Aksi Pemuda untuk Pembangunan Kawasan Pesisir Bangka Belitung Berbasis Ekonomi Hijau

0
585

Ketika membayangkan bagaimana tempat tinggal saya di masa mendatang, saya berimajinasi tentang Ecological Province. Ecological Province adalah sebuah daerah yang dibangun berdasarkan keutamaan nilai ekologinya.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah kepulauan yang berada di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah 575 Pulau dengan luas perairan mencapai 65.301 kilometer persegi.

Sebagai wilayah beriklim tropis yang mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, wilayah Indonesia mendapatkan penyinaran matahari juga curah hujan yang tinggi. Ini menjadi penopang berbagai kegiatan perekonomian sehingga dapat berjalan sepanjang tahun.

Potensi alamiah ini, dapat menjadikan Bangka Belitung sebagai salah satu episentrum pembangunan ekonomi hijau sekaligus ekonomi biru dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif, sejahtera, dan berkelanjutan. Dikutip dari kajian publikasi Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45), United Nations Environment Programme (UNEP) mendefinisikan Ekonomi Hijau sebagai peningkatan kesejahteraan dan kesetaraan sosial, dan secara signifikan mengurangi risiko lingkungan dan kelangkaan ekologi. Sedangkan, United Nations Conference on Sustainable Development (UNCSD) telah mendefinisikan ekonomi biru sebagai aktivitas yang memanfaatkan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan serta kesehatan ekosistem laut.

Sebagai daerah kepulauan tropis dengan banyak pantai yang indah dan kandungan mineralnya yang melimpah, Bangka Belitung juga memiliki garis pantai yang panjang dan hamparan intertidal zone (laut, pantai, dan muara sungai) di sepanjang kawasan pesisirnya. Kawasan mangrove memiliki ekosistem dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Pada zona ini tersimpan berbagai potensi dan manfaat yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi.

Ekonomi Hijau dan Ekonomi Biru, adalah jawaban bagi pemuda untuk masa depan daerahnya, mengingat Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan, sehingga kawasan pesisir menjadi lahan penghidupan yang harus dikembangkan. Yaitu energi terbarukan (pembangkit listrik tenaga angin, matahari, air), yang dapat dibangun diatas permukaan laut dan sungai.

Begitu pula dengan pariwisata berkelas dunia dengan kearifan lokal, budidaya perikanan dan pertanian secara ekologis, perdagangan karbon, hilirisasi mineral tambang, pengembangan kimia hijau, dan ekonomi sirkular. Semua sektor ini saling menopang satu sama lain yang terkonsepkan dalam industri hijau terpadu.

Dengan begitu, di masa mendatang, Provinsi Bangka Belitung akan menjadi Eco-Province yang memiliki Kota dan Kabupaten hijau (eco-green city) di dalam wilayahnya. Setiap kota/kabupaten dibangun dengan keunggulannya masing-masing seperti industri, energi, pariwisata, pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, bisnis atau perdagangan.

Setiap kita dan kabupaten, juga bisa saling berinteraksi satu sama lain. Tujuannya untuk  membentuk mata rantai ekonomi (hulu dan hilir) dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta memiliki infratruktur hemat energi dan transportasi ramah lingkungan atau net zero emision.

 

Jalan berliku

Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diselesaikan demi menyukseskan langkah Provinsi Bangka Belitung menjadi sebuah Eco-Province. Salah satunya perlu  peningkatan kualitas SDM.

Dilansir dari laman situs babelprov,go.id, tahun ini prevalensi angka stunting di Bangka Belitung berada di angka 18,5 persen. Melihat fakta ini rasanya begitu pahit, bahwa kenyataannya sejak dalam kandungan generasi saat ini masih mengalami kekurangan nutrisi.

Tentu hal ini akan berdampak pada kualitas pertumbungan anak dan berefek dalam jangka panjang. Ini masih ditambah dengan rendahnya angka rata-rata lama sekolah yang masih berada di angka 8,11. Ini merupakan permasalahan dasar yang harus diatasi daerah untuk meningkatkan kualitas SDM Bangka Belitung.

Laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pun turut menjadi kendala dalam realisasi visi ini. Berdasar data Bank Indonesia pada tahun 2022, ekonomi Bangka Belitung bertumbuh sebesar 4,40 persen dengan inflasi sebesar 5,38 persen. Walaupun secara positif bertumbuh, capaian ini masih kurang bila ingin menjadi daerah maju.

Perahu milik nelayan tertambat di Pantai Rebo, Sungai Liat, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung saat musim ombak besar, Rabu (20/7/2022). Perahu nelayan yang kecil tidak mampu menahan besarnya ombak, ditambah lagi, mereka harus mencari ikan lebih jauh ke tengah karena banyaknya aktivitas penambangan timah ilegal di sekitar pantai yang menyebabkan air keruh. Foto: Kompas/Totok Wijayanto

Katalisator ekonomi hijau

Untuk mengatasi tantangan tersebut, terdapat gagasan pokok yang saling berhubungan dalam meningkatkan sumber daya manusia berkualitas demi mengelola sumber daya alam secara tepat guna dan berkelanjutan. Pemuda merupakan aset inti bagi pembangunan. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas tidak akan ada pembangunan yang berkualitas.

Maka dari itu, semua pihak harus menyadari dan menyiapkan generasi emas sejak dalam kandungan. Saat ini pemerintah daerah telah memperkuat arsitektur kesehatan, menggencarkan program pencegahan dan penanggulangan stunting secara efektif dan merata dengan melibatkan banyak pihak serta menjamin setiap anak mendapat akses pendidikan yang berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas, akan banyak tenaga terampil yang menguasai teknologi mutakhir yang siap berperan dalam pembangunan daerah.

Selain itu, merujuk dari buku putih Peta Jalan Indonesia Emas 2045, Indonesia berada di era bonus demografi. Saat ini saja terdapat 187 juta orang berusia produktif.

Saat ini terlihat, pemerintah sangat mendukung dan mendorong anak muda untuk lebih aktif dan produktif dengan menyediakan ruang untuk berkarya dan berkreasi seluas-luasnya. Karena para pemuda merupakan the first-line changers atau berada di garis terdepan dalam melakukan terobosan, menjamah setiap titik permasalahan untuk diatasi dan setiap potensi untuk dieksplorasi melalui program penelitian, pengabdian, dan pemberdayaan yang diwadahi oleh pemerintah maupun korporasi.

Kolaborasi pemuda dalam berbagai multi-disiplin ilmu yang digaungkan telah menghasilkan inovasi dan kreasi tepat guna dalam berkontribusi memajukan daerah. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya Indeks Pembangunan Pemuda Bangka Belitung sepanjang tahun 2022 dan 2023. Selain itu, pemerintah Bangka Belitung juga telah melibatkan langsung anak muda dalam pembangunan supaya memperoleh pengalaman rill dan mencapai suksesi kepemimpinan daerah.

Kini, kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki paradigma baru dalam mewujudkan sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan yaitu, Ekonomi Hijau dan Ekonomi Biru. Kewirausahaan atau UMKM menjadi aspek prioritas dan strategis dalam mengakomodasi potensi ekonomi ini.

Lantas, pemerintah harus bisa menyediakan payung hukum atau regulasi yang jelas, birokrasi kelembagaan yang efisien, ekosistem investasi (pendanaan) yang sehat, SDM terampil, dan penguasaan teknologi. Kepemimpinan dan kolaborasi yang kuat menjadi kunci utama bagi pemerintah membangun daerah menjadi kota masa depan. Dan untuk menuju Indonesia emas 2045 pemerintah perlu menciptakan banyak wirausaha muda lokal yang berdaya saing global.

Penulis

Azzamhari Ferdiansyah adalah mahasiswa Universitas Bangka Belitung yang memiliki minat terhadap hukum dan ekonomi hijau. Selama kuliah, aktif berperan dalam proyek riset dalam mengatasi masalah lingkungan, ekonomi, sosial, dan kelembagaan pemerintah. Ia memiliki pengalaman dalam bidang riset sosial-ekonomi, pengabdian masyarakat, dan jurnalistik.