Tampil Menarik Bareng Batik yang Otentik

52
347

Batik terus mengalami banyak transformasi. Stigma mengenai batik yang terkesan kaku, kini mulai terpatahkan dengan inovasi pengaplikasian motif  batik pada pakaian sehari-hari.

Gebrakan inovasi batik

Lemari Lila, salah satu merek batik lokal asal Yogyakarta yang membawa konsep baru pada produk batik miliknya. Memadukan beberapa motif batik dalam satu produk menjadi sebuah terobosan untuk menciptakan gebrakan baru.

Tak hanya sampai disitu saja, Lemari Lila juga memiliki corak khasnya tersendiri. Mbok Jum, sebuah motif yang mengilustrasikan wanita tua dengan sanggul di kepalanya.

“Karakter Mbok Jum lahir dari pengalaman Lila ketika bermain ke Pasar Beringharjo pada masa kecilnya. Ia selalu melihat ‘mbok-mbok’ bersanggul dan berkebaya. Tidak hanya berjalan saja, ‘mbok-mbok’ itu bisa sambil berjualan pecel, mengangkut barang. Nah, dia terinspirasi dari situ,” ujar Abu Juniarenta , manajer Lemari Lila, saat ditemui di Yogyakarta, pada Rabu (17/11/2021).

Aktivitas Pengunjung di ‘Lemari Lila’, Yogyakarta, Rabu (17/11/2021). Foto Novia Anggi

Tetap eksis

Walaupun bersaing di tengah ketatnya perubahan tren, batik tetap menunjukkan eksistensinya dilihat dari peningkatan kuantitas penjualan. Hal itu terjadi pada salah satu pionir batik di kota Bogor, Batik Tradisiku.

Batik Tradisiku telah berdiri kurang lebih tiga belas tahun dengan memiliki dua motif andalan. Motif tersebut adalah batik gerimis serta batik perpaduan kujang dan kijang.

“Ya pasti, karena kalau tidak meningkat saya mungkin tidak akan bertahan sampai seperti ini. Awalnya memang dulu karyawan kami hanya lima orang. Kemudian dengan banyaknya order, kami tambah, tentunya pasti meningkat hasilnya dengan meningkat pekerjaan, mudah-mudahan dengan harapan  meningkat penghasilan juga,” ujar  Syamsudi Siswaya, pemilik Batik Tradisiku yang ditemui di Bogor, pada (17/11/2021).

Proses Pembuatan Kain Batik di ‘Batik Tradisiku’, Bogor, Jumat (19/11/2021). Foto Maria Alexandra

Kata generasi muda

Semakin mudahnya kesempatan untuk mengakses internet membuat anak muda semakin mudah mencari inspirasi. Termasuk inspirasi dalam berbatik. Kini anak muda mulai banyak yang memadupadankan penggunaan batik menjadi sebuah outfit  yang lebih kekinian.

“Batik bisa dipake gak cuma ke undangan aja, soalnya akhir-akhir ini tuh banyak anak muda yang mulai memadupadankan batik sama baju casualnya. Terus juga banyak artis, influencer yang memakai batik sehari-hari contohnya Nadine Amizah. Waktu itu aku pas ospek bikin podcast juga tentang wastra ini terus ternyata banyak banget ide cara pake batiknya, dan gak cuma formal aja,” ujar Tiara Laksmi saat ditemui di  Jl Sudirman, Jakarta Selatan pada Rabu (17/11/2021)

Begitu pula dengan pendapat Anisa Muniasih,  mahasiswi jurusan Penyiaran salah satu universitas di Depok.  “Batik bisa dipake kapan aja gak cuma ke undangan kan sekarang batik juga udah kayak fashion sehari-hari aja gitu selain pake kemeja, pake blus gitu kita bisa pake batik juga”.

“Batik itu unik, terutama batik tulis, satu potong  hanya untuk satu orang yang menjadikannya sebagai  fashion statement”, ujar Dea, wisatawan asal Jakarta yang sedang mengunjungi Batik Lemari Lila, Rabu (17/11/2021).

https://www.youtube.com/watch?v=wcVl_alkPVE%20https://www.youtube.com/watch?v=wcVl_alkPVE

Lestari batikku, lestari budayaku

Dengan mulai menggunakan batik pada diri sendiri menjadikannya sebagai sebuah ajakan bagi orang lain untuk ikut menggunakannya. Bangga berbatik berarti ikut andil untuk melestarikan budaya Indonesia. Sekiranya kebanggaan tersebut menjadi sebuah rasa yang patut dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

“Hargai batik sebagai proses, bukan batik yang hanya dijual sebagai motif, batik instan. Karena dalam proses batik itu ada berpuluh-puluh orang yang terlibat bekerja dalam satu lembar kain batik”, ajak Abu Juniarenta kepada  kaum muda untuk terus melestarikan batik.

Magangers Kompas Muda Harian Kompas Batch XII 
Kelompok Estuari:
  1. Riki Kurniawan – Universitas Diponegoro (Reporter)
  2. Maria Alexandra Fedho – Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta (Reporter)
  3. Fadllur Rahmani – Institut Teknologi Bandung (Desain Grafis)
  4. Nanda Fajrus Zain – Binus University (Fotografer)
  5. Novia Anggi Tri Sulistyowati – Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta (Videografer)