Senja mulai memudar di balik pepohonan yang menjulang tinggi. Cahaya keemasan berperang dengan rona jingga yang semakin lembut. Di bawah langit yang bercampur warna, terdapat sebuah desa yang damai. Namanya Desa Sunyaragi, sebuah tempat yang sering kali menjadi saksi pergantian hari.
Di sudut desa tersebut, terdapat sebuah pondok yang terbuat dari bambu. Pondok itu tak pernah sepi, selalu ditemani oleh sosok wanita berusia 27 tahun bernama Sari. Ia seorang penari yang dikenal anggun dan lembut, dengan gemulai tubuh yang tak pernah gagal membuat penonton terpesona. Namun, di balik keanggunannya, tersimpan sebuah rahasia yang mendalam.
Sari mencintai senja. Ia selalu menanti-nantikan waktu itu tiba dan melukiskan perasaannya dalam gerakan tariannya. Bagi Sari, senja adalah simbol kebebasan. Saat cahaya berperang dengan kegelapan, menghasilkan lukisan alam yang menakjubkan, Sari merasa hidupnya juga melalui perjuangan yang sama.
Ada cerita yang belum banyak orang tahu tentang Sari. Di masa mudanya, ia pernah diculik dan dibawa ke sebuah kerajaan jauh di seberang lautan. Sari berhasil melarikan diri, tetapi tak pernah bisa melupakan rasa sakit yang ia alami saat itu. Dalam pelariannya, ia menemukan kekuatan untuk melawan nasib yang tak diinginkan. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat ia akan kembali ke desa kelahirannya dan membebaskan diri dari belenggu masa lalunya.
Saat tiba di Desa Sunyaragi, Sari menjalani kehidupan baru. Meski bebas, hatinya masih terluka. Ia merasa takut bahwa orang-orang yang menculiknya dulu akan datang lagi dan membawanya kembali ke tempat yang kelam itu. Maka dari itu, ia menciptakan tarian yang mencerminkan perasaannya, sebuah tarian yang menggambarkan perjuangan, ketakutan, dan harapan akan kebebasan.
Di suatu senja yang indah, Sari tengah menari di tengah lapangan desa. Setiap langkah, setiap helaan nafas, menggambarkan perasaan yang begitu dalam. Tarian itu menghipnotis semua orang yang menyaksikannya. Tak ada yang bisa berpaling, termasuk Rangga, pemuda tampan yang juga baru saja kembali ke desa.
Rangga adalah seorang pelaut yang telah mengelilingi dunia. Ia melihat banyak tempat, mengalami berbagai cerita, tetapi tak pernah menemukan apa yang ia cari. Ia mencari sebuah rumah, tempat di mana ia bisa berlabuh dan menemukan kedamaian. Ketika ia melihat Sari menari, sesuatu dalam dirinya bergerak. Ia merasa bahwa Sari adalah jawaban dari pencariannya.
Tak lama kemudian, Rangga mendekati Sari dan berbicara tentang perasaannya. Sari, yang awalnya terkejut, mulai merasa ada ikatan yang kuat antara mereka berdua. Mereka berbagi cerita, saling menguatkan, dan akhirnya jatuh cinta.
Rangga, dengan cinta dan pengertiannya, membantu Sari melupakan ketakutan yang telah lama menyelimuti hatinya. Bersama-sama, mereka menciptakan tarian baru yang menggambarkan kebahagiaan dan kebebasan. Tarian itu menjadi lambang kemenangan mereka atas masa lalu yang kelam.
Senja kini memiliki arti yang berbeda bagi Sari dan Rangga. Bagi mereka, senja adalah saat di mana cinta mereka tumbuh dan berkembang, bersama dengan harapan yang terus membara. Mereka merayakan setiap senja dengan menari bersama, menggenggam tangan satu sama lain, dan melangkah maju menuju masa depan yang cerah.
Desa Sunyaragi kini tidak hanya menjadi saksi pergantian hari, tetapi juga menjadi saksi cinta dua insan yang saling melengkapi. Senja yang dulu melambangkan perjuangan kini menjadi simbol kebahagiaan dan kebebasan bagi Sari dan Rangga.
Di tengah warna senja yang memudar, Sari dan Rangga terus menari, menciptakan kisah cinta yang tak lekang oleh waktu. Perlahan, pondok bambu yang dulu menjadi saksi bisu kesendirian Sari kini menjadi saksi abadi cinta mereka.
Kini, setiap senja di Desa Sunyaragi selalu diiringi dengan gemulai tarian dua sejoli yang telah berhasil menaklukkan masa lalu. Mereka menari dengan cinta, kebahagiaan, dan kebebasan yang tak terbatas, dan dengan setiap langkah, mereka membuktikan bahwa cinta sejati mampu mengalahkan segala rintangan.
Nando Rifky