Pandemi Jadi Ajang Menggali Potensi

51
526

Pandemi virus Korona masih belum berakhir, perkuliahan pun dilaksanakan secara daring. Mahasiswa dan mahasiswi yang perlu kuliah dari rumah perlahan mulai kehilangan motivasi karena jenuh menatap layar laptop seharian penuh. Namun, di balik kejenuhan perkuliahan daring, ternyata masih ada harapan untuk menggali potensi dan prestasi.

Itulah yang menjadi bahasan pada siaran langsung melalui Instagram Kompas Corner “Tetap Gali Potensi di Tengah Pandemi” pada Senin (20/9/2021). Dua narasumbernya mahasiswi dari Ilmu Komunikasi Strategis Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara  Fedora Annabella (Abel) dan Caroline Nidya Firdaus.

Abel, mahasiswi yang masuk tahun 2019, dan Caroline, mahasiswi yang masuk tahun 2021, berbeda angkatan saling berbagi suka dan duka menjalani perkuliahan daring. Selain itu, mereka juga berbagi pandangan mengenai potensi yang dapat mahasiswa gali selama pandemi di siaran langsung Instagram Kompas Corner. Berikut percakapannya:

Awal perkuliahan diadakan secara luring dan kemudian daring, apa perbedaan yang dirasakan?

Abel: Untuk teman-teman tahu, kuliah luring itu seru banget dan sepanjang dua puluh tahun aku hidup ini bisa aku bilang masa-masa kuliah semester satu aku itu adalah masa-masa terbaik di hidup aku sampai saat ini karena aku merasa dapat serunya. Aku ini merantau, dari provinsi Jambi dan kos di Gading Serpong, ketemu lingkungan yang baru dan semua orang baru; belum kenal sama sekali. Setiap hari itu suatu petualangan yang baru buat aku. 

Caroline: Kalau kuliah ini ‘kan “Zoom” banget ini. Aku jadi capek punggung karena duduk berjam-jam dan lebih bosan kalau daring soalnya kalau sudah ke-“distract” HP atau yang lebih seru itu kayak jadi lebih bosan mendengarkan pelajarannya. Lebih seru luring, sih, menurut aku. 

Jika membandingkan perkuliahan luring dan daring, lebih memilih kuliah yang mana?

Abel: Aku lebih memilih ketemu langsung karena aku esktrover banget. Jadi kalau misalnya ketemu orang itu energi aku ke-“charge” rasanya. Makanya aku suka banget sama ketemuan sama orang, tatap muka seperti itu. Nah, tapi ada satu hal juga yang kurasa “ini enggak bakal bisa, nih, didapatkan” kalau kuliahnya secara tatap muka karena kayak sekarang pembelajaran secara daring dan kerja kelompok pun jadinya lewat daring juga.

Nah ini yang menurutku asyik banget, sih, karena kita enggak perlu tatap muka. Bisa Zoom bareng saja, teleponan misalnya, dan itu yang membuat satu sama lain lebih dekat. Enggak perlu khawatir soal jam malam. Kalau di rumah, pakai laptop, bisa mengobrol panjang lebar sampai subuh-subuh. Dari obrolan tengah malem begini itu bisa ketemu hal yang membuka pikiran. 

Caroline: Aku tim “offline” banget. Aku juga kayak Abel, kalau enggak ketemu orang itu rasanya sepi dan enggak asyik. Menurut aku, lebih seru “offline”. 

Pandemi yang mengharuskan segala aktivitas dari rumah termasuk membuat kegiatan menjadi siaran langsung. Dokumentasi: Panitia Flagship Kompas Corner/ Joel Foo.

Pentingkah menggali kreativitas dan potensi diri?

Caroline: Kalau menurut aku, penting banget menggali potensi di masa pandemi kayak begini apalagi kaum-kaum seperti aku yang butuh uang jajan lebih. Kalau dari aku sebagai “content creator” karena bikin konten-konten “make-up” dan kadang dapat “endorsement”, uang jajan tambahan yang lumayan buat jajan. Selain itu, mengembangakan potensi di kala pandemi ini bikin enggak stres karena ada pekerjaan. Enggak diam-diam di rumah saja. 

Abel: Kebetulan juga aku terpilih sebagai Putri Pariwisata saat pandemi. Akhirnya, sampai sekarang, perlombaannya dilakukan secara “online”. Mungkin beberapa bulan ke belakang, ketika aku aktif di perlombaan dan menyuarakan pariwisata mewakili Provinsi Jambi. Selama pandemi ini memang penting bagi kita untuk enggak merasa berpuas diri dengan apa yang sudah ada.

Sebagai mahasiswa jangan sampai ada pikiran untuk “stop”, tetapi punya “mindset” berkembang terus. Gali terus apa yang bisa dilakukan dan membuat diri lebih baik lagi. Jadi versi yang lebih baik dari sebelumnya. Kalau kita di rumah terus jadinya bosan sendiri. Rasanya kurang bermakna hidup kalau misalnya begitu-begitu saja. 

Pesan apa saja untuk tetap semangat dan menggali terus potensi diri?

Abel: Banyak orang bilang, “Jangan sampai kita membiarkan gelas kita terisi penuh tapi pastikan gelas itu selalu kosong supaya terus diisi.” Nah, ini yang berusaha aku lakukan sampai saat ini supaya aku itu sadar juga kalau belajar itu enggak cuma kuliah tapi dalam kehidupan kita ini luas banget. Semua hal bisa kita pelajari bahkan setiap peristiwa yang kita hadapi itu bisa kita pelajari. Menurutku, satu hal lagi adalah refleksi diri karena kadang terlena dengan segala kesibukan. 

Caroline: Aku punya prinsip bahwa pandemi ini enggak bisa dijadikan alasan untuk kita enggak kreatif dan adaptif. Kalau kita enggak adaptif, kita enggak bakal bisa bertahan di masa pandemi begini. Menurut aku, kalau kita tahu waktu dan main gim begitu kita bisa mengembangkan potensi dari hobi. 

Di akhir obrolan, Abel dan Caroline menjawab tiga pertanyaan dari pemirsa siaran langsung Instagram. Salah satunya adalah tentang produktif di tengah kesibukan kuliah. “Kalau di masa kuliah, memang susah untuk atur waktu,” kata Abel. Namun, ia menyarankan untuk mengerjakan tugas secara kelompok agar tugas kuliah menjadi lebih menyenangkan. Caroline pun menyetujui pendapat Abel. Siaran langsung yang berdurasi sekitar tiga puluh menit dengan puluhan pemirsa tersebut memberi arti akan potensi yang dapat digali selama pandemi.

 

Reporter: Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Maria Oktaviana. 

Fotografer: Panitia Flagship Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Joel Foo. 

Editor: Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara/ Maria Oktaviana.