Mengejar Gairah Berkarya di Tengah Pandemi

0
213

Memasuki dua tahun pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia, membawa dampak besar terhadap banyak bidang, tak terkecuali industri musik. Banyak konser, festival, dan acara musik lainnya, yang tertunda. Dengan diimplementasikannya protokol kesehatan, sesuai peraturan pemerintah guna menanggulangi penyebaran COVID-19, izin penyelenggaraan event pun dicabut. Akibatnya, banyak event tahunan yang mau tak mau harus dibatalkan.

Namun, rupanya pandemi tak menghalangi para pekerja seni untuk terus berkarya di masa yang sulit ini. Salah satunya adalah Plainsong Live. Meski event musik sementara diberhentikan, tim Plainsong Live mencoba untuk membuka ruang baru agar musik tetap bisa disuguhkan dan dinikmati oleh kita semua.

Ferry Dermawan, Programme Director dan Executive Director Plainsong Live pada Kamis (28/10/2021) di Ciputat, Tangerang. Foto : Hari Songko

“Tujuan kita bikin Plainsong untuk senang-senang, ruang ekspresi, untuk musik-musik dan gagasan-gagasan yang kita suka aja gitu, untuk ditampilkan dalam bentuk konser atau festival. Sejak kita gak bisa bikin itu, kita bikin lah live sessions yang kita labelin jadi Plainsong Live Sessions”, jelas Ferry Dermawan, Programme Director dan Executive Director Plainsong Live pada Kamis (28/10/2021) di Ciputat, Tangerang.

Anggun Priambodo, selaku Director dan Videographer Plainsong Live Sessions, juga ikut menambahkan, “Latar belakangnya, Plainsong (Live Sessions) waktu itu mau ngedokumentasiin musisi di saat tahun lalu, waktu masa pandemi. Soalnya pengen ngedokumentasiin gimana aktivitas musisi. Terus waktu itu tahun lalu keadaannya, apa ya, seperti membingungkan. Terus beberapa bulan kita terkendala untuk melakukan hal-hal yang normal seperti sebelumnya… Jadi kita coba mau tetap melakukan aktivitas, kayak kalo di musik ya tetap bikin karya, tetap bisa perform, tetap bisa ‘tanda kutip’ seperti manggung. Kurang lebih seperti itu sih…”.

Memasuki season ketiga, Plainsong Live Sessions konsisten dengan konsep natural yang sengaja dipilih agar lebih alami sehingga penonton bisa mengintip kegiatan musisi yang mereka cintai dalam keadaan sehari-hari. Ferry Dermawan menjelaskan,

“Konsepnya itu hasil dari obrolan dengan sutradara, Anggun Priambodo, kalo kita ingin buat live sessions yang lebih alami, yang bukan setting panggung dengan lighting dan sound system yang full gitu. Tapi emang kita justru penasaran kalo musisi lagi gak manggung tuh ngapain, sih? Kita pengen lihat di studionya dia ngapain, di rumah ngapain. Nah sebenarnya itu kalo dibikin jadi live session menarik juga, sih. Jadi konsepnya itu sih, mengejar senatural mungkin.”.

Mengejar Passion dalam Berkarya

Pengerjaan Plainsong Live Sessions tentu tak lepas dari gairah yang tumbuh dalam diri para pekerja seni. Kontribusi mereka di tengah pandemi justru turut melahirkan kolaborasi karya yang kreatif dan menarik perhatian penonton. Misalnya, pada season ketiga dalam episode ketiga, Plainsong Live Sessions mengundang musisi muda Ibukota, Vira Talisa, yang membawakan total empat lagu, dengan salah satu single terbaru berjudul, “Oh Sunny Days”. Ditemui saat shooting, Vira bercerita bagaimana rasanya menemukan gairah diri, atau passion, saat switching profesi dari pekerja kantor dan akhirnya memilih fokus sebagai penyanyi, musisi, dan penulis lagu.

“Jadi dulu aku sempat ‘ngantor’ di Indonesia sih. Terus sampai akhirnya aku memutuskan pas mau resign, tahun 2018 dan full time terus di musik sampai hari ini,” kata Vira.

Ferry Dermawan menceritakan pengalamannya, “Sebagai orang yang merancang program, saya mulainya emang berani untuk coba aja karena saya enggak ada ilmunya dan pengalaman juga waktu itu.  Maksudnya event-event seperti ini dulu gak ada benchmarknya gitu. Siapa yang bisa kita tanyain, gitu? Waktu itu yang bisa ditanyain hanya teknis aja, persoalan teknis”.

Kemudian ia juga menceritakan bagaimana rasa senangnya bekerja di Plainsong. “Kita mulai dari 2009, berarti ini masuk tahun ke 12. Tanggung jawab saya sebenarnya sih bikin, sebenarnya menyenangkan ya karena saya tuh mewujudkan apa yang pengen kita tonton, band apa yang pengen kita tonton gitu. Kita pengen nonton band ini dengan konsep kolaborasi, nah kita wujudkan di situ. Atau emang kita pengen nonton band ini di festival, kita racik lah programnya, seperti itu,” kata Ferry.

Berbeda dengan Vira Talisa dan Ferry Dermawan, Anggun Priambodo justru telah menemukan gairah diri dan menekuninya. “Dulu sekolahnya memang di kesenian, terus memang sudah suka sama hal-hal yang dari seni sejak kecil. Terus terjunnya begitu selesai kuliah langsung nyobain semua medium. Ya mungkin begitu hitungannya, terus produksi, bikin karya, dari situ sih”, ungkapnya.

Anggun Priambodo, Director dan Videographer Plainsong Live Sessions pada Kamis (28/10/2021) di Ciputat, Tangerang. Foto : Hari Songko

Meskipun sudah berada dalam profesi yang sesuai dengan gairah diri masing-masing, ketiganya sepakat bahwa tetap ada tantangan yang harus dihadapi untuk bisa terus jalani apa yang mereka suka. Anggun Priambodo memaparkan, “Kendala atau masalah itu juga berasal dari teman-teman sendiri, manusia sendiri, dari saya sendiri, dari dengan siapa kita berhubungan, dengan siapa kita bekerja sama, dari kreatornya sendiri, yang ingin mengeksekusi sesuatu, atau bagaimana kita berhubungan, berkomunikasi dengan orang lain.”

Anggun menambahkan, biasanya kendalanya bagaimana kita berkomunikasi, bagaimana kita menyampaikan pendapat, bagaimana kita menghandle situasi yang hubungannya sama kerja kolektif, kerja bersama-sama. “Atau bagaimana kita menampilkan karya, menceritakan atau ngasih statement tentang karya kita sendiri. Kadang-kadang juga ada loh masalah-masalah di hal-hal seperti itu. Bikin karya tuh bukan hanya persoalan mencari ide lalu idenya dieksekusi, gak gitu sih, gak senaif itu sebenarnya. Ada hal-hal kehidupan yang lebih realistis di situ, yaitu hubungan manusia,” katanya.

Ferry Dermawan menyetujui bahwa komunikasi menjadi tantangan dalam berkarya. Ketika membuat festival dengan skala yang besar dan pekerja dengan tim kerja yang besar, perlu untuk bisa berkomunikasi dengan baik agar pekerjaan berjalan lancar. Lalu, seperti kebanyakan acara, mencari sponsor juga menjadi tantangan saat ingin membuat sebuah acara.

Sedangkan Vira Talisa membagikan tips bagaimana tantangan yang ia hadapi bisa teratasi dengan memiliki respek terhadap satu sama lain. “Aku sih belajar sampai hari ini, walaupun main musik kan seneng ya, happy-happy gitu, cuma tetap ada beberapa yang masih dijaga gitu. Kayak pertama, misalkan kita udah bangun sistem gitu di diri sendiri sama di tim. Kita udah mesti menghormati itulah, kayak dalam arti lain tetap menjaga profesionalitas walaupun bareng temen-temen nih, kayak kita main-main,” kata Vira.

Menurut Vira, kita ada mutual respect yang harus dijaga supaya semuanya berjalan, karena pengalaman beberapa kali kalau tidak saling menghargai satu sama lain malah akan menghancurkan segalanya. “Padahal keliatannya sepele gitu ya, cuma itu bisa menghancurkan segalanya. Bisa datang telat banget, terus kayak apa lah gak siap segala macem. Hal-hal gitu sih yang biasanya tuh menghambat kegiatan,” lanjut Vira.

Vira Talisa, salah satu pengisi acara pada Plainsong Live Session, membawakan sebuah lagu (28/10/2021) di Ciputat, Tangerang. Foto : Hari Songko

Dari banyaknya project yang dikerjakan, tentu senang rasanya melihat kerja keras membuahkan hasil dan menjadi pengalaman yang akan selalu dikenang. Anggun Priambodo menceritakan dengan semangat projectnya yang paling menarik secara personal.  “Mungkin 2010, waktu itu ada sebuah event O.K Video, Video Art Festival, penggagasnya Ruang Rupa, tema besarnya komedi waktu itu. Terus gue bikin video art, judulnya ‘Sinema Elektronik’, memang kental unsur komedinya karena memang ditujukan untuk ikut di festival O.K Video waktu itu,” katanya.

Ferry Dermawan juga ikut menceritakan project-project yang ia buat dan berhasil membuat rekan-rekan musik membuat kolaborasi baru yang tidak kalah keren. “Era awal yang paling berkesan ya, karena kita emang mulai dari yang bener-bener liar aja pikirannya pengen nonton, yang waktu itu kita pengen nonton Djakarta Artmosphere, itu kolaborasi dari musisi legendaris Indonesia sama band yang lagi aktif hari itu gitu,” kata Ferry.

Dari situ muncullah kolaborasi para musisi, seperti Vina Panduwinata dengan Tika and The Dissidents, Efek Rumah Kaca dengan Doel Sumbang, SORE dengan Ebiet G. Ade, White Shoes (White Shoes and The Couples Company) dengan Fariz RM. “Ya itu sih paling berkesan karena bener-bener nol ekspetasi, tiba-tiba kita rilis promo acara, abis aja gitu tiketnya. Dan, sebelumnya kita belum pernah pengalaman untuk menghandle ribuan orang gitu ya karena event pertama dan bisa sold out gitu, berkesan sih sama hasil di panggung itu mengesankan aja sih, dan menariknya kolaborasi panggung itu jadi berlanjut ke project masing-masing,” ujar Ferry.

Beberapa musisi yang bisa melanjutkan project bareng, adalah White Shoes dengan Fariz RM lanjut ke studio album. Lalu, ada juga Navicula dengan God Bless yang membuat album bareng.

Proyek yang paling deg-degan juga pernah dialami Vira Talisa ketika ia ditawari berkolaborasi dengan musisi legendaris. Ia bercerita, “Paling menarik ya? Sebenernya dulu 2017 kalo gak salah, kan aku mulai berkarier tuh akhir 2016. Terus aku lupa 2017 apa 2018, ya? Kayaknya 2017. Aku ditawarin kolaborasi sama Fariz RM. Terus itu kayak sesuatu, apa ya, sebagai musisi yang baru banget berkarir terus dikasih, ditawarin sama om Fariz RM tuh kayaknya takut banget gitu.”

Vira melanjutkan, “Terus pas dateng latihan aku bener-bener kayak yang, ‘Om, permisi’, gitu. Terus om Fariz, ‘Ah udah, santai, santai. Duduk’, gitu. Itu sih yang kayak masih aku inget, yang lumayan mengagetkan gitu.”

Memang dalam mencari, menekuni, dan mengasah gairah diri yang kita sukai tak selalu mudah. Acap kali tentangan dan tantangan bisa tepat di depan langkah. Menjadi diri sendiri, berani, dan terus memperbaiki kualitas diri harus menjadi bekal bagi anak muda yang ingin berkarya mengikuti gairahnya dalam bidang masing-masing.

Menurut Vira Talisa, sebagai anak muda kita perlu berani untuk gagal, mengerjakan apapun tanpa pilih-pilih. Mungkin gagal tak bisa dihindari, tapi kita bisa terus mencoba lagi sampai akhirnya menemukan potensi diri yang sesuai dengan hati. Ia juga menambahkan pentingnya menyadari kualitas diri selama proses belajar. Baginya, kegagalan seharusnya tidak menjadi sebuah ketakutan, melainkan sebuah pembelajaran.

Penyanyi Vira Talisa, salah satu pengisi acara pada Plainsong Live Session (28/10/2021) di Ciputat, Tangerang. Foto : Hari Songko
Penulis: Shyeren Margaretha, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta