Gurun yang tandus dan tak berkerikil
Gunung yang kering dan tak pernah dipijak sikil
Sungai yang mati dan air mengalir pun tak sudi
Pulau terpencil di tengah samudera yang luas
Tak kunjung menikmati kehidupan yang sama dengan kota, pantai, dan desa di ujung sana
Tak kunjung merasakan gemuruh gemerlap kota Metropolitan
Tak sempat mendengar kicauan burung yang berlomba sahut menyahut
dengan dengung tiang listrik bermasalah
atau gemruduk kereta melintas
atau bahkan suara pesawat yang baru lepas landas
Tak sempat merasakan tubuhnya dijajaki manusia untuk menggenapi kecukupan yang mereka butuhkan
–yang padahal mereka tidak pernah merasa cukup
Tak pernah pada suatu siang hingga sore hari
mendengar dongeng cuap cuap dari para ibu yang sedang melakukan aktivitasnya dengan sebutan rewang
Pun dengan lelucon bapak bapak yang terkadang boleh dibilang renyah hingga perut turut terpingkal
atau garing hingga mulut hanya sanggup tertawa miring
Aku ingin tahu bagaimana kabar gurun, gunung, sungai, dan pulau terpencil itu
Apakah mereka merasa iri dengan segala kemelut dunia yang berbeda dengan mereka?
Atau merasa baik-baik saja karena mereka tidak tahu ada kehidupan seperti itu di luar sana?
Aku tidak tahu mereka kesepian karena pilihan atau keadaan–atau mereka sebenarnya tidak kesepian?
Tapi yang pasti,
Aku ingin pada suatu hari
Mengajaknya kesana kemari menikmati berisiknya kehidupan yang selalu dirindukan
Menyimpan segalanya dalam jiwa yang bahagia
Walau entah bagaimana nanti kedepannya
Agnia Janti