Kedatangan HB Jassin
di tahun 1939. kuputuskan untuk ke Jakarta. menjadi redaktur dan penulis di dada bangsa
waktu itu.
aku tak sebijak Socrates yang mengumpulkan pertanyaan
di atas peryataan.
dan kritikku tak sebenar para ustad, pastor, biksu, pendeta,
memahi Tuhanmu.
kulihat tuan-tuan yang duduk mengarung perut di gedung kota
lebih sopan.
sumpah. hanya saja aku si paus sastra, di atas riuh keringat bangsa
aku bangga.
membuat jakarta lebih badai memahi puisiku sebagai api yang
diamuk korupsimu.
dan kritikku adalah opsi lain, surga atau nerakah dibenahi.
(2021)
Memo HB Jassin Kepada Polisi
tahun 1970, Ketika aku dijatuhi hukuman bersyarat.
aku memeluk Tuhan
seperti kau yang sibuk
meniduri miliaran rupiah
sambil menunggu
kedatangan peti berisi namamu
menguras berita di surat kabar
apakah itu malu(ku) atau malumu
sampai pepatah mata mematahkan
selalu ulu hatimu.
(2021)
Membaca Hans Bague Jassin di surat kabar
antara kamu dan surat kabar
berjalan segerombolan sufi
sabar dan teliti sekali dikritik
demikian puisi ini kritis
mengajar diri sendiri
catatalah dalam ingatanmu namaku Hans Bague Jassin.
2021
Yohan Mataubana, mahasiswa Jurusan Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Katholik Ledalero, Flores – Nusa Tenggara Timur