Pria ”Klasik” di Jagat Digital

0
1142

The Intern adalah potret bagaimana dua generasi berdamai pada abad milenial. Abad yang mengubah cara orang berkomunikasi, membongkar dinamika dunia kerja, sekaligus terus menggugat relasi perempuan dan laki-laki. Film komedi romantik ini kaya dengan sentuhan personal Nancy Meyers, sang produser, penulis cerita, sekaligus sutradara.

Meyers, perempuan kelahiran Pennsylvania, Amerika Serikat, 65 tahun lalu, adalah pembuat film yang dikenal menandai karyanya dengan kekhasan sentuhan perempuan. Ia antara lain menggarap duet Diane Keaton dan Jack Nicholson dalam Something’s Gotta Give (2003) serta Meryl Streep dan Alec Baldwin dalam It’s Complicated (2009). The Intern menandai kembalinya Meyers setelah lebih dari lima tahun karyanya tak dinikmati publik.

Dalam The Intern, Meyers tidak membangun kisah romantik melalui relasi dua karakter utama cerita ini, Ben Whittaker (Robert De Niro) dan Jules Ostin (Anne Hathaway). Meski begitu, eksplorasi emosi pada kedua karakter ini berhasil memercikkan kehangatan hingga ke bangku penonton. Pelajaran tentang hidup dan romantika hadir dalam bentuk yang lain.

Pencapaian lain Meyers pada film ini juga terdapat pada detail deskripsi gaya hidup generasi yang jauh lebih muda dari dirinya sendiri. Bagaimana angkatan muda ini berkomunikasi dengan perangkat gawai terbaru dan media sosial. Juga bagaimana mereka berkreasi di lingkungan kerja yang mereka ciptakan dengan semangat kompetitif. Dialog yang cerdas dalam relasi lintas generasi ini kerap membangkitkan tawa.

Feminis

Film ini berkisah tentang Ben, berusia 70 tahun, pensiunan dengan sejarah kerja puluhan tahun di perusahaan pencetak buku telepon. Istri yang mendampinginya selama 42 tahun meninggal, anak dan cucunya tinggal di luar kota. Ben yang selalu mencari kesibukan menemukan tantangan baru ketika ia lolos seleksi untuk mengikuti program magang khusus warga senior di toko busana daring yang dibangun dan dikelola Jules Ostin. Bisnis toko daring ini sedang meroket dalam waktu singkat.

Jules yang diperankan Anne Hathaway bekerja seperti dinamo bertenaga tinggi. Ia mengelola lebih dari 200 karyawan dalam lingkungan kerja yang kontemporer. Semula ia enggan bekerja dengan Ben yang ditugaskan menjadi asisten personalnya. Namun, Ben terbukti bukan saja sanggup bekerja dengan Jules, melainkan juga bisa bersahabat dengan perempuan kreatif dan energik itu.

Salah satu hal paling menarik adalah bagaimana Ben beradaptasi dengan lingkungan anak-anak muda, tanpa kehilangan kebanggaan sebagai ”pria klasik” dan disiplin tinggi yang membentuk dirinya selama puluhan tahun. Di antara karyawan berkaus dan bercelana jins, ia bangga dengan setelan jas dan sapu tangan yang ternyata juga punya kegunaan tak biasa. Ia bukan warga senior yang amat gemar berceramah. Sebaliknya, punya kesabaran cukup untuk mendengarkan dan selalu menyapa.

Pada saat yang sama, film ini juga memuat diskusi jender yang menempatkan Ben di posisi yang dikatakannya sendiri sebagai ”feminist”. Robert De Niro menunjukkan kelas keaktoran, karena melalui dirinya, karakter Ben mewujud dengan mulus, seolah tanpa susah payah. Konten emosi yang dilematik hadir karena Jules adalah ibu seorang gadis kecil. Sementara suaminya yang sebelumnya berkarier cemerlang memilih tinggal di rumah demi mendukung karier sang istri.

Realitas dunia bisnis tidak selalu ramah, realitas kehidupan rumah tangga yang dilakoni Jules juga tak muda. Ramuan fantasi dan pertimbangan realistik itu dikemas menarik oleh Meyers. Dalam durasi dua jam, film ini bukanlah tontonan membosankan.

The Intern

  • Sutradara: Nancy Meyers
  • Produser: Suzanne Farwell, Nancy Meyers
  • Skenario: Nancy Meyers
  • Pemeran: Robert De Niro, Anne Hathaway, Rene Russo, Adam DeVine
  • Distribusi: Warner Bros Pictures

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 September 2015, di halaman 12 dengan judul “FILM Pria ”Klasik” di Jagat Digital”