Bukan mawar, bukan melati.
Bukan pula sedap malam atau lili.
Vas dan pot dibiarkan kosong sebab isi taman bersiasat dan berfirasat.
Sehabis dirangkai, tangkai tua
terbuang ke hati yang gemulai.
Menuju wanita yang kau damba-damba.
Yang kau bangga-bangga.
Patah hati adalah rahasia, aroma parfum telah lama bergeming menjadi irama dan mantra.
Hanya dengan kembali tak cukup menawar atas maaf yang berdarah dan bernanah.
Atas maaf yang mengering di kening, di dada dan kepala.
Selepas hujan dan dua gelas air mata.
Bukan mawar, bukan melati.
Bukan pula sedap malam atau lili.
Hanya menyisakan nama dan puisi
yang sekali lagi belum tentu dikurasi.