Gold Coast Airport Marathon 2015

0
1569

Eddy Angkawibawa (51), dosen pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, amat bangga dan bahagia saat dipotret di garis akhir Gold Coast Airport Marathon 2015, Queensland, Australia, Minggu (5/7).

Yes, senang sekali bisa selesai. Ayo, Mas, lain kali Anda lari maraton ya,” kata Eddy kepada penulis di garis akhir. Mendapat tantangan mengikuti lari maraton (42,195 Kilometer), hati dan nyali ini bergetar dan menciut.

Di Gold Coast, kota surga peselancar dan pelari, Eddy menyelesaikan maraton ke-27 dengan waktu 5 jam 25 menit 17 detik. Di kalangan pelari maraton, Eddy adalah panutan.

Eddy adalah anggota Marathon Maniacs alias penggila maraton. Maraton pertama Eddy adalah Mandiri Jakarta Marathon (27 Oktober 2013). Dalam kurun 20 bulan, Eddy menyelesaikan 27 maraton atau rata-rata 1-2 maraton per bulan.

Suasana saat Southern Cross University 10Km Run di Gold Coast, Queensland, Australia, Sabtu (4/7). Southern Cross University 10Km Run termasuk rangkaian acara Gold Coast Airport Marathon 2015 yang diikuti oleh 27.508 pelari domestik dan mancanegara. Kompas/Ambrosius Harto (BRO) 04-07-2015
Suasana saat Southern Cross University 10Km Run di Gold Coast, Queensland, Australia, Sabtu (4/7). Southern Cross University 10Km Run termasuk rangkaian acara Gold Coast Airport Marathon 2015 yang diikuti oleh 27.508 pelari domestik dan mancanegara. Kompas/Ambrosius Harto (BRO) 04-07-2015

”Yang tua seperti Pak Eddy mau dan mampu, seharusnya yang muda bisa,” kata Danny WJ Siwu (42), pegawai bank dan pelari maraton Run de Globe. Di Gold Coast Airport Marathon (GCAM) 2015, Danny menyelesaikan maraton dengan waktu 4 jam 18 menit 16 detik.

Danny datang ke GCAM 2015 bersama penulis atas undangan Tourism and Events Queensland. Selain itu, Cahyo Agung Nugroho (40), jurnalis Men’s Health, yang menyelesaikan maraton pertama dengan waktu 5 jam 52 menit 46 detik. Juga ada, Uci Sanuci (32) dari Indorunner, komunitas penyuka lari, yang menyelesaikan maraton dengan waktu 4 jam 34 menit 22 detik.

Di antara kami, hanya penulis yang tidak ikut maraton. Penulis ikut dan menyelesaikan Southern Cross University 10Km Run dengan waktu amat buruk (1 jam 34 menit 56 detik).

Merayakan

Bagi Eddy, mengikuti maraton bagaikan merayakan kehidupan dengan bahagia. Usia lanjut bukan perintang, melainkan pendorong untuk terus maju.

Danny, lelaki yang sebulan lagi jadi ayah ini, menceritakan pengalaman mengikuti Berlin Marathon 2014. ”Saya disusul seorang nenek yang berlari tetap semangat karena merayakan jubilee,” katanya. Jubilee adalah maraton ke-100 yang diikuti nenek itu.

Pengalaman tadi membulatkan tekad Danny untuk terus mengikuti maraton. Jika belum mampu berprestasi karena memang bukan atlet, mengikuti maraton bisa jadi untuk perbaikan pencapaian pribadi.

Di GCAM 2015, catatan waktu 4 jam 34 menit milik Uci jauh di belakang target 3 jam 30 menit. Di Km 25, Uci terserang kram. Ia tetap berpuasa selama maraton. ”Saya memilih tetap beribadah daripada mengejar perbaikan waktu,” katanya di garis akhir.

Pencapaian

Di kalangan atlet, GCAM 2015 adalah panggung pelari asal Kenya dan Jepang. Di kelompok putra, tiga pelari Kenya sukses juara. Di kelompok putri, tiga pelari Jepang mendominasi.

GCAM 2015 yang diikuti 27.508 pelari merupakan ajang pertama yang diikuti Kennet Mburu Mungara (41). Catatan waktu 2 jam 8 menit 42 detik mengantarkan pemangkas rambut ini menjadi juara tertua di ajang GCAM sekaligus mempertajam rekor dunia maraton kelompok usia 40-44 tahun. Pada 12 April 2015 di SuisseGas Milano Marathon, Mungara memecahkan rekor dunia dengan catatan waktu 2 jam 8 menit 44 detik.

”Tenang, stabil, dan fokus, itu kuncinya,” kata Mungara yang sukses mengalahkan juara tahun lalu, Silah Kipkemboi Limo (23). Limo masuk garis akhir di urutan kedua dengan waktu 2 jam 8 menit 54 detik.

Di kelompok putri, juaranya Risa Takenaka dengan waktu 2 jam 28 menit 25 detik. Tiada perbaikan waktu yang diukir di kelompok ini. Catatan waktu Risa di GCAM 2015 lebih lambat daripada yang diciptakan saat menjadi urutan kelima Nagoya Women’s Marathon (8 Maret 2015), yang 2 jam 28 menit 9 detik.

”Namun, saya sangat bahagia,” kata Risa. GCAM 2015 terasa spesial bagi Risa karena di sini ia mengukir nama sebagai juara. Pencapaian itu meningkatkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih tinggi di ajang maraton yang lebih bergengsi.

Lain lagi yang dirasakan Phil Rorke. Ambisi mematahkan The Guinness World Record, yakni maraton sambil membawa telur memakai sendok oleh Dale Lyon di London Marathon, April 1990, ternyata gagal. Catatan waktu Phil (3 jam 50 menit) gagal mematahkan rekor Dale (3 jam 47 menit). ”Nyaris, tetapi ini masalah mengoordinasi segalanya dan saya belum berhasil,” kata Phil, guru anak berkebutuhan khusus, seusai lomba.

Kegagalan itu tidak membuat Phil kapok. Di ajang maraton berikutnya, Phil tetap menargetkan mampu memecahkan rekor. Di GCAM 2015, Phil tidak hanya berlari demi mematahkan rekor. Phil sukses menggalang dana lebih dari 650 dollar Australia untuk Autism Queensland.

Dampak

Kate Jennifer Jones (Minister for Education, Minister for Tourism, Major Events and Small Business, and Minister for Commonwealth Games of Queensland) mengatakan, GCAM 2015 diharapkan mendorong atlet-atlet domestik berlatih dan berprestasi lebih baik.

Gold Coast ialah tuan rumah Pesta Olahraga Persemakmuran (Commonwealth Games 2018). Melihat pengalaman tahun lalu, GCAM disiarkan ke lebih dari 108 negara dan disaksikan kira-kira 860 juta orang. Ini sangat bagus untuk promosi Queensland dan Australia di dunia.

Pegiat sukarela mengumpulkan pakaian yang ditinggalkan oleh pelari peserta Gold Coast Airport Marathon, Queensland, Australia, Minggu (5/7). Pakaian dikumpulkan untuk kemudian disumbangkan dalam kegiatan amal atau untuk korban bencana alam. GCAM 2015 diikuti oleh 27.508 pelari domestik dan mancanegara. Kompas/Ambrosius Harto (BRO) 05-07-2015
Pegiat sukarela mengumpulkan pakaian yang ditinggalkan oleh pelari peserta Gold Coast Airport Marathon, Queensland, Australia, Minggu (5/7). Pakaian dikumpulkan untuk kemudian disumbangkan dalam kegiatan amal atau untuk korban bencana alam. GCAM 2015 diikuti oleh 27.508 pelari domestik dan mancanegara. Kompas/Ambrosius Harto (BRO) 05-07-2015

Wali Kota Gold Coast Tom Tate menambahkan, kesuksesan GCAM karena warga terlibat. Lebih dari 200 warga menjadi sukarelawan. Warga datang, menonton, dan menyemangati para pelari. Warga juga ramah dan hangat terhadap para pelancong.

Diperkirakan ada 60.000 orang datang khusus untuk GCAM 2015. Dampak ekonomi atau perputaran uang diperkirakan 20,1 juta dollar Australia cuma untuk kegiatan tiga-empat hari itu.

Gold Coast adalah kota yang memanjakan pejalan dan pelari. Bahkan, lari adalah bagian kehidupan warga. Pagi, siang, sore, atau malam akan mudah melihat mereka berlari di taman, tepi pantai yang eksotis dan aduhai, bahkan trotoar dalam kota berpenduduk 600.000 jiwa itu.

(AMBROSIUS HARTO)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Agustus 2015, di halaman 36 dengan judul “Tenang dan Fokus, Itu Kuncinya”