Sela di Atas Awan

0
3931

Suatu hari, di sebuah desa kecil bernama Sela yang terletak di lereng Gunung Arjuno di Jawa Timur, hiduplah seorang pemuda bernama Bram. Dia seorang pekerja tidak tetap atau freelancer yang bekerja dari rumah, menghabiskan hari-harinya menulis artikel, menerjemahkan dokumen, dan mengerjakan berbagai proyek desain grafis.

Ketukan pintu mengagetkan Bram yang tengah menikmati kopi paginya. Tetangganya, Rina, berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

“Halo, Bram! Aku dengar kamu bekerja dari rumah, ya? Aku ada pesanan desain undangan pernikahan. Bisa bantu?” tanya Rina.

“Tentu, Rina. Bisa kok, aku akan bantu. Kapan kamu butuh jadinya?” Bram menjawab sambil tersenyum.

“Sebulan lagi. Aku yakin kamu bisa melakukannya,” sahut Rina sembari tersenyum.

Bram mengangguk, lalu menutup pintu. Dia segera menyalakan laptopnya dan mulai mencari inspirasi untuk desain undangan tersebut. Setelah beberapa hari berkutat dengan desain, Bram berhasil menyelesaikan desain undangan yang diinginkan Rina. Ia pun menyerahkannya kepada Rina, yang terlihat sangat senang dengan hasilnya.

“Terima kasih, Bram! Ini luar biasa. Aku pasti akan merekomendasikan kamu kepada teman-temanku yang lain,” ujar Rina sambil memeluk Bram.

“Tidak masalah, Rina. Semoga pernikahanmu berjalan lancar,” sahut Bram.

Hari-hari berlalu, dan Bram semakin sibuk dengan pekerjaannya. Suatu malam, ketika Bram baru saja menyelesaikan sebuah artikel, ia mendengar suara gemercik air yang mengalir. Ia pun mencari sumber suara tersebut dan menemukan sebuah mata air kecil di belakang rumahnya.

“Hmm, aku tidak pernah tahu ada mata air di sini,” gumam Bram.

Bram kemudian mencuci mukanya dengan air yang segar itu. Ketika air menyentuh wajahnya, ia merasa seperti mendapatkan semangat baru. Energi yang melimpah pun memenuhi tubuhnya, dan Bram merasa lebih bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu hari, Bram mendapat kabar bahwa Gunung Arjuno akan segera erupsi. Pemerintah telah mengeluarkan peringatan dan mengimbau warga desa untuk segera mengungsi.

Bram, yang merasa sangat terpukul oleh kabar tersebut, memutuskan untuk pergi ke rumah Rina. Ia ingin memastikan bahwa Rina dan keluarganya akan segera mengungsi.

“Rina, kamu sudah mendengar kabar tentang Gunung Arjuno, kan?” tanya Bram.

“Ya, Bram. Kami sudah siap untuk mengungsi. Bagaimana dengan kamu?” Rina balas bertanya dengan wajah cemas.

“Aku juga akan segera mengungsi. Tapi, aku berharap kita bisa kembali ke desa ini setelah semuanya kembali aman,” ujar Bram dengan nada sedih.

“Tentu saja, Bram. Desa ini adalah rumah kita. Kita akan kembali dan membangun kembali kehidupan kita di sini,” sahut Rina dengan penuh harapan.

Mereka pun segera mengungsi ke tempat yang lebih aman, meninggalkan desa Sela yang mereka cintai. Selama di pengungsian, Bram mencoba untuk tetap bekerja sebagai freelancer, meski dengan keterbatasan akses internet dan sumber daya. Rina, yang juga terbiasa bekerja keras, membantu pengungsi yang lain dengan berbagai kebutuhan.

Setelah beberapa bulan berlalu, Gunung Arjuno akhirnya mulai menunjukkan tanda-tanda kestabilan. Pemerintah pun mengizinkan warga desa untuk kembali ke rumah mereka. Bram dan Rina serta warga desa lainnya kembali ke desa Sela, yang kini tampak berbeda.

“Desa kita hancur, Bram. Tapi, kita tidak boleh putus asa. Kita harus bekerja keras untuk membangun kembali desa ini,” ucap Rina sambil menatap puing-puing yang tersisa.

“Kamu benar, Rina. Kita akan membangun kembali desa ini bersama-sama,” sahut Bram dengan penuh semangat.

Mereka pun mulai bekerja bersama warga desa yang lain untuk membangun kembali desa Sela. Bram kembali melanjutkan pekerjaannya dengan profesi yang masih sama, tetapi kini ia juga aktif membantu dalam proses pembangunan desa. Ia menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membeli material bangunan dan membantu warga desa yang membutuhkan.

Sementara itu, Rina juga mulai merintis usaha kecil-kecilan untuk membantu perekonomian keluarganya. Ia membuka usaha katering dan menerima pesanan nasi kotak untuk berbagai acara. Rina juga sempat bekerja sama dengan Bram untuk beberapa proyek desain.

Lambat laun, desa Sela mulai kembali pulih. Rumah-rumah baru mulai berdiri, dan warga desa kembali menjalani kehidupan normal mereka. Bram dan Rina terus bekerja keras, berjuang bersama warga desa lainnya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi desa Sela.

Di suatu senja, Bram dan Rina duduk di tepi sungai yang kini telah kembali mengalir dengan jernih. Mereka menatap matahari terbenam yang indah, menciptakan langit yang berpadu dengan warna merah, jingga, dan biru.

“Ini adalah awal yang baru, Bram,” bisik Rina sambil tersenyum.

“Iya, Rina. Kita telah melalui banyak hal, dan kini kita bisa melihat masa depan yang cerah bersama desa Sela,” sahut Bram dengan senyuman hangat.

Mereka pun terus melangkah bersama, menjalani hidup yang penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan. Desa Sela, yang kini telah bangkit dari keterpurukan, menjadi saksi bisu perjuangan Bram, Rina, dan warga desa lainnya dalam meraih kebahagiaan dan keberhasilan. Meski bencana pernah melanda, semangat untuk terus bangkit dan melanjutkan hidup senantiasa menyala dalam hati mereka.

Tahun demi tahun berlalu, dan desa Sela semakin berkembang. Kini, desa tersebut menjadi salah satu desa yang terkenal dengan keindahan alamnya serta keramahan penduduknya. Bram dan Rina, yang kini telah menjadi pasangan, berhasil mendirikan sebuah usaha percetakan dan desain yang sukses. Mereka terus berbagi kebahagiaan dan kesuksesan dengan warga desa, serta menyumbangkan ilmu dan pengalaman mereka kepada generasi muda Sela.

Suatu hari, saat mereka sedang duduk di teras rumah yang kini telah direnovasi, Bram berkata kepada Rina, “Kamu tahu, Rina, waktu yang kita habiskan untuk membangun kembali desa ini adalah momen terindah dalam hidupku. Aku bersyukur kita bisa melalui semua ini bersama.”

Rina tersenyum, lalu menjawab, “Aku juga berpikir hal yang sama, Bram. Kita telah melalui banyak cobaan, dan kini kita bisa menikmati hasil kerja keras kita. Aku bangga menjadi bagian dari perjuangan ini bersamamu.”

Di balik keindahan Gunung Arjuno yang kembali tenang, kisah Bram dan Rina menjadi inspirasi bagi warga desa Sela. Melalui perjuangan dan kegigihan, mereka membuktikan bahwa cinta, kebersamaan, dan semangat untuk terus berkarya dapat mengalahkan segala rintangan dan membawa harapan baru.

Matahari terbenam pun kembali menyelimuti desa Sela, menandakan berakhirnya satu hari dan akan segera digantikan oleh fajar yang baru. Seperti Bram dan Rina yang terus melanjutkan perjuangan hidup bersama, desa Sela akan terus tumbuh dan berkembang, menjadikannya tempat yang penuh cinta dan harapan bagi generasi yang akan datang.