Tetap “Action” di Masa Pandemi

57
360

Proses produksi film di masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri, termasuk bagi para sineas muda.

Film adalah sebuah tayangan audio visual yang pada umumnya bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Terdiri dari banyak genre dan alur cerita, film sangat dinikmati oleh semua kalangan usia. Tidak hanya sekadar menonton, ada juga beberapa orang yang tertarik untuk memproduksi sebuah film. Salah satunya adalah anak muda. 

Anak muda dan film

Tidak sedikit anak muda yang berkecimpung di dunia film. Beberapa di antaranya bahkan sudah aktif memproduksi film sejak bangku sekolah. Maria Angela (18), misalnya. Ia mengikuti berbagai kompetisi film pendek sejak SMA. Dari hobinya menonton film, drama, dan variety show, Angel tertarik untuk menyalurkan minatnya kepada film dengan mengikuti perlombaan.

Banyak tantangan? Sudah pasti. Dalam memproduksi film, Angel mempelajari semuanya secara otodidak, baik teknik menulis skrip film ataupun menjadi seorang sutradara. Biasanya, wanita penggemar film Ernest Prakasa ini belajar tentang dunia perfilman melalui YouTube, workshop, dan webinar.

Kecintaan pada film juga dapat disalurkan dengan memilih jurusan perfilman di bangku kuliah. Hal inilah yang akhirnya membuat Rizky Vivaldi (20) memutuskan untuk melanjutkan studinya sebagai mahasiswa jurusan Televisi dan Film Universitas Padjadjaran Bandung. Ketertarikan penikmat karya David Fincher ini terhadap film tumbuh karena ia besar di keluarga pencinta seni.

Beberapa pelajaran mendasar seperti teknik pengambilan gambar dan proses produksi film telah Valdi dapatkan. Wajar saja, kini ia telah menginjakkan kakinya di semester yang kelima. Sebelum mempromosikan film yang telah dibuat, biasanya Valdi menilai karyanya terlebih dahulu. Kemudian, Valdi akan mulai mempublikasikan karyanya di festival film. Namun, jika karya tersebut ditolak, Valdi akan mengunggahnya melalui YouTube

Minat dan kecintaan pada film menjadikan para sineas muda aktif berkarya. Untuk beberapa orang, kegiatan memproduksi film merupakan sebuah penyaluran minat. Namun, ada pula individu yang sudah berambisi besar untuk masuk ke dalam industri perfilman.

Untuk memasuki industri perfilman, dibutuhkan koneksi yang kuat. Perfilman tidak seperti industri pada umumnya yang melakukan perekrutan terbuka. Dari tantangan tersebut, Katarina Bondan (20) atau kerap disapa Katie mencoba membuka peluangnya sendiri dengan membentuk sebuah rumah produksi mikro bernama Permisinema. Hingga saat ini, ia sudah membuat beberapa film pendek dan sedang menggarap beberapa karya sekaligus. 

Beberapa kru sedang menyiapkan peralatan syuting, Rabu (17/11/2021). Foto: Uly Andriyani

Tantangan di tengah pandemi

Sayangnya, kegiatan produksi film di masa pandemi Covid-19 menjadi terhambat, terlebih di masa-masa awal dan saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tidak mudah untuk memproduksi film di tengah pandemi. Dua hambatan utama yang dihadapi mereka yaitu terbatasnya jumlah kru dan pemeran di lapangan, serta sulitnya mencari lokasi syuting, mengingat protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan. 

Sempat hiatus di awal pandemi, Katie akhirnya kembali memberanikan diri untuk menjalankan rumah produksinya. Siapa sangka? Katie justru lebih banyak memproduksi film saat pandemi. Hal ini membuktikan bahwa pandemi tidak menjadi penghalang bagi Katie untuk tetap berkarya.

Kuliah tatap muka yang dibatasi membuat Valdi agak kesulitan mendapat izin untuk syuting. Berbekal peralatan dan tim seadanya, ia tetap berusaha memproduksi film secara maksimal. Berkat usaha dan kerja kerasnya, beberapa film hasil produksinya di masa pandemi berhasil masuk dalam festival film.

Berbeda dengan Katie dan Valdi, Angel justru baru menapakkan kakinya di dunia perfilman saat pandemi. Meskipun begitu, Angel berhasil meraih juara 1 dalam kompetisi film pendek yang diselenggarakan oleh UBAYA (Universitas Surabaya) pada 2020. Prestasinya merupakan buah dari ketekunannya mempelajari teknik pembuatan film secara otodidak.

Memang diperlukan strategi agar proses produksi tetap efektif tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Kemudahan teknologi saat ini sebenarnya sangat membantu para sineas muda untuk memproduksi film. Katie, misalnya, lebih memilih untuk melakukan proses praproduksi, seperti membangun konsep dan membuat skrip, secara daring. Menurutnya, proses praproduksi tetap bisa dijalankan secara efektif.

Selain itu, jadwal syuting dan jumlah orang yang boleh berada di lapangan harus dirancang secara rinci. Hal ini tentunya untuk meminimalisasi kontak antarsesama. Bahkan, idealnya para kru dan pemain film difasilitasi tes swab sebelum terlibat di dalam proses syuting.

Pandemi tentunya juga memengaruhi suasana produksi film. Oleh karena itu, penting pula untuk membangun ikatan yang kuat di dalam tim. Angel memiliki tips bagaimana membangun tim yang efektif. Pertama, bangun komunikasi intens. Berkomunikasi secara jujur membuat kita dapat saling terbuka dengan sesama anggota. Terakhir, berikan pujian. “Pujian sekecil apapun bisa membuat orang lain lebih semangat, jadi jangan lupa untuk memberi pujian, ya,” ujar Angel.

Suasana shooting yang dilakukan mahasiswa perfilman. Foto: Uly Andriyani

Harapan dan cita-cita

Berawal dari kegemaran, bekerja di dunia perfilman seakan menjadi mimpi yang ingin diaminkan bagi ketiga narasumber ini. Sebagai pemilik rumah produksi mikro, Katie berharap Permisinema dapat memproduksi lebih banyak lagi film-film berkualitas yang dikenal banyak orang. Ia juga berharap agar suatu saat filmnya dapat ditayangkan di festival film.

Lebih senang bercerita lewat visual, Valdi ingin menjadi seorang sinematografer yang handal. Ketertarikannya terhadap film-film jadul yang lebih menunjukkan aksi dibanding narasi menginspirasinya untuk terus belajar tentang sinematografi secara mendalam. 

“Sebuah film dapat mengubah pandangan bahkan hidup seseorang,” ujar Angel. Oleh sebab itu, ia ingin menjadi seorang penulis naskah film. Angel berharap cerita yang dibuatnya kelak dapat menginspirasi dan membawa dampak baik bagi penontonnya. 

Bagi para sineas muda, film merupakan hal penting dalam hidup mereka. Lantas, memproduksi film bukan hanya sebuah kegiatan penyaluran hobi, tetapi juga jalan untuk mencapai impian mereka. Bahkan di tengah keterbatasan pandemi Covid-19, para sineas muda akan mencari peluang untuk tetap aktif berkarya.

Magangers Kompas Muda Batch XII

Kelompok Pancarona:

  1. Anastasia Trifena Feodora – Universitas Kristen Petra (Reporter)
  2. Muhammad Wiega Permana – Universitas Indonesia (Reporter)
  3. Mitha Syafiiah Rayhani – Politeknik Negeri Media Kreatif (Desainer Grafis)
  4. Rifki Firdaus – Universitas Padjadjaran (Videografer)
  5. Uly Andriyani – Universitas Udayana (Fotografer)

Comments are closed.