Sepanjang Malam Bertualang di Balik Tirai-Tirai Lantai Dansa BNI Java Jazz Festival 2024

0
152
Foto: Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim

Gelaran BNI Java Jazz Festival 2024 memasuki hari pertama, Jumat (24/5/2024). Total, terdapat 44 pengisi acara dan sebanyak 11 panggung selama hampir 8 jam menemani ribuan penonton BNI Java Jazz Festival 2024 (JJF) yang berlangsung di JIEXpo, Kemayoran, Jakarta.

Tidak terkecuali bagi yang hadir sebagai bintang tamu sekaligus penonton setia seperti Ardhito Pramono dan Oslo Ibrahim. Melalui wawancara dengan Kompas Muda, kedua musisi yang tengah naik daun di Tanah Air ini membagikan ceritanya.

“Java Jazz menurut saya the most spectacular jazz festival di Indonesia. Sudah menjadi cita-cita saya untuk manggung di sini sejak masih SMP. Tahun ini sudah ketiga kali saya manggung di sini. Java Jazz bagi saya sangatlah spesial dan menjadi tempat saya membawakan beberapa lagu baru untuk pertama kalinya,” ujar Ardhito, Jumat.

Setali tiga uang dengan Ardhito Pramono, Oslo Ibrahim juga membagikan sisi lainnya sebagai bintang tamu yang juga ingin menikmati festival jazz paling besar di Indonesia.

“Mungkin besok dan lusa gue akan datang sebagai penonton dan lihat beberapa performance seperti Incognito dan Erwin Gutawa yang akan jadi penampil di BNI Java Jazz Festival 2024 yang gue tunggu-tunggu,” ujar Oslo.

 

Foto: Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim

Hal serupa dirasakan Marcell Siahaan. Berawal dari JJF 2005, Marcell menjadikan JJF sebagai acara yang paling ditunggu-tunggu.

“Momen penting bagi saya untuk bisa tampil di Java Jazz. Sejak pertama kali mengikuti Java Jazz 2005, saya heran penyanyi pop seperti saya bisa mempersembahkan karya di Java Jazz Festival. Mulai saat itu, bisa bermain di Java Jazz adalah hal yang paling saya dan teman- teman tunggu,” ujar Marcell.

Kembali hadir di Java Jazz 2024, Marcell menyuguhkan lagu yang merepresentasikan album pertamanya dan sukses membuat penonton bernostalgia ke era tahun 2003. Marcell berharap penonton dapat mengingat 21 tahun yang lalu ketika lagu-lagu tersebut dirilis.

Kolaborasi dengan Oslo dan Teza menjadi tantangan tersendiri bagi Marcell dalam mengaransemen lagu. Hal ini dikarenakan setiap musisi membawa gaya dan pengaruh mereka masing-masing sehingga menghasilkan kombinasi genre musik yang menjadi satu kesatuan. Marcell berhasil menyatukan karakter masing-masing musisi dan mendapat apresiasi luas dari para penggemar.

Perjalanan dimulai

Foto: Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim

Peta perjalanan Kompas Muda hari pertama dimulai di All Com Hall pada pukul 16.45. OKAAY grup duo Niko Al Hakim atau lebih dikenal Okin bersama dengan Nicky Kay alias Kay, sukses mengaransemen ulang lagu sendu gubahan Naif berjudul “Posesif “menjadi lebih bernuansa groovy dengan iringan ritme bass yang dimainkan Okin.

Setelah itu, aransemen ulang lagu milik kuartet era 2010an, Tangga berjudul “Cinta Begini” mencairkan suasana yang semula senyap menjadi lantai dansa berketukan lambat bagi penonton yang hadir dengan pasangannya. Terakhir, lagu dengan lirik centil bertajuk “Lupa Nama Ingat Rasa” menjadi penutup penampilan Kay dan Okin beserta band pengiringnya.

 

Foto: Andy Edlynson Kadiran

Di Teh Botol Sosro Stage, suasananya tak kalah meriah. Panggung ini secara cepat diisi ribuan penonton JJF yang berlarian memasuki venue pada pukul 17.45. Mereka dimanjakan dengan lagu pembuka seperti “Kita Bikin Romantis” dan “Terdiam” oleh Maliq & D’Essentials.

Tak lama, Maliq & D’Essentials berhasil menggerakan ribuan penonton dengan lagu bernuansa funk bertempo cepat melalui “Funkflow”. Gaya bernyanyi dan konsep musik yang berbeda mampu mengikat “D’Essentials”, sebutan untuk penggemar Maliq.

Menyambut ulang tahunnya ke-22 yang jatuh pada 15 Mei 2024, Maliq & D’Essentials merilis album Can Machines Fall In Love?. Tak salah jika panggung mereka di JJF pun lantas dipenuhi ribuan penonton.

Nuansa syahdu dan romantis mengiringi tiap lagu yang tengah menjadi earworm beberapa bulan belakangan, yakni “Aduh”, membuat Surga itu Kamu menjadi kalimat yang paling kerap diucapkan di JIEXpo Kemayoran kemarin sore. “Semoga” menjadi lagu ketujuh yang dibawakan Maliq & D’Essentials dengan aransemen ulang yang lebih groovy lewat ritme bas yang menuntun penonton untuk turut serta menganggukan kepala ke depan dan belakang.

Seolah belum cukup, “Himalaya” membawa penonton terbang tinggi, diajak untuk membayangkan sejenak 10 tahun ke depan. “Pilihanku” menjadi lagu terakhir yang menutup magis Maliq hari itu. Perpaduan alunan saxophone, wewangian parfum designer dari bangku penonton, dan seluruh penonton yang berdiri dari kursinya untuk berdansa menutup penampilan Maliq & D’Essentials dengan ciamik.

 

Foto: Muhammad Akhtar Jabbaran

Pukul 18.45, petualangan berlanjut di Brava Hall. Di sana, Ron King Big Band memberikan sentuhan jazz klasik.  Mereka membawakan aransemen lagu-lagu dengan balutan terompet dan chop drum untuk menemani penonton yang didominasi penikmat jazz dari berbagai lapisan usia.

Beradu vokal 

Foto: Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim

Ruth Sahanaya, Andien, Teddy Adhitya, dan Teza Sumendra menjadi transisi menuju acara yang menyuguhkan lagu-lagu populer lintas zaman dalam balutan aransemen jazz. Berperan sebagai music director adalah Nikita Dompas.

Hits “Love On Top” milik Beyonce sukses menggetarkan BNI Hall sebagai pembuka dengan suara berat dan aksi panggung Teza yang memukau. Disusul “Sometimes” yang dinyanyikan Andien, membalut malam di BNI HALL yang hadir dalam suasana lantai dansa khas bar jazz di San Fransisco, California, Amerika Serikat.

Sebagai penutup adalah “Bawa Daku Pergi”, yang dibawakan secara kolaborasi antara Teza, Ruth Sahanaya, dan Andien sekaligus. Lagu ini membawa penonton pergi ke penampilan terakhir di BNI Hall, yakni Incognito, band bernuansa acid jazz dari Inggris.

 

Ardhito Pramono ketika diwawancarai oleh Tim Kompas Muda di Booth Kompas pada BNI Java Jazz Festival 2024
Foto: Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim

Perjalanan JJF hari pertama ditutup penampilan Ardhito Pramono yang membawakan “I Just Couldnt Save You Tonight“. Total 13 lagu dibawakan Ardhito bersama Erickson Jayanto sebagai kibordis.

Di antara ketiga belas lagu tersebut, terdapat lagu “Ready” yang memiliki sentuhan Bossa Nova dan swing yang bertaut dengan irama flute serta suara falsetto milik Ardhito. Ardhito juga membawakan lagu-lagu yang memiliki muatan personal seperti “Here We Go Again” dan “Beautiful Journey”.

Penulis:
Muhammad Akhtar Jabbaran, Volunter untuk BNI Java Jazz Festival 2024, Mahasiswa Universitas Indonesia.
Hanifa Khoirunnisa Nur Hakim, Volunter untuk BNI Java Jazz Festival 2024, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung.

Fotografer:
Dhafin Rizqi Kusumawardhana Hakim, Volunter untuk BNI Java Jazz Festival 2024, Mahasiswa Universitas Pasundan.
Andy Edlynson Kadiran, Volunter untuk BNI Java Jazz Festival 2024, Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara.
Muhammad Akhtar Jabbaran, Volunter untuk BNI Java Jazz Festival 2024, Mahasiswa Universitas Indonesia.