Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Arka. Ia memiliki kecintaan yang mendalam pada seni musik, terutama alunan melodi yang mampu menciptakan suasana hati. Rumah kecilnya dihiasi dengan berbagai alat musik, namun yang paling istimewa baginya adalah sebuah gitar tua dengan goresan-goresan yang menceritakan kisah perjalanan panjangnya.
Suatu hari, ketika matahari bersiap merunduk ke ufuk barat, Arka duduk di kursinya yang nyaman sambil memetik senar gitar dengan lembut. Dia terbuai dalam melodi yang tercipta, seakan menjalin percakapan dengan senja yang mulai memerah.
Tetapi, tak lama kemudian, langkah ringan seorang gadis menghentikan melodi itu. Nisa, dengan rambut hitam panjang dan mata yang berkilau, muncul di ambang pintu kamar Arka. “Melodi itu begitu indah, seakan merangkai cerita di dalam hati,” ucap Nisa dengan senyuman lembut.
Arka tersenyum, “Terima kasih. Aku selalu merasa melodi bisa menyampaikan perasaan yang sulit diungkapkan kata-kata.”
“Aku harus pergi, Nisa. Tapi melodi ini akan selalu mengingatkan padamu,” ucap Arka dengan mata penuh harap.
Sejak saat itu, setiap senja menjadi saksi pertemuan Arka dan Nisa di jendela hati mereka. Mereka saling berbagi kisah, mimpi, dan harapan lewat percakapan melodi. Alunan gitar Arka dan suara lembut Nisa menyatu, menciptakan harmoni yang memukau.
Suatu sore, Arka berkata, “Nisa, apakah kamu ingin menciptakan melodi bersamaku? Satu yang menceritakan kisah kita.”
Nisa setuju dengan antusias, dan begitulah dimulailah perjalanan melodi cinta mereka. Percakapan mereka tak hanya terjadi lewat kata-kata, melainkan juga melalui dentingan senar yang mengalun penuh makna.
Namun, takdir berkata lain. Arka mendapat kesempatan untuk mengejar mimpinya di kota besar. “Aku harus pergi, Nisa. Tapi melodi ini akan selalu mengingatkan padamu,” ucap Arka dengan mata penuh harap.
Nisa tersenyum penuh keyakinan, “Aku akan menunggumu, Arka. Melodi ini akan terus bermain di jendela hatiku.”
Keduanya harus merasakan pahitnya perpisahan, namun melodi cinta mereka tetap terus berkumandang. Meski jarak memisahkan, melodi itu menjadi penghubung hati mereka yang terus bergetar seiring senja yang redup dan malam yang datang.
Beberapa tahun berlalu, Arka kembali ke desa dengan impian yang telah terwujud. Ia berlari menuju rumahnya dengan hati yang berdebar. Saat pintu terbuka, melodi akrab itu menyambutnya. Nisa, dengan senyum yang tak pernah pudar, menatapnya, “Aku bilang padamu, melodi ini akan selalu menghubungkan kita.”
Senja di jendela hati mereka kembali menjadi saksi kebahagiaan yang melimpah. Melodi cinta diantaranya menjadi bukti bahwa meski waktu dan jarak telah memisahkan, cinta sejati tak pernah luntur, selalu hadir seiring melodi senja yang terus bermain.