Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang berisi ungkapan hati, pikiran, dan perasaan sang penyair yang dituangkan dalam untaian bahasa yang berima dan bermakna. Meski bentuknya tidak sepanjang prosa, puisi juga memiliki unsur-unsur pembangun, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri dari diksi, imaji, kata konkret, majas, rima, dan tipografi. Sedangkan struktur batin terdiri dari tema, rasa, nada, dan amanat.
Salah satu penulis puisi yang piawai adalah WS Rendra. Penyair bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra pertama kali menerbitkan puisinya tahun 1952 di majalah Amanat.
Berikut kupasan struktur batin yang ada pada puisi karya W.S. Rendra yang berjudul “Dua Mata Hitam”. Demikian bunyinya:
Dua Mata Hitam
Dua mata hitam adalah matahari yang biru
dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.
Tema
Tema merupakan ide pokok atau gagasan utama yang hendak disampaikan penyair kepada pembaca melalui karyanya. Gagasan pokok itulah yang dikembangkan dalam pembuatan puisi. Melalui tema, pembaca dapat menangkap keseluruhan isi dari puisi tersebut. Contoh tema pada puisi di antaranya tentang kerinduan, kesedihan, penderitaan, kehidupan, ketuhanan, dan masih banyak tema lainnya.
Tema dari puisi Dua Mata Hitam adalah kerinduan seorang lelaki kepada kekasihnya. Hal itu dapat dilihat dari penggalan baris berikut:
“Dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu”
Lalu di akhir puisi embali ditegaskan: “secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.”
Keseluruhan isi puisi di atas berkisah tentang kerinduan dan kenangan sehingga bisa disimpulkan tema puisi Dua Mata Hitam adalah kerinduan.
Rasa
Rasa adalah sikap, ungkapan, perasaan, dan ekspresi penyair terhadap pokok permasalahan yang dibahas dalam karyanya. Rasa membutuhkan imajinasi dan penghayatan yang dalam. Rasa juga berkaitan dengan tema karena mewakilkan rasa dari tema puisi tersebut.
Pada puisi Dua Mata Saya, pembaca dapat ikut merasakan kesedihan sekaligus keteguhan hati pada setiap kata-katanya. Seperti pada baris “Rindu bukanlah milik perempuan melulu”. Kemudian pada kalimat “Dua mata hitam adalah rumah yang temaram”, terdapat rasa sendu yang mendalam.
Nada
Nada merupakan sikap penyair kepada pembaca yang berhubungan dengan tema, makna, dan rasa. Nada adalah cara penyair mengungkapkan apa yang ingin disampaikan melalui puisi. Melalui nada, penyair memberi kesan yang mendalam kepada pembaca, apakah menggurui, mengkritik, mengagung-agungkan, dan sikap-sikap lainnya.
Pada dua baris pertama diawali dengan nada datar, lalu baris berikutnya terdapat nada menegaskan, yaitu pada baris:
“Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.”
Bait kedua masih terasa nada yang tegas, pada baris:
“Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.”
Terasa nada yang menegaskan sebuah kecantikan sederhana dari sepasang mata hitam yang mengandung rindu.
Kemudian pada dua baris terakhir, nada yang tadinya naik, menurun menjadi lebih tenang namun memberi sebuah kesimpulan mengenai tema kerinduan dan rasa rindu yang sendu namun teguh itu.
“Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.”
Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara tersurat maupun tersirat. Biasanya amanat terkait dengan konflik atau permasalahan yang diangkat.
Pada puisi “Dua Mata Saya” amanat yang hendak disampaikan penyair adalah bahwa seorang laki-laki juga memiliki kerinduan yang mendalam untuk kekasihnya. Tidak hanya wanita yang dapat merindu dengan pedihnya. Ini terkait dengan tema puisi yaitu kerinduan.
Demikian struktur batin dalam puisi “Dua Mata Hitam” karya WS Rendra yang terdiri dari tema, rasa, nada, dan amanat. Struktur batin merupakan unsur pembangun puisi yang tak terlihat namun dapat dirasakan.
Dengan memahami struktur batin kita akan semakin memahami isi dari puisi dan maksud dari penyairnya.
Vina Agustina, seorang mahasiswi Sastra Indonesia di Universtas Pamulang, Tangerang.