidak terlalu terlibat dengan kelompok teater karena bermain teater membutuhkan komitmen dan waktu luang agar lebih fokus. Terakhir saya aktif di kelompok Teater Abnon (Abang None) Jakarta tahun 2011.

Saat memerankan tokoh Fatmawati, Anda melakukan riset mendalam, bagaimana cara Anda menginterpretasi hasil membaca biografi, wawancara untuk menunjukkan gaya berbicara, busana dan keseharian Ibu Fatmawati. Tolong berikan contohnya. (Lilis Setiasih, Bandung)

Setelah saya mencari referensi mengenai tokoh Ibu Fatmawati, pastinya saya harus mengimplementasikannya ke dalam diri saya serta membicarakan dengan sutradara mengenai sudut pandang yang akan diangkat dalam menciptakan karakter tokoh Ibu Fatmawati. Setelah sepaham, saya mulai membawa gesture, karakter, ataupun cara berbicara tersebut dalam keseharian hingga proses pengambilan gambar berlangsung.

Apa tujuan dengan masih muda sudah mendapat gelar prestasi Piala Citra dalam Pemeran Pendukung Wanita Terbaik di 2014 dalam film Soekarno sebagai Ibu Fatmawati? Dibuat untuk apa hasil kerja keras tersebut ? Sudah puaskah Tika dengan pencapaian tersebut?

Bagaimana sikap Mbak Tika terhadap aktor senior di luar atau pada saat pengambilan gambar? Apakah memotivasi mereka juga untuk mendapat Citra? Judul film apa yang akan dimainkan sekarang atau kegiatan apa yang dilakukan sekarang? (Risal H, SE, Depok)

Tujuan ke depan tetap menjadi lebih baik dan terus berkembang dengan memainkan peran yang lebih menantang. Kerja keras itu untuk diri saya sendiri dan orang-orang yang telah mendukung saya. Saya masih perlu banyak belajar lagi sehingga belum boleh berpuas hati. Saya sangat menghormati para aktor senior dan sering kali saya bertukar pikiran. Pengalaman mereka merupakan sumber bagi saya untuk belajar mendalami seni peran karena tentunya mereka lebih matang dalam mengupas karakter.

Kesibukan sekarang adalah promosi film terbaru saya yang berjudul 3(Tiga) yang mulai tayang 1 Oktober Sejatinya, apa makna Piala Citra pada Festival Film Indonesia 2014 bagi karier dan hidup Anda? Apa upaya kunci Anda untuk menggapai Piala Citra? Terima kasih dan Salam.(Paul Sutaryono, Depok)

Bagi Saya, Piala Citra adalah bonus sekaligus motivasi bagi saya untuk melakukan apa pun dengan maksimal. Piala tersebut bukti bahwa apresiasi karya tidak mengenal senioritas. Upaya kunci untuk mendapatkannya adalah bermain dengan jujur.

Hallo Tika, apa yang membuat Anda tertarik menjadi seorang aktor? Dan untuk menjadi aktor yang profesional hal apa saja yang harus diperhatikan? Terima Kasih (Hayyun Kamila Humaida, Medan, Sumatera Utara)

Yang menarik menjadi aktor adalah kita dituntut untuk bisa melakukan segala hal berdasarkan karakter yang diperankan sehingga membuat profesi ini sangat dinamis. Menjadi aktor juga memberikan ruang bagi saya untuk berekspresi, menjadi seseorang yang berbeda dari kehidupan nyata. Yang diperlukan oleh aktor profesional adalah wawasan yang luas agar memiliki cukup referensi ketika bermain.

Dear Tika Bravani. Apa motivasi Anda bermain film? Selama bermain dalam film, film apakah yang paling membuat Anda terkesan dan kenapa film itu membuat Anda terkesan? Terima kasih. (Dede Rosyadi ZA/H Ochad, Cirebon)

Motivasi saya adalah keinginan untuk mencapai kepuasan batin dalam menghasilkan suatu karya. Tantangan dalam bermain adalah membuat audiens percaya dengan apa yang kita perankan sehingga hal tersebut memotivasi saya untuk memberikan kemampuan terbaik agar tercipta karya utuh yang bagus. Film Soekarno paling berkesan bagi saya karena memerankan ibu negara pertama yang keluarganya masih berpengaruh di negeri ini tentunya tidak mudah.

Apa kesamaan asyiknya belajar ilmu ekonomi dengan bermain dalam film? Dari 6 film yang sudah Mba Tika mainkan, bagian scene mana yang paling impresif menurut Mba? Terima kasih, Salam (Irfan Syariputra, Bekasi Utara)

Kesamaannya adalah keduanya memiliki unsur ’]bisnis’ karena ada tawar-menawar di dalamnya. Dalam akting, kita mengenal ’bisnis akting’ yang menentukan interaksi dengan lawan main. Yang paling impresif adalah ketika saya bermain dalam film terbaru saya, yaitu film 3 (Tiga) karena ada fighting scene untuk peran saya.

Sebagai pegiat teater sejak sekolah, Tika tentu pernah ikut FTS (Festival Teater SLTA). Seberapa penting peran FTS dalam mendukung karier Tika saat ini? Terima kasih (Ferdiansyah)

Ya, saya pernah mengikuti FTS. Peran FTS bagi saya adalah saya dapat menerima bahwa kreativitas itu tidak ada habisnya. Banyaknya pesaing menuntut kita untuk selalu berkembang.

Dear Tika, melihat kamu lulusan fakultas ekonomi dari universitas terkenal yang banyak melahirkan ekonom ekonom terkemuka, apakah kamu berpikir suatu saat kamu serius berkarier di bidang ekonomi dan menjadi the next Sumarlin, Emil Salim, Prof Sadli dan lain-lain? Atau kamu memang ingin tetap berkiprah di dunia perfilman yang telah melambungkan nama kamu jadi selebritas papan atas? Best regards, (Dedi Kurniawan, Bogor)

Memang banyak ekonom besar lahir dari FEUI, tetapi saya hanya ingin menerapkan ilmunya saja di kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana memilih investasi yang baik dan mengembangkan bisnis yang sedang saya bangun, yaitu Lamanda Home Cooking. Ketika keuangan sudah mapan dari hasil bisnis, saya menerima tawaran film hanya untuk aktualisasi diri.

Dear, Tika Bravani..Bagaimana pendapat Anda mengenai dunia perfilman Indonesia yang identik dengan wajah dan postur tubuh orang Barat atau perpaduan Barat dan Timur (indo)? Saya ingin sekali terlibat dalam suatu pengerjaan film layar lebar, saya menyukai dunia seni peran sejak dulu, sekarang saya duduk di bangku kuliah. Kesulitan saya adalah saya tidak memiliki tubuh yang tinggi semampai dan berwajah kebarat- baratan. Bagaimana pendapat dan saran Anda? Terima kasih 🙂 (Wibby Muskita)

Dear Wibby, nasib kita berarti sama. Wajahku juga Indonesia sekali. Yang dibutuhkan di dunia film ini inner beauty dan kemampuan akting yang memadai karena outerlook hanya bersifat sementara. Tetap pede (percaya diri) saja dengan look kamu karena fisik hanya balutan luar. Jangan berhenti mengasah kemampuan akting yang kamu miliki, jangan pernah puas, karena akting tidak memiliki batasan.

Waktu masih kuliah dulu, apakah juga sudah aktif di dunia seni peran (misal organisasi mahasiswa/UKM seni drama)? Mengapa memilih jurusan akuntansi, kok tidak yang berhubungan dengan seni peran?(Sunandar, Universitas Muhammadiyah Malang)

Waktu di kuliah sempat ikut membantu pementasan teater FEUI, tetapi tidak termasuk anggota UKM. Kenapa memilih akuntansi karena keluarga saya kebanyakan akademisi. Selain itu, menjadi akuntan adalah pekerjaan yang paling ’aman’, dalam artian kalau tidak menjadi pekerja kantoran ya ilmunya dipakai untuk mengatur keuangan pribadi he-he-he

Seni, baik seni apa pun, masih menempati posisi yang rendah, bahkan tidak bernilai, di banyak wilayah Indonesia. Menurut Tika, sebagai seorang aktor juga mengerti ekonomi, apa yang hendaknya dilakukan pemerintah untuk menggalakkan nilai dan peran seni di Indonesia? (Tappin PS,  Sewon-Bantul, Yogyakarta)

Caranya dengan memberikan apresiasi lebih kepada seniman Indonesia, menghidupkan kembali kesenian setiap daerah, mengaktifkan kembali taman budaya di setiap daerah, serta menanamkan kesenian kepada anak-anak sejak usia dini supaya mereka lebih menghargai kesenian.

Mba Tika, sejak SMP dan SMA kan sudah suka seni peran dan teater. Kenapa kok melanjutkan kuliahnya malah ke fakultas ekonomi? Padahal, dengan lulusan ekonomi saja, Mba Tika sudah dapat Piala Citra, apalagi kalo lulusan akting? Terus semangat meramaikan film Indonesia dengan kualitas prima Mba Tika. Sukses selalu. (Rifai, Yogyakarta)

Karena keluarga saya kebanyakan akademisi. Jurusan kuliah keluarga saya mainstream, seperti ekonomi, kedokteran, dan teknik. Seni hanya merupakan hobi sehingga saya tekuni hanya di ekstrakurikuler. Ternyata justru kesempatan besarnya ada di seni peran.

Halo saya Laras di Jakarta. Sudah lama tahu Tika sejak nonton Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Jika Tika diberi kemampuan menciptakan sesuatu untuk kebahagiaan umat manusia, apakah yang akan diciptakan? Dijawab ya. Makasih.(Hafizah Larashati)

Umat manusianya saya fokuskan di Indonesia dulu ya. Saya akan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya di pedesaan. Dari dulu memang punya cita-cita memiliki peternakan di desa seluruh Indonesia.

Bagaimana sih menurut Mbak peran wanita sebenarnya dalam kehidupan berkeluarga dan bernegara? Selama memerankan tokon Fatmawati di film itu, nilai-nilai apa yang bisa Mbak bagi kepada wanita-wanita Indonesia saat ini? Terima kasih (Ashaeryanto,  Kendari, Sulawesi Tenggara)

Wanita memiliki peran penting dalam berkeluarga karena seorang wanita yang baik adalah mereka yang selalu mendukung suami dan merawat anak-anaknya. Dengan demikian, seorang wanita harus cerdas agar dapat mendidik anak-anak yang kelak akan menjadi penerus bangsa.

Sama seperti Ibu Fatmawati, beliau tidak berjuang dengan angkat senjata, tetapi dengan mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak Bung Karno. Di bawah tekanan kondisi politik dan ancaman Jepang terhadap Bung Karno, Ibu Fatmawati tetap mendukung beliau dan mengurus rumah tangga agar tetap kondusif. Saya yakin di balik seorang pemimpin hebat ada perempuan kuat yang menyokongnya.

(Ida Setyorini)


Versi cetak artikel ini terbit di rubrik ‘Kompas Kita’ harian Kompas edisi 2 Oktober 2015 halaman 33